1Namun belum sempat dia bertanya, asisten Nyonya Mira masuk. Wanita itu menyerahkan selembar kertas pada Nyonya Mira. Lalu Nyonya Mira menunjukkan itu pada Emily.
“Emily, maafkan ibu. Jika dari awal Ibu mengetahui semua ini dan dari awal memberitahumu, mungkin semua ini tidak akan terjadi.” Dengan tangan gemetar Emily menerima kertas yang disodorkan Nyonya Mira. Setelah membacanya dengan seksama, kedua matanya terbelalak. “Jadi benar apa yang dikatakan Alika kemarin? Aku adalah anak kandung Nyonya Mira?” Nyonya Mira, mengangguk. “Benar sayang, itu semua benar. Aku tidak menyadarinya dari awal. Aku benar-benar terlambat mengetahuinya. Dan setelah aku mengetahuinya pun aku masih mau menyembunyikan semuanya. Karena aku merasa waktu belum tepat untuk memberitahumu. Dan ternyata aku telah melakukan kesalahan. Karena terlambat memberitahumu.” Felix yang mendengar semua itu pun terkejut bukan main. Dia langsung bertanya Nyonya Mira. “Apa yang Anda katakan? Istriku adalah putri kandungmu?” Nyonya Mira menatap Felix dan kemudian mengangguk. “Tomi Juwanda sudah mengetahuinya, tapi dia justru menyembunyikan dariku. Dan aku benar-benar terlambat menyadarinya.” Sungguh, Emily mendapatkan kejutan luar biasa. Bukan hanya mendapatkan suami dengan cara tidak biasa, dia juga ternyata adalah anak kandung wanita yang sangat ia segani dan sayangi. Tidak ada hal yang membuatnya paling bahagia selain hari ini. Hidupnya terasa sempurna. Sekarang, ibu dan anak itu saling memeluk dan menangis. Akhirnya, mereka sepakat untuk melupakan Tomi Juwanda yang telah kabur. Lidya dan Alika. Masa kelam yang dialami Emily benar-benar berakhir setelah Adreno resmi dijebloskan ke penjara. Adreno dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas beragam tuduhan yang tak terhitung jumlahnya. Salah satunya adalah pembunuhan berencana atas kedua orang tua Felix. Sebenarnya, vonis itu tergolong ringan, karena awalnya hakim memutuskan hukuman mati. Namun, berkat permintaan dari Felix yang beberapa kali mengajukan keringanan, hukuman itu diturunkan menjadi penjara seumur hidup. Namun siapa sangka, Adreno ternyata tidak sanggup menanggung beban aib dan kenyataan pahit yang menertawakannya dari setiap sudut. Di balik jeruji, dunia terasa begitu sempit dan gelap baginya. Hingga akhirnya, Adreno memilih jalan pintas—ia mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di kamar mandi tahanan. Kabar itu menghantam keluarga besar Kelvin. Ibunya memilih pergi jauh ke luar negeri, mungkin untuk melarikan diri dari kenyataan pahit yang telah menghancurkan jiwanya. Tapi tidak dengan Kelvin. Ia tetap tinggal di sini, memenuhi permintaan terakhir dari Tuan Tua Widjaja. Lagi pula, di hati Kelvin, semua kesalahan ini adalah murni tanggung jawab sang Ayah. Bukan dirinya. Bukan Emily. Bukan Felix. Maka, saat kabar kematian ayahnya datang, Kelvin tidak begitu terguncang. Ia merasa bahwa kematian itu adalah ganjaran yang pantas atas dosa-dosa besar yang telah merenggut nyawa orang tua Felix. Tuan Tua Widjaja sendiri telah memilih untuk berdamai dengan semuanya. Menerima kenyataan dengan penuh keikhlasan. Waktu pun berjalan, hari-hari berganti, begitu pula bulan-bulan yang datang dan pergi. Di tengah semua luka dan perjuangan, sebuah kabar bahagia pun tiba. Bayi yang selama ini dinanti dari rahim Emily akhirnya lahir ke dunia, membawa sinar baru yang menyelimuti keluarga mereka dengan kehangatan dan harapan baru. – 29 TAHUN KEMUDIAN Bandara Internasional Kota X. Rania tiba di tempat parkir. Dia melirik jam di ponselnya. Pukul 8 malam. Saat dia baru saja mengulik handphonenya dan ingin menelpon Mirna, sebuah mobil Maybach berwarna merah berhenti di depannya. Rania tersenyum sambil bergumam, “Sahabatku memang yang terbaik. Dia datang tepat waktu!' Lalu dia berjalan ke arah mobil dan mengulurkan tangannya. Dengan santai dia membuka pintu belakang mobil itu dan masuk. Saat baru saja duduk, tiba-tiba terdengar suara dingin dari sebelahnya. "Ada urusan apa?" Rania segera menoleh dan seketika tertegun. Dia mengerjapkan matanya sambil berpikir, 'Kenapa bisa ada laki-laki di sini?' Laki-laki itu mengenakan kemeja putih bersih dengan dasi berwarna gelap dan bermotif. Dia terlihat seperti seorang pebisnis dewasa yang elit. Hidungnya mancung, bibirnya tipis dan terlihat dingin, lalu garis dagunya terlihat tegas... Secara keseluruhan wajahnya membuat orang merasa senang melihatnya, membuat orang mengaguminya. Mungkin ketampanan wajahnya bisa digambarkan menjadi seperti ketampanan yang bisa membalik dunia orang. Beberapa detik berdiam dengan lingung, kesadaran Rania pulih kembali. Ternyata dia salah masuk mobil. Dia mengerutkan alisnya dan bibirnya yang tertutup rapat hendak berbicara, tapi tiba-tiba handphonenya berbunyi. Rania kemudian mengangkat telepon itu. "Sayangku.. pintu masuk di sini di tutup! Tapi kamu jangan khawatir, sepuluh menit lagi aku sampai. Tunggu ya…" Suara Mirna terdengar. Rania seketika tertegun, "Oh oke, tidak apa-apa." 'Jadi aku beneran salah naik mobil...' pikirnya. Wajahnya memerah menahan malu. Setelah menutup teleponnya, dia langsung menjelaskan kepada laki-laki itu, "Maaf, aku salah masuk mobil. Maaf ya. Kukira ini mobil sahabatku yang datang menjemputku." Laki-laki itu tidak mengatakan apapun dan raut wajahnya terlihat datar. Rania akhirnya bersiap untuk turun dari mobil, tapi saat itu malah terdengar suara seorang laki-laki lain yang duduk di depan setir, "Nona ini hanya salah masuk mobil... Kak, jangan galak-galak, kamu membuatnya takut.” Rania melihat ke arah tempat duduk di depan. "Nona, jangan takut." Laki-laki muda itu tertawa kecil, "Kakakku memang seperti itu, dia terlihat dingin tapi sebenarnya dia tidak pernah memiliki pacar, padahal dia sudah..." Sebelum dia selesai bicara tiba-tiba terdengar suara gonggongan yang besar dari bagasi mobil. Kemudian sebuah bayangan hitam muncul dari belakang dan langsung pergi ke arah Rania. "Ah!..." Rania terperanjat kaget bukan main. Tanpa sadar dia bergerak mundur sebisanya. Dia jatuh kepangkuan Aaron Widjaja. Dia tidak peduli justru memeluk Aaron dan berteriak lagi, "Tolong!" Saat Ken belum selesai berbicara, perkataannya langsung berhenti karena melihat semua itu."Rania, setelah selesai menjenguk kakekmu, kamu pulang ke rumah ya, tidak baik jika kamu terus tinggal di rumah Nona Mirna. Aku sudah meminta Bibi untuk menyiapkan makan siang, semuanya adalah makanan kesukaanmu." Sinta bicara dengan suara yang keibuan."Tidak perlu." Rania bersikap dingin. "Berikan saja semua makan itu kepada menantumu yang tinggal di rumah itu."Saat Amelia mendengar itu, dia langsung merasa marah, "Rania, jaga bicaramu, sejak kapan Kak Rangga tinggal di rumah sebelum kami menikah?""Memangnya itu tidak akan terjadi?" Wajah Rania sama sekali tidak terlihat berbahaya, "Sekarang kalian belum menikah? Tapi dia setiap hari datang ke rumah bahkan tidur di atas ranjang kamar tidurmu, jadi aku berpikir kalau kemarin aku pulang ke rumah yang salah, bukan rumah keluarga Sanjaya melainkan rumah keluarga Mahendra.""Rania, kamu...""Amelia." Sinta menahan tangan anaknya itu.Hal itu karena pintu kamar rawat inap terbuka dan ada yang berjalan keluar dari dalam.Rania tidak memp
Pintu ruangan dengan cepat terbuka, Mirna kemudian berlari masuk, "Kenapa? Kenapa?"Rania menutup mulutnya dan melihat celemek berwarna merah muda yang Mirna gunakan di pinggangnya serta spatula yang ada di tangannya..."Kenapa aku bisa ada di rumahmu?"Rania berusaha mengingat-ingat, Aku ingat kemarin malam setelah dari rumah keluarga Sanjaya, aku pergi ke bar untuk minum. Akhirnya aku bertemu dengan manusia menyebalkan dan aku memukulnya, aku juga menghancurkan banyak barang kemudian…Rania mengusap pelipisnya, kepalanya terasa sangat sakit tapi dia masih tidak bisa mengingat apapun."Aku sudah bilang padamu jangan minum bir. Sekarang tahu kan tidak enaknya setelah mabuk? Kamu tunggu sebentar, aku akan membawa teh untukmu." Setelah Mirna mengatakan itu dengan kesal, dia dengan cepat membawakan secangkir teh untuk Rania.Rania melihat ke arah Mirna yang terlihat keibuan itu, tiba-tiba dia merasa ada yang janggal, "Mirna… sejak kapan kamu merubah kepribadianmu?"Mirna adalah satu-satu
Aaron yang melihat Rania tidak mau melepaskan dirinya terlihat mulai merasa kesal, 'Apa dia mau mengulangi trik yang sama seperti saat di bandara?'Bola matanya yang berwarna hitam itu menjadi muram. Dia mengulurkan tangannya dan memegang lengan Rania lalu dengan tenaga yang lebih besar dan tanpa berperasaan, dia melepaskan Rania dari tubuhnya.Rania terjatuh di atas lantai, lantai yang dingin itu membuatnya merasa lebih segar tapi satu detik kemudian...Dia berlutut di atas lantai kemudian dia memeluk 'selimut' yang ada di depan matanya itu dengan kedua tangannya, dia langsung menyandarkan wajahnya di atas 'bantal' lalu dia memejamkan matanya dan menghela nafas dengan nyaman.Aaron berdiri di tempat dan melihat kepala kecil Rania...Raut wajahnya yang sebelumnya terlihat dingin perlahan berubah menjadi rumit, 'Perempuan ini...!’Dia mengangkat tangannya lagi, awalnya dia mau langsung mendorong Rania tapi tiba-tiba terdengar suara dari belakangnya..."Tuan muda Aaron!"Aaron terdiam,
Pemilik bar mendengar suara dan langsung menghampiri mereka, "Aku beritahu ya, adikmu ini dan nona ini berkelahi, mereka menghancurkan seluruh isi barku, aku sudah menghitungnya, totalnya 486 juta…”"Bukan aku yang menghancurkannya!" Teriak Kimy."Tapi Tuan Muda Kimy, jelas-jelas tadi nona ini mengatakan kalau kamu yang mentraktirnya minum, jadi semua yang dia pecahkan tentu saja kamu yang harus membayarnya...""Mentraktir apanya?! Kamu buta ya? Tidak lihat dia memukulku hingga seperti ini?!""Tapi dia jelas-jelas mengatakan...""Siapa yang tidak mengenalku, Kimy di seluruh kota X? Apa kamu masih percaya dengan perempuan itu?""Tuan muda Kimy, kamu tidak bisa melepaskan diri dari ganti...""Aku tidak mau bicara omong kosong denganmu!""Tuan muda Kimy, tidak bisa.."Mereka berdua jadi beradu mulut dengan hebatnya…"Haduh! Berisik!"Entah kapan Rania bangkit berdiri, dia memicingkan matanya dan wajahnya yang seperti telur itu terlihat merah, jelas sekali dia mabuk.Pakaian yang dia guna
Kimy terdiam, "..."Ia merasa kesal, "Sial, dia benar-benar berani mengusirku lagi?""Aku tidak salah dengar kan Kimy? Dia menyuruhmu pergi.""Kimy, malang sekali dirimu.""Kamu, seorang pangeran dari keluarga Widjaja, ternyata tidak bisa mendapatkan perempuan ya?""Hari ini mataku baru terbuka."Kedua temannya itu saling bergantian bicara dan mengolok serta menertawakan Kimy, membuat Kimy merasa sangat malu.Dia tiba-tiba menahan pergelangan tangan Rania, "Cepat minta maaf padaku!"Rania meletakkan botol birnya kemudian melihat mata Kimy dengan sorot mata yang tajam.Dia sebenarnya sudah memiliki wajah yang cantik, tapi di bawah cahaya lampu bar wajahnya terlihat semakin cantik seperti sebuah lukisan. Kedua matanya terlihat berbinar, lalu bibirnya terlihat merona dan wajahnya yang cantik itu benar-benar mampu memikat orang yang melihatnya.Kimy dapat merasakan tangan lembut Rania hingga membuat Kimy semakin goyah, nada suaranya bahkan berubah menjadi lebih lembut, "Rania, sebenarnya
Dia langsung bertanya dengan suara lembut, "Kak Rangga kenapa? Sakit, tanganku sakit...tolong jangan begini. Lepaskan!""Kenapa Rania bisa tiba-tiba kembali?" Rangga melihat Amelia dengan sorot mata yang sangat dingin dan muram."Aku tidak tahu." Amelia berpura-pura sedih, dia membuat suaranya terdengar semakin lembut, "Dia pulang dan langsung menamparku dua kali, dia juga mendorongku hingga jatuh, lihatlah wajahku bengkak dan kakiku juga sakit.""Begitu?" Rangga mengendus dinginlalu bertanya, "Lalu bagaimana dengan foto-foto itu?"Amelia berpikir, 'Dia melihat foto-foto itu?'Amelia merasa sedikit panik, dia kemudian berusaha untuk menjelaskan, "Aku... Aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskan padanya dengan hubungan kita jadi aku mengambil foto-foto itu secara diam-diam, tapi aku juga tidak sengaja mengirimkannya, aku benar-benar tidak sengaja dan aku tidak menyangka...""Kamu pikir aku bodoh, ya? Kamu kira aku akan percaya dengan alasan tidak masuk akal seperti itu?!" Setelah sele