Share

Bab 13

Author: Si Kecil Tangguh​
Bahkan Kresna juga melihat Andini. Hanya saja, dia berkata kepada Abimana, "Untung saja, hari ini Selir Agung Haira turun tangan. Kalau nggak, bukan hanya kamu, kemungkinan aku juga nggak bisa keluar dari istana!"

Andini melihat lantai dan tersenyum sinis. Sepertinya ucapan Kresna ini ditujukan kepadanya. Tiba-tiba, terdengar suara Dianti. "Ayah ...."

Dianti terlihat lemah dan juga cemas, seolah-olah kondisinya sudah sekarat. Andini mengernyit. Dia melihat Ratih memapah Dianti.

Air mata Dianti langsung mengalir sewaktu melihat dahi Abimana berdarah. Kemudian, Dianti berlutut di samping Abimana dan berucap, "Ayah, jangan marah lagi ...."

Sebelum menyelesaikan ucapannya, Dianti batuk-batuk. Kresna yang merasa kasihan pada Dianti menegur Ratih, "Cepat papah Dianti!"

Bahkan, Kirana yang awalnya sibuk membela Abimana juga segera memapah Dianti. Dia bertanya, "Kamu lagi sakit. Kenapa kamu keluar?"

Dianti menjawab sembari berlinang air mata, "Aku ... dengar Ayah mau hukum Kak Abimana. Aku tahu pasti Kak Abimana buat masalah sehingga Ayah begitu marah. Tapi, Kak Abimana pasti punya alasan setiap melakukan sesuatu. Tolong Ayah ampuni Kak Abimana demi aku ...."

Hati Kresna dan Kirana luluh begitu mendengar ucapan Dianti. Abimana juga sangat tersentuh, tetapi dia tanpa sadar melihat Andini.

Tatapan Andini sangat dingin dan sikapnya sangat tenang. Hati Abimana terasa sangat sakit. Dianti tetap bersikeras membela Abimana meski sedang sakit, tetapi bagaimana dengan Andini?

Jelas-jelas Andini tahu Abimana memberi pelajaran kepada para pelayan istana itu demi dia. Namun, Andini sama sekali tidak memedulikan Abimana.

Amarah Kresna pun mereda karena Dianti. Dia berucap sambil mengernyit, "Sudah! Aku harap kamu nggak mengulang perbuatan seperti ini lagi!"

Selesai bicara, Kresna langsung pergi. Begitu Kresna pergi, Kirana menyuruh bawahan memapah Abimana dan memerintah, "Cepat suruh tabib kediaman obati luka Abimana!"

Bawahan segera memanggil tabib kediaman. Dianti masih batuk-batuk, jadi Kirana memperhatikan kondisi Dianti.

Andini seperti orang luar yang menyaksikan kehangatan Keluarga Adipati. Dia merasa semua ini tidak ada hubungannya dengan dirinya lagi. Andini hendak pergi.

Sebelum Andini keluar dari aula, tiba-tiba Abimana bertanya, "Kamu nggak ingin bilang sesuatu?"

Langkah Andini terhenti, lalu dia memandang Abimana dan bertanya balik, "Kamu mau dengar aku bilang apa?"

Abimana yang merasa sakit hati menyahut, "Aku nggak mau dengar kamu bilang apa-apa. Tapi, hari ini aku melakukan semua itu demi kamu. Apa kamu nggak mau menanggapinya?"

Bahkan, Abimana menurunkan tangannya yang menutup luka di dahinya. Dia membiarkan Andini melihat darah yang menodai wajahnya. Abimana tidak berharap Andini bisa menyayanginya seperti Dianti. Dia hanya berharap Andini sedikit memperhatikannya.

Dengan begitu, tindakan Abimana hari ini tidak sia-sia. Namun, ekspresi Andini sangat dingin. Dia mengamati semua orang di aula, sepertinya mereka semua menunggu Andini melontarkan perkataan yang ingin mereka dengar.

Andini mengalihkan pandangannya, lalu melihat Abimana dan tersenyum sinis. Dia berkomentar, "Aku rasa kamu benar-benar mabuk sampai-sampai kamu nggak bisa bedakan tindakanmu hari ini memang demi aku atau hanya untuk mengatasi perasaan bersalahmu."

"Andini!" bentak Abimana. Dia sangat kecewa kepada Andini. Kenapa Andini bersikap seperti ini?

Dianti membela Abimana, "Kak Andini, Kak Abimana nggak pernah bertindak gegabah seperti ini. Hari ini dia melakukannya demi kamu ...."

Andini menyergah, "Kalau Tuan Abimana benar-benar melakukannya demi aku, seharusnya kamu bukan memberi pelajaran kepada pelayan di penatu istana dulu."

Andini memang tidak melihat Ratih, tetapi semua orang di aula tahu orang yang dimaksud Andini adalah Ratih. Pelaku utama yang menyebabkan Andini ditindas selama 3 tahun dan memfitnahnya hari ini adalah Ratih. Namun, apa yang dilakukan Abimana?

Abimana malah memberi pelajaran kepada para pelayan istana itu. Benar-benar konyol! Sementara itu, amarah Abimana memuncak.

Tiba-tiba, pengurus Kediaman Adipati yang bernama Sadya buru-buru masuk ke aula dengan membawa bungkusan besar. Dia melapor, "Nyonya Kirana, Selir Agung Haira utus orang untuk antar sebungkus pakaian kemari."

Sadya bukan menyerahkan pakaian itu kepada Kirana. Dia berdiri di depan Andini dan melanjutkan, "Selir Agung Haira bilang Nona Andini pandai mencuci pakaian. Semua ini pakaian mewah, Selir Agung Haira nggak tenang kalau dicuci orang lain."

Bahkan, Sadya juga merasa canggung saat melaporkan hal ini. Dia terus mengamati ekspresi Andini.

Andini paham, sepertinya ini adalah jalan tengah yang dipikirkan Haira. Mana ada putri keluarga kaya mencuci pakaian selir? Andini dipermalukan, begitu pula Keluarga Adipati.

Andini menoleh dan mengisyaratkan Laras untuk mengambil bungkusan pakaian itu. Dia mendengar Sadya berucap, "Selir Agung Haira bilang besok pagi pakaian ini harus diantar ke istana. Selir Agung Haira mau memakainya."

Itu berarti Andini harus mencuci semua pakaian Haira malam ini. Andini menarik napas dalam-dalam, lalu mengangguk dan memandang Abimana seraya berujar, "Kalau kamu mau dengar aku bilang sesuatu, sekarang aku mau bilang ... terima kasih Tuan Abimana."

Andini berterima kasih kepada Abimana yang membuatnya dipermalukan. Selesai bicara, Andini langsung pergi. Laras yang membawa bungkusan pakaian bergegas mengikuti Andini. Di sepanjang perjalanan, Laras tidak berani bicara.

Sesampainya di Paviliun Ayana, Andini menyuruh Laras menyiapkan air. Laras baru berkata, "Hari ini Nona masuk angin. Nona istirahat saja, biar hamba yang cuci pakaiannya."

Andini memang sudah minum air jahe dan berendam air hangat, tetapi dia tetap masuk angin. Kondisi Dianti sangat lemah, mana mungkin Andini baik-baik saja? Jadi, Andini tidak boleh mencuci pakaian Haira lagi. Dia harus istirahat.

Namun, Andini tetap mengambil bungkusan pakaian yang dibawa Laras dan berujar, "Selir Agung Haira bilang dia nggak tenang kalau pakaian ini dicuci orang lain. Kamu sudah lihat situasi hari ini. Kalau aku nggak cuci pakaian ini, takutnya besok ada masalah lain lagi. Cepat ambil air dingin."

Pakaian yang mewah ini tidak boleh direndam dengan air panas. Takutnya pakaian ini bisa rusak. Laras hanya berdiri di tempat sambil memandangi Andini. Dia merasa sedih.

Andini bertanya dengan ekspresi bingung, "Kenapa?"

Air mata Laras mengalir. Dia menyahut, "Nona ... mereka keterlaluan sekali. Kenapa mereka hanya menindas Nona?"

Laras tidak bisa mengendalikan emosinya. Andini mendesah, dia tidak tahu bagaimana caranya menghibur Laras dan menjawab pertanyaannya.

Andini juga ingin tahu kenapa mereka terus menindasnya. Apa karena Andini bukan anak kandung Kresna dan Kirana?

Untung saja, pakaian Haira tidak banyak. Andini sudah selesai mencuci semua pakaian itu sebelum malam.

Keesokan paginya, Andini menyerahkan pakaian Haira kepada Sadya supaya Sadya bisa mengutus orang untuk mengantar pakaian itu ke istana. Siapa sangka, Sadya mengatakan maksud Haira adalah Andini yang harus mengantar pakaian itu ke istana.

Andini terpaku di tempat. Haira menyuruhnya masuk ke istana lagi?
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Christina Wungu Belen
kasihan sekali nadin Andini
goodnovel comment avatar
Satya Ika Rini
ingin terus mbaca
goodnovel comment avatar
Niken Sawitri
semakin menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1307

    Dia akhirnya menurunkan kelopak matanya perlahan. Bulu mata yang tebal memunculkan dua bayangan berat di atas wajahnya yang pucat.Seolah-olah seluruh tenaganya tersedot habis, Rangga tenggelam di sandaran kursi yang dingin. Seluruh dirinya seperti sedikit demi sedikit ditelan kegelapan tak berwujud, semakin dalam, hingga akhirnya jatuh ke lautan keputusasaan yang sunyi."Pasti ...." Suaranya serak dan lirih, seperti helaan napas yang melayang di udara beku, membawa rasa sesak seakan-akan sedang tenggelam. "Pasti telah terjadi banyak sekali hal, 'kan?"Di luar jendela, cahaya fajar tampak semakin berkilau indah. Namun, dua orang di dalam ruangan itu seperti sejak lama sudah tenggelam ke danau yang begitu dingin dan menusuk tulang.Andini mengerahkan tenaga, mencubit pergelangan tangannya sendiri. Kuku-kukunya menancap dalam ke kulit. Rasa sakit yang tajam itu membuatnya dengan susah payah mendapatkan sedikit kejernihan kembali.Dia menarik napas panjang, menekan rasa sesak di tenggorok

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1306

    Andini mengerutkan alis. Rasa aneh yang muncul di hatinya semakin membesar.Dia menatap Rangga dengan tatapan selidik, dan akhirnya tak bisa menahan diri untuk bertanya, "Rangga, kenapa kamu ada di sini?"Rangga menarik kembali tangannya, lalu perlahan-lahan menyeret langkah masuk ke ruangan. "Aku nggak tahu."Saat berbicara, dia sudah kembali duduk di kursi itu. Seolah-olah akhirnya tak perlu lagi memaksakan diri, dia mengembuskan napas berat, mengangkat tangan dan menekan pelipisnya yang masih terasa nyeri. Gerakannya membawa sedikit sikap keras kepala dan ketidaksabaran yang hanya dimiliki oleh Rangga saat masih muda.Dia perlahan membuka mulut. Suaranya rendah dan serak, mengandung kebingungan. "Aku hanya ingat kalau aku terluka sangat parah. Seluruh tulangku seperti hancur, rasanya sangat sakit. Setelah itu, semuanya menjadi kacau dan gelap. Aku nggak tahu siang atau malam, nggak tahu berada di mana."Dia terhenti, terengah-engah beberapa kali, seakan-akan sekadar mengingat rasa s

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1305

    "Pangeran adalah orang yang bijaksana!" Agos segera menyangkal, "Hal ini sangat rahasia. Hamba menjaga mulut rapat-rapat, mustahil ada kebocoran. Lagi pula, langkah kaki hamba sangat ringan, bahkan ahli persilatan pun belum tentu bisa menyadarinya. Nona Andini hanya gadis biasa. Bagaimana mungkin dia dapat mengetahuinya?"Ucapan itu justru mengingatkan Ganendra. Keterampilan Agos sudah sangat ia pahami. Teknik meringankan tubuhnya termasuk yang terbaik di Negara Tarbo.Jika dia sengaja menyembunyikan jejak, memang hanya sedikit sekali orang yang mampu mendeteksinya.Kalau begitu, rencana menampilkan kelemahan untuk memperoleh simpati itu, mungkin memang bisa berhasil?Hanya saja, Andini dan Rangga telah tumbuh bersama sejak kecil. Hubungan mereka memang berbeda ....Setitik kepuasan muncul di sudut bibir Ganendra. Benar, bagaimana mungkin tidak berhasil?Dia kehilangan ibunya saat masih kecil, diabaikan oleh ayahnya, bukankah justru dengan penampilan yang rapuh, patuh, dan penuh kesaba

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1304

    Cahaya fajar memancar seperti emas cair ke dalam jendela paviliun, menyeret bayangan panjang di atas lantai yang dingin.Andini berdiri terpaku di tepi pintu. Tatapannya jatuh pada wajah pucat yang bersandar pada kursi bundar itu. Dia nyaris lupa, kapan terakhir kali dia mengingat wajah itu dengan jelas.Seseorang yang pernah menghabiskan lebih dari sepuluh tahun dalam hidupnya, seolah-olah telah lama menghilang diam-diam, pergi tanpa suara, hanya menyisakan seberkas bayangan kabur di sudut ingatannya.Saat ini, cahaya fajar menembus kisi-kisi jendela berukir, menutupi wajahnya yang tanpa warna darah itu dengan lembut tetapi juga kejam. Garis-garis wajah yang terlalu jelas itu entah kenapa membuatnya teringat pada bunga plum yang pernah mekar di Paviliun Persik.Ketika bunga mekar, tetap mampu memukau waktu. Namun, perasaan yang dulu membuat hatinya bergetar dan berdebar itu, kini seperti pasir yang mengalir di sela jari, tak bisa lagi digenggam.Namun ... dia masih hidup. Syukurlah.H

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1303

    Saat berbicara sampai di titik ini, Andini menundukkan kepala dan ternyata meniru gaya Ganendra. "Kali ini, aku datang jauh-jauh ke Negara Tarbo hanya untuk Rangga. Keluarga Gutawa bilang Rangga rada di tangan Pangeran. Pangeran mungkin nggak tahu aku dan Rangga tumbuh bersama sejak kecil, jadi ikatan kami cukup kuat.""Karena aku sudah menjaga Pangeran selama dua malam, aku mohon Pangeran bisa izinkan aku bertemu dengannya ...."Ucapan Andini terdengar sangat tulus, tetapi secara tidak langsung ikut menyeret Keluarga Gutawa ke dalamnya juga.Ganendra mengernyitkan alisnya dan menatap Andini dengan tajam. Dia berusaha melihat menembus topeng yang dipakai Andini, tetapi dia tetap tidak bisa memahami pikiran Andini."Kamu ...."Setelah ragu begitu lama, Ganendra tetap tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Dia tidak tahu apakah wanita di hadapannya ini sedang berpura-pura atau memang benar-benar hanya mengkhawatirkan Rangga.Andini bukannya mundur saat melihat reaksi Ganendra yang terl

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1302

    Malam yang panjang akhirnya berlalu dan cahaya fajar menyingsing di ufuk timur.Saat perlahan-lahan membuka matanya, hal pertama yang dilihat Ganendra adalah Andini yang duduk di kursi tak jauh dari ranjang sambil membaca buku pengobatan di tangan dengan serius. Cahaya matahari yang lembut menyinari sisi wajah Andini, membuat ekspresi Andini yang anggun terlihat sangat suci. Ternyata Andini benar-benar menjaganya sepanjang malam.Namun, reaksi pertama Ganendra malah tersenyum sinis. Dia tidak mengerti mengapa wanita di dunia ini begitu mudah dipermainkan, segala akting pura-pura lemahnya itu ternyata selalu berhasil.Ganendra menundukkan kepalanya. Saat kembali membuka matanya, tatapannya yang tadinya terlihat mengejek sudah berubah menjadi tatapan lemah dan tak berdaya."Nona Andini ...," panggil Ganendra dengan pelan, seperti sebuah helaan napas yang bergema di dalam ruangan yang sunyi itu.Andini mengangkat kepala dan menatap Ganendra, lalu tersenyum dengan hangat dan lembut. "Pange

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status