Dia berkata dalam hati, 'Sial! Aku mengakui kalau kakakku memang sangat tampan hingga membuat perempuan manapun ingin mendekatinya, tapi ini pertama kalinya aku melihat ada perempuan yang langsung memeluknya seperti ini... Dia adalah perempuan pertama!'
Dia melihat wajah cantik gadis itu, tapi sorot matanya sangat dingin. Dia ingin bercanda untuk mencairkan suasana tapi dia sama sekali tidak menyangka kalau akan terjadi adegan seperti ini. Tapi untung saja mobil ini kedap suara dan kaca jendelanya juga gelap hingga orang luar tidak bisa melihat bayangan di dalam jika tidak... "Blacky!” Aaron memelototi anjingnya. Saat mendengar namanya disebut, anjing itu langsung bersuara dan mengangkat kedua kaki depannya. Rania semakin ketakutan hingga dia hampir pingsan rasanya. Dia memang tidak takut apapun tapi karena pengalaman pahit yang dia miliki saat masih kecil, dia trauma. Dia sekarang sangat takut dengan anjing, apalagi anjing yang ada di hadapannya sekarang ini sangat besar. Dia sama sekali tidak berani untuk mengangkat kepalanya, dia hanya bisa merintih dan berusaha untuk menghindari anjing itu. Dia memeluk erat-erat Aaron Widjaja tanpa rasa sungkan dan malu sedikit pun. Sedangkan Aaron… Dia tetap duduk di tempatnya dan sama sekali tidak bergerak, bibirnya tertutup rapat. Rania kembali mendengar gonggongan anjing itu, seluruh tubuhnya langsung gemetar. Saat dia mau memberontak, kedua pundaknya langsung ditahan oleh dua tangan besar Aaron. Rania di dorong ke samping. Lalu terdengar suara yang berat dan pelan berkata lagi, "Blacky, kembali ke tempatmu!" Anjing itu berhenti menggonggong kemudian dengan patuh kembali ke tempatnya. Pintu mobil yang tertutup itu terbuka. Saat ini Rania benar-benar merasa sangat malu dan berantakan. Lalu tanpa mengatakan apapun dia langsung turun dari mobil itu kemudian dia langsung menutup pintu mobil itu lagi. Setelah hening beberapa detik, Ken tidak bisa menahan tawa dan dia tertawa terbahak-bahak, "Kak, anjingmu benar-benar keren? Dia bisa tahu perempuan yang cantik ya? Apa kamu ingin aku membantumu? Tadi aku hampir saja melihat dalaman..." Aaron langsung melempar tatapan dingin, membuat Ken menutup mulutnya. Tapi... "Tapi Kak, lihat bajumu." Ken menunjuk ke arah Aaron. Aaron langsung menundukkan kepalanya. Dia mengerutkan alisnya tanda kesal. Bajunya yang sebelumnya rapi itu, sekarang kusut karena cengkeraman tangan gadis tadi. Selain itu, juga terdapat bercak samar lipstik merah di sana. Rona merah di atas baju putih... tentu saja terlihat sangat jelas. "Kak." Saat Ken melihat Aaron terlihat sedikit tertegun, dia kembali bertanya dengan sedikit ragu, "Menurutmu bagaimana gadis tadi?" Aaron melihat ke arahnya, raut wajahnya dingin dan suaranya terdengar lebih dingin, "Apanya yang bagaimana?" Saat melihat raut wajah Aaron yang dingin dan berbahaya, Ken merasa sedikit takut. Dengan suara sedikit pelan, dia berkata, "Itu... itu... Menurutmu, cantik tidak?" Aaron memicingkan kedua matanya yang berwarna hitam itu. Raut wajahnya datar dan auranya terasa sangat dingin. Tapi sedetik kemudian dia malah menjawab, "Cukup cantik dan kulitnya sangat halus juga putih." Ken tidak tahu harus berkata apa, "..." Wajahnya yang putih dan tampan itu sedikit bergerak, 'Astaga, kakak benar-benar hebat dalam berpura-pura! Dia berpura-pura begitu serius hingga membuatku mengira aku sudah salah bicara, membuatku takut saja.' Tiga puluh menit kemudian, sebuah mobil Mercedes-Benz berwarna hitam mewah muncul. Mirna, Nona dari keluarga Harmoko melihat Rania. Wajahnya terlihat aneh. Rania tampak seperti orang yang sedang kebingungan. Tanpa bicara dulu, Rania yang melihat sahabatnya sudah datang, dia langsung masuk ke dalam mobilnya. Mirna melihat Rania terus memperbaiki riasannya. Rambutnya berantakan, dia terlihat panik dan lipstik di bibirnya terlihat berantakan seolah baru digigit seseorang... "Sayangku, kamu benar-benar hebat ya.. Sudah mulai berubah sekarang. Memang biasanya mereka yang belajar di luar negeri bisa berubah. Bisa menjadi lebih terbuka. Aku juga tidak menyangka kalau sekarang kamu juga begitu, baru saja tiba di bandara langsung..." "Mirna! Apanya yang berubah? Kamu tidak tahu insiden yang menimpaku tadi!" Kemudian terdengar Rania menutup kaca riasnya. Mirna mengerutkan dahinya, ada perasaan cemas di wajahnya. “Apa yang terjadi? Kamu kecelakaan?” “Ya.. Nyawaku hampir melayang!” “Ya Tuhan!” Mirna langsung panik dan hampir memeluk Rania. Rania justru mendorong sahabatnya dengan kasar. “Sudahlah! Yang penting aku tidak jadi mati. Tapi…” “Sayangku.. tolong beritahu aku. Aku sungguh khawatir. Apa kamu terluka? Bagian mana? Kenapa sampai mengalami kecelakaan?” Mirna beneran khawatir dan memeriksa bagian tubuh Rania. “Aku tidak apa-apa. Tidak ada luka! Tapi malunya setengah mati!” “??” Mirna sedikit kebingungan. Dia belum mengerti. Rania udah selesai merapikan lipstiknya, dia juga sudah merapikan rambutnya yang berantakan. Sekarang riasannya sudah menonjolkan fitur wajahnya dan dalam sekali lihat dia langsung akan membuat orang bilang kalau dia sangat cantik. "Aku tadi salah naik mobil dan aku hampir saja digigit anjing di dalam sana, makanya penampilanku jadi seperti ini." Saat mendengarkan penjelasannya, Mirna merasa lega dan sedikit memicingkan matanya, setelah itu menggoda Rania, "Anjing apa? Anjing mesum? Bagaimana penampilannya?” "Ini hanya anjing! Beneran anjing!" Rania mengertakkan giginya, "Anjing besar! Ini benar-benar anjing, bukan manusia!" Mirna terdiam, tapi dengan mimik tidak percaya."..." Rania benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa pada sahabatnya ini, 'Padahal dia sudah menikah, tapi masih saja... mesum!' "Sudah berhenti bicara omong kosong, cepat antarkan aku pulang ke rumah keluarga Sanjaya." "... Oh." Mirna mencibirkan bibirnya lalu memberikan perintah pada supirnya untuk pergi ke rumah keluarga Sanjaya. Setelah mobilnya keluar dari area bandara, Mirna tidak tidak bisa menahan diri untuk berkata pada Rania, "Oh ya, aku dengar kakek Sanjaya sudah dirawat di rumah sakit begitu lama, sampai sekarang masih belum sembuh dan belum keluar dari rumah sakit." Rania tidak mengatakan apapun setelah mendengar itu.Sesampainya di rumah, Rania dibuat terkejut. Meja makan penuh dengan hidangan hangat: sup ayam ginseng, tumis sayuran, ikan bakar, dan bahkan puding mangga kesukaannya.“Ini... kamu yang pesan?” Rania meliriknya curiga.Aaron duduk santai, melepas jasnya, lalu menggulung lengan kemejanya. “Aku yang masak.”Rania menahan tawa. “Jangan bercanda. Mana mungkin CEO yang sibuk bisa masak seperti ini.”“Tanya saja pada koki keluarga. Aku belajar beberapa menu sederhana.” Aaron menatapnya serius. “Aku ingin kamu makan makanan yang benar, bukan hanya instan atau camilan.”Hati Rania seperti tersengat. Dia ingin menyangkal, tapi perhatiannya yang kecil itu begitu nyata. Dengan malas ia duduk, lalu mulai menyendok sup ayam ginseng. Rasanya hangat, lembut, dan entah kenapa ini membuat perasaannya agak aneh.Aaron memperhatikan dengan seksama. “Bagaimana?” tanyanya.Rania berdehem, berusaha menyembunyikan perasaannya. “Lumayan.”Aaron tersenyum puas, lalu menambahkannya dengan lembut, “Kalau kamu
"Suamimu akan membantumu mengambil pakaian." Aaron berkata sambil mengeluarkan sebuah gaun dari lemari, "Pakailah ini."Rania melihatnya, itu adalah gaun kuning angsa yang dia beli bersama Mirna.Gaun itu memang bagus, tapi terlalu panjang dan desain kerahnya juga terlalu tinggi.Bukankah tidak nyaman jika pergi ke kelas mengemudi dengan gaun seperti itu?"Cukup." Hanya kata itu yang diucapkan Aaron, dan Rania langsung menundukkan kepalanya. Dia melemparkan bajunya dengan marah lalu berbalik dan kembali berbaring, "Aku tidak mau ke kelas!""Sangat menjengkelkan!"Aaron mengangkat alisnya, "Benar nih tidak mau pergi?""Iya.""Bagus kalau begitu."Detik selanjutnya... "Ahhhhhhhh aku pergi, bisakah aku pergi?" Rania segera mengambil gaun itu, dan memakainya."Bagus." Aaron terlihat sangat puas. "Setelah mandi, pergilah ke bawah untuk sarapan."Setelah 10 menit, Rania bersiap-siap dan turun ke bawah dengan menggunakan tas kecil. Dari jauh, tercium bau lezat.Rania melihat meja makan yang
"Kak Aaron." Suara wanita dari seberang telepon memanggil dengan lembut, "Besok, aku akan berada di pesawat yang sama dengan Ziyang, akan ku kirimkan nomor penerbangan saat aku sudah mendaftar."Rania bertanya, "Siapa kamu?"Wanita di seberang telepon itu terdiam."Halo? Kenapa diam?"Masih belum ada jawaban dari wanita itu, tiba-tiba telepon langsung ditutup.Rania meletakkan handphone itu lalu menatap Aaron yang sedang mabuk, dia terus bertanya-tanya.Wanita tadi memanggilnya Kak Aaron, "Intim sekali, dia bukan cinta lama suamiku kan?""Ck, apa cinta lamanya akan datang menemuinya?"Seperti menyadari sesuatu, Aaron mulai bertingkah angkuh, "Sayang, bantu aku mandi.""Mandi? Mau mandi kan?" Rania tersenyum jahat.Dia berjalan ke kamar mandi dan menyalakan air. Setelah beberapa saat, dia keluar dengan baskom berisi air dingin dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia menyiramkan air itu ke Aaron.Aaron yang masih terkapar di kasur langsung bangun dan membuka mata. Rania sangat senan
Jangankan Ken, sebagai perempuan dia juga berpikir kalau kata "sayang" sangatlah menjijikan.Rania berbicara dengan nada yang kasar dan terlihat kesal, "Menyusahkan, Besok aku harus bangun pagi-pagi, dan sekarang sudah lebih dari jam sebelas. Cepat bangun, ayo pulang denganku!"Aaron sangat jarang kehilangan kesabarannya, ia meraih tangan Rania dan berdiri di atas sofa. Dengan seketika dia memeluk gadis kecil itu dengan beban yang lebih dari 50 kilogram, "sayang, kenapa kamu terlambat datang?"Rania merasa semakin kesal, dia mengerutkan kening dan mencoba membantunya keluar, tapi yang terjadi malah..."Aku bertanya, tapi kamu tidak menjawab, suamimu ini akan menghukummu."Tiga orang lain yang ada di ruangan itu tertawa dan membuat Rania semakin merasa malu serta marah, "Kamu sengaja kan pura-pura mabuk?""Sayang kamu tidak sopan. Jangan keluarkan kata-kata kotor lagi."Wajah Rania kembali memerah, dia hanya bisa membisikkan peringatan kepadanya, "Kalau begitu kamu tidak boleh berbicar
Rnia turun setelah bus sampai di pusat kota, lalu dia harus naik bus umum. Karena terlambat, Aaron mengirim pesan teks, [Sayang, kamu sudah pulang?] Rania membalas, [Masih lima halte lagi.] [Kenapa kamu tidak naik taksi?] [Tidak ada uang.] Kemudian tidak ada balasan dari Aaron. Tapi beberapa detik kemudian dia mendapat notifikasi dari bank. Rania terlihat senang, dan segera memeriksa. "Sialan!" "100 ribu?" "hhmm, bos perusahaan Widjaja hanya mengirim uang segitu kepada istrinya?" "Dasar pelit!" Jelas terlihat, Rania sangat kesal sampai berteriak, "Kurang ajar". Dia pun mengirim pesan, [Aku ingin memukulmu sampai mati] Karena masih belum merasa lega. Baru saja dia ingin mengirim lagi [Aku akan membunuhmu suami sialan] Aaron membalas dengan stiker "senyum" Melihat stiker itu, Rania seperti melihat pria itu menatapnya dengan tajam dan dalam... Dia pun takut, dan langsung buru-buru menghapus stiker terakhir itu dan menggantinya dengan "Berlutut dan berterima k
Setelah kelas mengemudi itu selesai dan Rania sudah pergi, staf itu segera pergi ke samping untuk mengambil ponselnya dan menekan nomor, "Halo, asisten Li.” “...” "Ya, Rido sudah dipindahkan. Saya menjadi satu-satunya pelatih wanita di sekolah mengemudi ini untuk melatih Nona Rania. Sekarang Nona Rania sudah di kelas." "Pasti, pasti, sama-sama.” Karena ingin segera mendapatkan SIM-nya, Rania mendaftar banyak kelas selama beberapa hari terakhir ini. Dia mengikuti kelas dari pukul 10:00 hingga 11:30 pagi, lalu istirahat dan makan, kemudian pukul 1:00 siang sudah harus masuk kelas lagi.Cuaca di akhir Agustus sangatlah panas.Terutama pada pukul dua atau tiga sore, matahari bersinar sangat terik. Bahkan di dalam mobil ber-AC pun, Rania tetap saja tidak tahan.Akhirnya waktu istirahat tiba. Rania pun pergi ke kafe dan memesan segelas besar es teh susu. Baru saja dia duduk dan minum seteguk, terdengar dua gadis di meja sebelah yang sedang bergosip, "Wow, lihat pria tampan itu?""Apa d