Ken setuju dan kemudian pergi.Begitu Ken menutup pintu, Felix merasa tubuhnya lemas. Dia terjatuh di kursi dan bersandar dengan lunglai. Dia benar-benar tidak mengerti dengan apa sebenarnya yang terjadi pada Emily di malam itu.Siapa pria yang tiba-tiba datang dan memukul orang-orang itu?Dia menolong Emily dari pria-pria itu, tapi justru menodainya sendiri.Ketika Felix sedang dalam kekacauan, Ken sudah kembali.Dia datang bersama Manager Hotel BUANA. Ken tadi sudah menghubungi pihak Hotel dan meminta agar mereka memeriksa hari itu di tanggalnya yang tepat.Mendengar jika ini adalah perintah dari Presdir Lewis, tentu saja Manager hotel langsung melaksanakannya dengan baik tanpa ingin melakukan kesalahan sedikit pun."Tuan, manager Hotel itu sudah datang." Ucap Ken.Felix langsung menoleh dan berdiri."Apa ada yang bisa ditemukan?" Felix bertanya dengan sangat tidak sabaran.Manager Hotel terbantuk kecil, "Kami tidak menemukan informasi apapun ketika di hari itu, Tuan. Maafkan kami.
Tetapi pria itu merasa bingung, apa kesalahannya sehingga seorang Presdir Lewis menangkapnya?Jika karena persaingan bisnis, mana mungkin? Bahkan pekerjaannya hanyalah seorang tukang kuli panggul di sebuah pasar kumuh.Ketika dia sedang berpikir, Ken menarik rambutnya ke belakang."Kalau kamu ingin hidup dan seluruh keluargamu selamat, jawab saja semua pertanyaannya dengan benar!"Pria itu mengangguk-angguk, tanpa berani menatap wajah Felix. “Baik baik. Tolong jangan sakiti keluargaku.”"Apa yang telah kalian lakukan pada seorang gadis di kamar Hotel Buana satu tahun yang lalu!?" Felix bertanya dengan tatapan membunuh yang kuat."A-apa? Hotel Buana? Setahun yang lalu?" Pria itu terkejut. Lalu berusaha mengingat-ingatnya.Begitu teringat tentang kejadian di sana, dia tercengang.Apakah mereka ini, adalah suruhan gadis itu? Ingin membalas dendam pada mereka.Tapi, bukankah dia berhasil melarikan diri? Dia langsung menjawab dengan yakin, "Tidak, tidak. Aku atau teman-temanku tidak mel
Sarapan pagi di rumah besar Widjaja ini berjalan dengan perasaan yang berbeda-beda.Kelvin dan Alika dipenuhi dengan rasa cemburu.Alika cemburu dengan tatapan Kelvin kepada Emily. Sementara Kelvin, cemburu dengan tatapan Felix kepada Emily.Emily saat ini justru merasa sangat malu karena Tuan Tua Widjaja terus tersenyum aneh kepada Felix dan dirinya.Hati Tuan Tua Widjaja pagi ini sangat puas setelah melihat tanda merah di leher cucu menantunya.Felix sendiri, dia merasa lega. Semalam adalah hal sangat berharga baginya.Beban yang selama ini pernah dia simpan sendirian, sekarang telah ia bagi dengan Emily.Untuk kedepannya, dia tidak lagi tersiksa dengan bayangan akhir-akhir ini. Dia sudah mengatakan semuanya pada Emily.Felix melirik sekilas Kelvin yang terus-terusan mengepalkan tangannya. Dia tahu kalau Kelvin sedang cemburu dengan kedekatannya dan Emily.Baguslah! Kamu memang harus tahu, kalau Emily adalah milikku sekarang!Mata Felix seolah berbicara demikian ketika tanpa sengaj
Dengan keadaan gelisah, Kelvin tertidur di sofa.Pagi-pagi dia terkejut ketika merasakan sentuhan lembut di pipinya. Seketika Kelvin meraih tangan itu dan menciumnya."Emily? Kamu mau kembali padaku, ya?""Kelvin? Apa yang kamu katakan?" Wajah yang tadi tersenyum itu langsung terlihat kesal."Alika!" Kelvin seketika bangun dan duduk. Dia meremas rambutnya. Semalam, dia bermimpi duduk berdua dengan Emily di sini. Kemudian merayu dan meminta hati Emily kembali. Emily tersenyum ke arahnya dan menyentuh pipinya dengan begitu lembut dan penuh tatapan cinta.Rupanya dia terbawa suasana mimpi, tangan yang menyentuh pipinya adalah tangan Alika yang ingin membangunkannya."Kamu terus memikirkan Emily. Bagaimana aku tidak cemburu?" Alika menggerutu dengan kesal."Itu hanya mimpi! Tidak perlu diperpanjang. Aku juga tidak mau bermimpi tentang Emily. Memangnya aku bisa mengatur mimpi?" Bantah Kelvin."Tapi biasanya, orang bermimpi itu karena orang itu sendiri terlalu memikirkan seseorang!" jawab A
Perlahan Emily mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Felix dengan lembut.Dia merasa kasihan.Tetapi Emily merasa sedikit lega. Ternyata bukan hanya dirinya yang kotor karena kelicikan seseorang. Emily menggenggam erat tangan Felix."Kita akan melupakan semua yang sudah lalu bersama-sama."Felix mengangkat wajahnya. "Kita akan memulai lembaran baru?" Dia hampir tidak percaya dengan kata-kata Emily.Emily mengangguk.Felix benar-benar merasa lega, dia kembali memeluk Emily. Begitu erat dan hangat."Jangan lagi menganggap dirimu kotor, ya? Karena aku juga seperti itu. Kita bisa membersihkan diri kita dimulai dari kebersamaan kita."Emily mengangguk pelan.Felix mengangkat tubuh Emily ke tengah tempat tidur kemudian memeluk Emily dari belakang.Emily merasa agak kaku dan bermaksud untuk menjauh."Biarkan saja, Emily. Biarkan aku tidur memelukmu sampai pagi. Aku benar-benar nyaman seperti ini.”Mendengar suara Felix yang serak, Emily tidak sanggup untuk menolak. Dia pun membiarkan
Emily menatap Felix dengan cemas. Felix tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Emily. Dia buru-buru mengatakan beberapa kalimat untuk menghiburnya, “Aku tahu kamu tidak siap. Tapi kita harus melakukan ini. Setelah itu, kamu tidak akan dihantui perasaan apapun lagi.""Jadi besok, aku akan pergi menemui pria itu. Kalau dia sudah mengakuinya, aku akan menjemputmu. Kamu bisa melakukan pada mereka apapun yang ingin kamu lakukan. Sisanya, biar menjadi urusanku. Setelah itu, kita akan hidup tanpa bayangan apapun lagi.”Emily tidak bisa berkata-kata, dia hanya mengangguk.Apa yang dikatakan Felix memang benar. Selama orang-orang itu masih hidup, selama dalang di balik foto-foto dirinya itu belum terbongkar, hidup Emily akan terus dibayangi ketakutan.Tetapi di dalam hatinya, Emily merasa khawatir dan sedih. Bagaimana jika pria-pria berandalan itu benar-benar telah memperkosanya? Bukankah itu sangat menjijikkan?Bahkan dia tidak akan sanggup menerima dirinya sendiri.Felix paham dengan apa yang