공유

Bab 4

작가: Man D
Sudut pandang Bella.

Aku terpaku di atas meja dan butuh beberapa saat sampai aku sadar kalau aku sudah aman.

Aku pun menghapus air mataku dan berjalan keluar tanpa menoleh padanya sedikit pun.

Saat aku sampai di lobi lantai satu, aku melihat Karina.

Dia mencibir, "Kamu pikir memancing emosi Damian bakal berakhir baik? Dia cuma bakal makin benci kamu. Dan aku akan pastikan kamu dikeluarkan sepenuhnya dari Keluarga Mahardika."

Aku meliriknya dari ujung mataku.

"Hanya sampah sepertimu yang menganggap tempat busuk itu masih ada harganya."

Raut wajah Karina berubah penuh amarah. Dia mencengkeram lenganku.

"Coba katakan sekali lagi!"

"Aku akan katakan sejuta kali. Kamu itu sampah! Sekarang lepaskan aku!"

Pertengkaran kami terhenti seketika saat ada bunyi hantaman berat dari arah langit-langit.

Lampu gantung besar terlepas dan meluncur jatuh tepat ke arah kami.

Teriakan Karina menembus telingaku.

Dalam sekejap, Damian berlari ke bawah lampu yang jatuh dan menarik Karina ke dalam pelukannya.

Aku sempat melihat kepanikan dan keputusasaan di matanya, sebelum rasa sakit yang menyengat membantingku.

Lampu gantung yang hancur berjatuhan dan serpihannya bercampur dengan darahku menodai lantai.

Rasa sakit meledak di setiap sudut tubuhku.

Dengan sisa tenaga, aku mengangkat kepalaku.

Damian membungkuk di atas Karina dan berbisik padanya.

Karina menangis, tapi ketika matanya melirik ke arahku, senyum puas yang terselip di sana menyayat jauh lebih dalam dari lukaku.

Aku menundukkan kepala, tawa getir lolos dari bibirku, meski air mata membasahi wajahku, tenggorokanku dicekik darah dan kepahitan, rasa sakit merebut setiap napas yang tersisa.

Saat aku sadar lagi, aku sudah berada di ranjang rumah sakit.

Ruangan itu kosong dan luka-lukaku perih menyengat.

Pintu ruang di seberang lorong sedikit terbuka, aku melihat orang tuaku berkumpul di sekitar tempat tidur Karina.

Damian juga ada di sana dan dengan hati-hati menyesuaikan posisi ranjangnya.

Aku menatap mereka, air mata memburamkan penglihatanku.

Kupikir aku sudah kehabisan air mata, tapi dadaku masih saja perih, seperti ditusuk berkali kali.

Sebuah notifikasi muncul di ponselku. Hanya lima hari lagi sampai aku bisa pergi.

Aku menggenggam ponsel itu erat erat dan menahan tangis.

Tak lama kemudian, Damian masuk ke ruanganku.

Dia mengusap rambutku dan bertanya, "Sakit tidak? Kamu terluka di banyak tempat. Kamu kan paling benci rasa sakit."

Ada kekhawatiran di matanya dan bahkan sedikit rasa bersalah.

Kalau ini terjadi dulu, aku pasti sudah menangis dan menuntut kenapa dia tidak datang menyelamatkanku lebih dulu.

Tapi sekarang, aku hanya menutup mata, tidak ada lagi kata yang bisa kuucapkan.

Damian diam sejenak. "Sakit banget, kan? Nggak apa-apa kalau kamu nggak mau bicara. Aku tetap akan di sini menemanimu."

Dia benar-benar menyingkirkan semua urusannya dan berada di sisiku setiap hari.

Tapi aku tak lagi bicara. Aku makan dalam diam, tidur dalam diam, dan menunggu dalam diam hari saat aku akhirnya bisa pergi.

Empat hari sebelum keberangkatan, aku mendengar Karina berbicara di telepon di ujung lorong.

"Dua orang bodoh itu mencintaiku begitu dalam, mereka tak akan pernah tahu kalau Karina yang sebenarnya sudah mati sejak lama..."

Aku kehilangan kendali. Pikiran mengerikan menyambar, dan aku berlari, meraih lengannya.

"Kamu bukan kakakku! Kamu penipu!"

Dia berpura-pura terkejut, lalu tersenyum dan berteriak, "Tolong, jangan!" Dan dia menjatuhkan dirinya ke tangga.

Dalam sekejap, Damian berlari dan menangkapnya. Cara dia menatapku membuat bulu kudukku merinding.

"Berapa kali aku harus bilang jangan bertengkar dengan Karina? Kamu mempermalukannya saat sidang skripsi, dan sekarang menyerangnya lagi. Kamu keterlaluan!" Suaranya menekanku sampai sulit bernapas.

"Dia palsu. Dia bukan kakakku!"

Mata Damian dipenuhi ketidakpedulian yang dingin. Dia menoleh ke anak buahnya.

"Kurung dia selama tiga hari supaya benar-benar menyesali perbuatannya."

Air mata mengalir di pipiku.

"Aku tidak salah, Damian. Jangan kurung aku."

Dia mengangkat daguku dan tatapannya tanpa setitik belas kasihan.

"Bell, kamu benar-benar mengecewakanku."

Tiga hari itu adalah tiga hari paling menyiksa dalam hidupku.

Ayah datang ke ruang bawah tanah tempat aku dikurung dan memukulku tanpa ampun, sementara Karina tertawa dan menikmati setiap momennya.

"Kami memberi semua cinta kami padamu, dan begini kamu memperlakukan kakakmu!"

"Syukurlah kamu membatalkan pertunanganmu dengan Damian, jadi tak perlu lagi mempermalukan nama keluarga. Aku akan berikan uangnya. Ambil dan pergi. Kamu bukan anakku lagi!"

Saat cambuk itu patah dan ayah kelelahan, aku terbaring di lantai, berdarah dan nyaris tak bernapas.

Damian datang menemuiku, tapi hanya menatap dari jauh.

"Tiga hari di sini cuma pelajaran kecil. Kalau kamu tidak belajar, konsekuensinya akan lebih serius."

Kulitku robek, dan rasa sakit membuat napasku terputus-putus. Senyum tipis muncul di bibirku, hatiku tidak lagi terasa sakit.

Tiga hari kemudian, aku dimandikan dan diberi pakaian yang menutupi semua luka sebelum Damian datang menjemput.

Dia mungkin berpikir aku hanya tidur di dalam kegelapan selama tiga hari.

Tapi begitu melihat wajahku, dia berhenti sejenak, terlihat sedikit rasa bersalah di matanya.

"Sudah belajar sekarang? Tiga hari kelaparan bukan hukuman besar."

Aku hanya mengangguk, diam dan tak pernah menatapnya lagi.

Begitu anak buahnya menurunkanku di rumah sakit, aku menyelinap lewat pintu samping dan langsung menuju bandara.

Setelah mengecek rekening bank, aku membuang kartu ponsel ke tempat sampah dan naik pesawat tanpa menoleh ke belakang.

이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Putri Pemberontak   Bab 9

    Sudut pandang Bella.Aku menatapnya berdiri terpaku dengan tatapan kalah yang belum pernah kulihat darinya.Dia berdiri sangat lama, sebelum akhirnya perlahan berbalik untuk pergi.Tapi dia berhenti, menoleh lagi dan ada secercah harapan di matanya."Kamu... benar-benar bahagia sekarang?" tanyanya dengan suara serak yang menyakitkan.Aku tersenyum, senyum lebar dan tulus, lalu mengangguk. "Lebih bahagia dari sebelumnya."Cahaya di matanya pun meredup dan padam.Suaranya terdengar serak dan hancur."Baiklah. Berbahagialah. Dan kalau suatu hari kamu menghadapi masalah, janji kamu akan memberi tahu aku."Dia pergi.Asistennya, selalu hadir lewat ponselku dan terus mengirim kabar.Kerajaan bisnis ayahku telah diambil habis oleh Damian, dan semua keuntungan kini langsung masuk ke rekeningku.Orang tuaku dipindahkan ke apartemen sederhana, dan hidup dari uang bulanan yang Damian berikan.Karina dibawa ke pedesaan oleh anak buah Damian, dan tidak pernah kembali.Berdasarkan kebiasaan mereka,

  • Putri Pemberontak   Bab 8

    Sudut pandang Damian.Bella tidak luluh dalam pelukanku. Tubuhnya kaku, dan alisnya masih berkerut menahan sakit."Ada apa? Aku nyakitin kamu?" tanyaku dan langsung melepaskan pelukanku.Dia menyeringai dingin, lalu dalam satu gerakan lancar menarik kain tipis dari bahunya.Lekuk tubuhnya yang memukau kembali terpampang jelas dan pemandangan itu membangkitkan hasrat fisik yang sudah kukenal dengan sangat baik.Berapa kali aku pernah terhanyut dalam tubuhnya dengan gairah yang membuatku hilang kendali?Sebuah erangan nyaris terlepas dari tenggorokanku.Aku ingin melangkah maju, mencium setiap inci kulitnya dan memilikinya lagi.Tapi dia perlahan membalikkan tubuhnya.Dia berbalik perlahan, seakan dunia berhenti sejenak.Rasa takut menyergapku saat melihat bekas luka yang menutup punggungnya.Mataku seperti terbakar, aku terpaksa memalingkan wajah dan dada terasa sesak menahan sakitnya.Rasa malu dan takut menyambar keras dari dalam.Jantungku berdebar deras, dada terasa penuh dan menek

  • Putri Pemberontak   Bab 7

    Sudut pandang Bella.Aku bersandar di kursi panjang dan membiarkan angin laut menghembus lembut ke tubuhku sambil melihat ombak yang datang lalu surut lagi.Tidak ada ceramah dari orangtuaku.Tidak ada siasat licik Karina.Tidak ada wajah penuh kontrol dan ancaman dari Damian.Rasa bebas yang lama hilang itu akhirnya memberiku ketenangan penuh.Inilah hidup yang seharusnya kumiliki.Tapi entah kenapa, pikiranku mengkhianatiku, dan dia kembali memasuki ingatanku.Aku menempelkan tangan di dadaku.Setidaknya rasa sakit itu tak lagi seperti dulu.Bekas cambukan di punggungku belum sembuh sepenuhnya.Setiap hari aku mengoleskan krim luka dan berhati-hati agar kulitnya tidak robek lagi.Bahkan di sini ketika memakai pakaian renang, aku tetap menyampirkan kain tipis untuk menutupi bekas luka yang masih tersisa di tubuhku.Sosok tinggi muncul dan bayangannya menutupi tubuhku.Aku menatap ke atas, jantungku serasa berhenti.Sial.Damian.Matanya dipenuhi kelegaan yang tulus dan juga putus asa

  • Putri Pemberontak   Bab 6

    Sudut pandang Damian.Asistenku bicara dengan suara yang sangat pelan."Hari saat Nona Bella dibawa ke rumah sakit... hampir seketika itu juga dia melarikan diri."Aku menatapnya tajam dan dengan suaraku yang penuh amarah."Kenapa kalian tidak menghentikannya?! Kenapa kalian tidak memberitahuku?!"Dia tersentak melihat tatapanku."Kamu sibuk dengan urusan keluarga, dan... kami pikir kamu sudah tidak peduli lagi sama dia."Mataku menyipit. "Apa aku pernah mengatakan itu?"Dia terdiam sejenak. "Tidak, tapi... kelihatannya seperti itu. Kamu lebih lembut dengan Karina. Dengan Bella kamu... lebih keras."Lebih keras.Kata itu menusuk seperti pisau dan itu memang fakta yang menyakitkan.Aku membiarkan anak buah Karina menggantungkan Bella di lantai empat puluh.Aku membiarkan mereka memasukkannya ke ruang bawah tanah.Ruang bawah tanah!Aku menerobos keluar dari ruang rapat dan turun ke ruang bawah tanah.Udara di sana pengap dan lembap, aroma logam darah samar menyeruak ke hidungku.Di sud

  • Putri Pemberontak   Bab 5

    Sudut pandang Damian.Aku duduk di ruang rapat. Rasanya seperti ada sesuatu yang sangat penting sedang terlepas dari genggamanku, dan aku tidak bisa menghentikannya.Kepalan tanganku mengeras dengan spontan, tapi tidak ada apa pun yang bisa kugenggam.Aku memaksa diriku menstabilkan napas dan melanjutkan rapat.Setelah tiga hari rapat tanpa henti, aku menyingkirkan semua suara penentang dan akhirnya mendapatkan kendali penuh atas Keluarga Valendra.Ucapan selamat berdatangan dari teman dan sekutu, tetapi nomor yang paling aku tunggu tetap tidak memberi tanda apa pun.Pesan terakhir dari Bella sudah enam minggu yang lalu.Bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja?Dalam enam hari terakhir, aku hanya sempat melihatnya beberapa menit saja.Tuhan, aku merindukannya.Dia seperti kucing kecil yang liar, kalau sedang senang, dia akan melingkar manja di tubuhku, tapi kalau tidak, dia akan mencakarku tanpa ampun.Waktu ayahnya pertama kali mendatangiku dan meminta agar aku mendisiplinkan pu

  • Putri Pemberontak   Bab 4

    Sudut pandang Bella.Aku terpaku di atas meja dan butuh beberapa saat sampai aku sadar kalau aku sudah aman.Aku pun menghapus air mataku dan berjalan keluar tanpa menoleh padanya sedikit pun.Saat aku sampai di lobi lantai satu, aku melihat Karina.Dia mencibir, "Kamu pikir memancing emosi Damian bakal berakhir baik? Dia cuma bakal makin benci kamu. Dan aku akan pastikan kamu dikeluarkan sepenuhnya dari Keluarga Mahardika."Aku meliriknya dari ujung mataku."Hanya sampah sepertimu yang menganggap tempat busuk itu masih ada harganya."Raut wajah Karina berubah penuh amarah. Dia mencengkeram lenganku."Coba katakan sekali lagi!""Aku akan katakan sejuta kali. Kamu itu sampah! Sekarang lepaskan aku!"Pertengkaran kami terhenti seketika saat ada bunyi hantaman berat dari arah langit-langit.Lampu gantung besar terlepas dan meluncur jatuh tepat ke arah kami.Teriakan Karina menembus telingaku.Dalam sekejap, Damian berlari ke bawah lampu yang jatuh dan menarik Karina ke dalam pelukannya.

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status