공유

Bab 2

작가: Man D
Sudut pandang Bella.

Damian menelusuri bibirku dengan ibu jarinya saat menunduk, napas hangatnya menyentuh wajahku.

Andai aku tidak baru saja mendengar percakapan itu, aku pasti sudah menyerahkan diriku sepenuhnya ke pelukannya.

Tapi sekarang... hanya rasa jijik yang kurasakan.

"Pergi," kataku dengan suara dingin.

Aku pulang, lalu berkata kepada ayahku dan Karina, "Aku mau batalkan pertunanganku dengan Damian. Karina bisa memilikinya."

Mereka saling bertukar pandang, lalu senyum tipis muncul di wajah mereka yang serius.

Ayahku mencibir, "Sepertinya disiplin Damian berhasil juga."

Aku tetap tenang. "Berikan aku tiga puluh triliun."

Senyum ayahku seketika lenyap.

"Apa kau gila? Kau mau aku bangkrut?"

Senyuman tipis muncul di bibirku.

"Tiga puluh triliun untuk kesempatan menikah dengan Damian. Kamu akan mendapatkannya kembali ratusan kali lipat dari kasino-kasino miliknya, perdagangan gelapnya, dan semua bisnis yang bahkan kau tak bisa sentuh. Sudahlah, kalau memang kamu tidak mau."

Karina menarik lengan ayah dengan ragu dan matanya mulai berkaca-kaca.

"Ayah, jangan dengarkan dia. Dia cuma mau bikin masalah..."

Ayahku tampak enggan, tapi akhirnya dia mengatupkan rahang dan setuju, sambil mengumpat pelan, "Kamu ini dibesarkan percuma! Anak tak tahu terima kasih... Karina jauh lebih baik."

Sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, sebuah asbak kaca yang berat terbang ke arah kepalaku.

Aku spontan mengangkat tangan, benturannya membuat tulangku nyeri.

Asbak itu melayang dan menghantam dahi Karina dengan suara yang mengerikan. Darah mengalir di wajahnya.

Dia menjerit. Ayahku membentak dari belakang, "Lihat apa yang kamu lakukan!"

Tanpa menoleh, aku keluar dari ruang kerja, mengambil ponsel, dan memesan penerbangan keluar negeri dua minggu lagi.

Rumah ini sudah bukan tempat yang layak kutinggali.

Aku melihat sekeliling kamar dan mengingat saat Karina pertama kali datang. Saat itu aku begitu kasihan padanya, sampai berbagi semua barang favoritku.

Balasan darinya?

Karina menghancurkan barang yang paling ayahku sayangi yaitu piala lomba kudanya, simbol kebanggaan ayahku dan menimpakan semua kesalahan padaku.

Dan juga memecahkan perhiasan ibu lalu menyembunyikan pecahannya di bawah bantal aku, supaya aku yang disalahkan.

Bahkan menjatuhkan dirinya dari tangga lebih dari sekali, lalu berbisik bahwa akulah yang mendorongnya.

Berkali-kali aku mencoba membela diri. Tapi orang tuaku tidak pernah mau mendengar.

Di mata mereka, aku hanyalah anak manja yang cemburu. Karinalah satu-satunya putri mereka yang polos dan tak bercela.

Begitu aku sampai di pintu, Damian muncul. Dia terdiam saat melihatku.

Karina berlari mendekat dari belakang dan langsung memeluk Damian sambil menangis.

Tatapan Damian berubah gelap.

"Apa yang kamu lakukan ke Karina?" Dia bertanya dan menghadang jalanku.

"Kau lihat sendiri." Aku mendorongnya, lalu berjalan lewat, rasa jijik memenuhi dadaku.

Aku akhirnya mengerti kenapa dia selalu memihak Karina.

Saat aku melangkah keluar menuju halaman, seseorang memukulku dari belakang.

Penglihatanku menggelap...

Aku terbangun oleh suara angin dan seluruh tubuh terasa tegang.

Aku membuka mata, mendapati diriku berada di sebuah pijakan sempit, tergantung empat puluh lantai di atas tanah di sisi gedung kantor Damian.

Vertigoku langsung menyerang, aku membeku dan tidak mampu bergerak. Jantungku berdetak dengan kencang. Aku mencoba berteriak, tapi yang keluar hanya hembusan napas tersengal.

Lalu aku mendengar suara Karina dari jendela yang terbuka.

"Damian bilang kalau dia tidak mendisiplinkanmu, kau tak akan pernah menjadi seorang wanita."

"Anggap saja ini pelajaran. Kita lihat apakah kamu masih berani melawanku."

Dia tertawa dan pergi.

Jari-jariku gemetar saat aku terus-menerus menghubungi Damian, tapi dia tidak menjawab.

Sebaliknya, beberapa foto dari Karina muncul di pesanku.

Foto-foto itu menunjukkan Damian sedang membersihkan lukanya dan memasang perban.

Itu cuma goresan kecil, tapi tatapan Damian penuh dengan kasih sayang.

Dadaku sakit seperti ditusuk-tusuk.

Damian tahu aku punya ketakutan pada ketinggian. Dia tidak mungkin melakukan ini padaku. Dia tidak mungkin...

Aku mencoba meyakinkan diri sendiri. Tapi penipuan diri itu terlalu lemah.

Kupikir semua perhatian Damian adalah milikku. Tapi dibandingkan apa yang dia berikan ke Karina, itu tak ada apa-apanya.

Dia bahkan tidak sempat mendengar ceritaku.

Hanya berdasarkan kata-kata Karina, dia menggantungku di sisi gedung setinggi empat puluh lantai hanya sebagai hukuman demi Karina.

Napasku semakin berat. Angin menerpa tubuhku, membuatku menggigil, tapi hatiku terasa lebih dingin dari sebelumnya.

Akhirnya, saat aku hampir pingsan, pijakan sempit itu perlahan ditarik masuk.

Lewat penglihatanku yang kabur, aku melihat Damian.

Dia mengangkatku ke dalam pelukannya. Aku berjuang dengan sisa tenaga yang kupunya.

Jijik.

Penolakan.

Dia memelukku erat dan berbisik dengan suara rendah, "Tenang... aku di sini untukmu.."

이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Putri Pemberontak   Bab 9

    Sudut pandang Bella.Aku menatapnya berdiri terpaku dengan tatapan kalah yang belum pernah kulihat darinya.Dia berdiri sangat lama, sebelum akhirnya perlahan berbalik untuk pergi.Tapi dia berhenti, menoleh lagi dan ada secercah harapan di matanya."Kamu... benar-benar bahagia sekarang?" tanyanya dengan suara serak yang menyakitkan.Aku tersenyum, senyum lebar dan tulus, lalu mengangguk. "Lebih bahagia dari sebelumnya."Cahaya di matanya pun meredup dan padam.Suaranya terdengar serak dan hancur."Baiklah. Berbahagialah. Dan kalau suatu hari kamu menghadapi masalah, janji kamu akan memberi tahu aku."Dia pergi.Asistennya, selalu hadir lewat ponselku dan terus mengirim kabar.Kerajaan bisnis ayahku telah diambil habis oleh Damian, dan semua keuntungan kini langsung masuk ke rekeningku.Orang tuaku dipindahkan ke apartemen sederhana, dan hidup dari uang bulanan yang Damian berikan.Karina dibawa ke pedesaan oleh anak buah Damian, dan tidak pernah kembali.Berdasarkan kebiasaan mereka,

  • Putri Pemberontak   Bab 8

    Sudut pandang Damian.Bella tidak luluh dalam pelukanku. Tubuhnya kaku, dan alisnya masih berkerut menahan sakit."Ada apa? Aku nyakitin kamu?" tanyaku dan langsung melepaskan pelukanku.Dia menyeringai dingin, lalu dalam satu gerakan lancar menarik kain tipis dari bahunya.Lekuk tubuhnya yang memukau kembali terpampang jelas dan pemandangan itu membangkitkan hasrat fisik yang sudah kukenal dengan sangat baik.Berapa kali aku pernah terhanyut dalam tubuhnya dengan gairah yang membuatku hilang kendali?Sebuah erangan nyaris terlepas dari tenggorokanku.Aku ingin melangkah maju, mencium setiap inci kulitnya dan memilikinya lagi.Tapi dia perlahan membalikkan tubuhnya.Dia berbalik perlahan, seakan dunia berhenti sejenak.Rasa takut menyergapku saat melihat bekas luka yang menutup punggungnya.Mataku seperti terbakar, aku terpaksa memalingkan wajah dan dada terasa sesak menahan sakitnya.Rasa malu dan takut menyambar keras dari dalam.Jantungku berdebar deras, dada terasa penuh dan menek

  • Putri Pemberontak   Bab 7

    Sudut pandang Bella.Aku bersandar di kursi panjang dan membiarkan angin laut menghembus lembut ke tubuhku sambil melihat ombak yang datang lalu surut lagi.Tidak ada ceramah dari orangtuaku.Tidak ada siasat licik Karina.Tidak ada wajah penuh kontrol dan ancaman dari Damian.Rasa bebas yang lama hilang itu akhirnya memberiku ketenangan penuh.Inilah hidup yang seharusnya kumiliki.Tapi entah kenapa, pikiranku mengkhianatiku, dan dia kembali memasuki ingatanku.Aku menempelkan tangan di dadaku.Setidaknya rasa sakit itu tak lagi seperti dulu.Bekas cambukan di punggungku belum sembuh sepenuhnya.Setiap hari aku mengoleskan krim luka dan berhati-hati agar kulitnya tidak robek lagi.Bahkan di sini ketika memakai pakaian renang, aku tetap menyampirkan kain tipis untuk menutupi bekas luka yang masih tersisa di tubuhku.Sosok tinggi muncul dan bayangannya menutupi tubuhku.Aku menatap ke atas, jantungku serasa berhenti.Sial.Damian.Matanya dipenuhi kelegaan yang tulus dan juga putus asa

  • Putri Pemberontak   Bab 6

    Sudut pandang Damian.Asistenku bicara dengan suara yang sangat pelan."Hari saat Nona Bella dibawa ke rumah sakit... hampir seketika itu juga dia melarikan diri."Aku menatapnya tajam dan dengan suaraku yang penuh amarah."Kenapa kalian tidak menghentikannya?! Kenapa kalian tidak memberitahuku?!"Dia tersentak melihat tatapanku."Kamu sibuk dengan urusan keluarga, dan... kami pikir kamu sudah tidak peduli lagi sama dia."Mataku menyipit. "Apa aku pernah mengatakan itu?"Dia terdiam sejenak. "Tidak, tapi... kelihatannya seperti itu. Kamu lebih lembut dengan Karina. Dengan Bella kamu... lebih keras."Lebih keras.Kata itu menusuk seperti pisau dan itu memang fakta yang menyakitkan.Aku membiarkan anak buah Karina menggantungkan Bella di lantai empat puluh.Aku membiarkan mereka memasukkannya ke ruang bawah tanah.Ruang bawah tanah!Aku menerobos keluar dari ruang rapat dan turun ke ruang bawah tanah.Udara di sana pengap dan lembap, aroma logam darah samar menyeruak ke hidungku.Di sud

  • Putri Pemberontak   Bab 5

    Sudut pandang Damian.Aku duduk di ruang rapat. Rasanya seperti ada sesuatu yang sangat penting sedang terlepas dari genggamanku, dan aku tidak bisa menghentikannya.Kepalan tanganku mengeras dengan spontan, tapi tidak ada apa pun yang bisa kugenggam.Aku memaksa diriku menstabilkan napas dan melanjutkan rapat.Setelah tiga hari rapat tanpa henti, aku menyingkirkan semua suara penentang dan akhirnya mendapatkan kendali penuh atas Keluarga Valendra.Ucapan selamat berdatangan dari teman dan sekutu, tetapi nomor yang paling aku tunggu tetap tidak memberi tanda apa pun.Pesan terakhir dari Bella sudah enam minggu yang lalu.Bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja?Dalam enam hari terakhir, aku hanya sempat melihatnya beberapa menit saja.Tuhan, aku merindukannya.Dia seperti kucing kecil yang liar, kalau sedang senang, dia akan melingkar manja di tubuhku, tapi kalau tidak, dia akan mencakarku tanpa ampun.Waktu ayahnya pertama kali mendatangiku dan meminta agar aku mendisiplinkan pu

  • Putri Pemberontak   Bab 4

    Sudut pandang Bella.Aku terpaku di atas meja dan butuh beberapa saat sampai aku sadar kalau aku sudah aman.Aku pun menghapus air mataku dan berjalan keluar tanpa menoleh padanya sedikit pun.Saat aku sampai di lobi lantai satu, aku melihat Karina.Dia mencibir, "Kamu pikir memancing emosi Damian bakal berakhir baik? Dia cuma bakal makin benci kamu. Dan aku akan pastikan kamu dikeluarkan sepenuhnya dari Keluarga Mahardika."Aku meliriknya dari ujung mataku."Hanya sampah sepertimu yang menganggap tempat busuk itu masih ada harganya."Raut wajah Karina berubah penuh amarah. Dia mencengkeram lenganku."Coba katakan sekali lagi!""Aku akan katakan sejuta kali. Kamu itu sampah! Sekarang lepaskan aku!"Pertengkaran kami terhenti seketika saat ada bunyi hantaman berat dari arah langit-langit.Lampu gantung besar terlepas dan meluncur jatuh tepat ke arah kami.Teriakan Karina menembus telingaku.Dalam sekejap, Damian berlari ke bawah lampu yang jatuh dan menarik Karina ke dalam pelukannya.

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status