Share

Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati
Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati
Author: Si Kecil Tangguh​

Bab 1

Author: Si Kecil Tangguh​
Di Negara Darsa, tanggal 28 Desember. Cuaca sangat dingin. Andini Gatari baru selesai mencuci pakaian terakhir di pagi hari.

Sebelum sempat menyeka tangannya yang sudah mati rasa karena kedinginan, pelayan senior di penatu istana memanggil, "Andini, cepat! Anggota Keluarga Adipati menjemputmu!"

Andini tertegun. Keluarga Adipati terdengar familier dan juga asing bagi Andini. Dia pernah menjadi putri Keluarga Adipati selama 15 tahun, tetapi dia diberi tahu dirinya bukan putri asli 3 tahun yang lalu.

Bidan yang membantu istri adipati melahirkan berniat jahat. Dia menukar putrinya dengan putri Keluarga Adipati. Namun, bidan itu merasa tidak tega menjelang kematiannya. Jadi, dia mengungkap kebenarannya.

Andini mengingat dengan jelas adipati dan istrinya sangat emosional saat pertama kali bertemu dengan Dianti. Mereka berpelukan sambil tertawa dan menangis. Sementara itu, Andini yang berdiri di samping kewalahan. Ternyata dia bukan anak kandung orang tua yang diakuinya selama 15 tahun.

Mungkin karena melihat kekecewaan Andini, Kresna Biantara menjamin Andini akan tetap menjadi putri Keluarga Adipati. Bahkan, dia menyuruh Dianti memanggil Andini "kakak". Kirana juga mengatakan mereka tetap menyayangi Andini seperti putri kandung sendiri.

Suatu hari, mereka melihat Dianti memecahkan mangkuk Putri. Pelayan Dianti melemparkan kesalahan kepada Andini, lalu Andini dimarahi Putri. Akhirnya, Andini dihukum menjadi pelayan di penatu istana.

Namun, Kresna dan Kirana hanya melindungi Dianti. Mereka sama sekali tidak membela Andini. Kala itu, Andini tahu dia bukan putri Kresna dan Kirana lagi.

"Andini, kenapa kamu diam saja? Nanti Tuan Abimana menunggu terlalu lama!" desak pelayan senior.

Suara pelayan senior itu membuyarkan lamunan Andini. Tatapan Andini tertuju pada pintu masuk penatu istana. Seorang pria bertubuh tegap berdiri di luar pintu. Di bawah cahaya matahari, sosoknya tampak menonjol.

Sebenarnya Andini sudah mati rasa, tetapi hatinya terasa sakit begitu melihat wajah yang familier itu. Pria itu adalah Abimana Biantara.

Andini memanggil Abimana "kakak" selama 15 tahun. Dia pernah pergi jauh-jauh ke Gamanta untuk mencari mutiara malam yang langka demi Andini. Dia juga pernah mendorong Andini dari tangga demi Dianti.

Mereka tidak bertemu selama 3 tahun. Sekarang, perasaan menderita yang sudah sirna selama 3 tahun muncul lagi. Andini menarik napas dalam-dalam untuk menahan emosinya. Ekspresi Andini tetap datar.

Andini menghampiri Abimana, lalu berlutut dan berucap dengan datar, "Salam, Tuan Abimana."

Sebelum datang, Abimana juga membayangkan pertemuan mereka. Berdasarkan sifat Andini, mungkin dia akan menghambur ke pelukan Abimana dan menceritakan penderitaannya seraya menangis. Mungkin juga Andini akan menyalahkan Abimana yang tidak pernah menemuinya selama 3 tahun.

Abimana tidak menyangka Andini akan menghampirinya dan berlutut di depannya dengan tenang. Andini adalah adik yang dimanjakannya selama 15 tahun. Adiknya ini mempunyai sifat yang keras kepala dan arogan karena dimanjakan Abimana. Kenapa sekarang Andini berubah?

Hati Abimana terasa sakit. Dia mengepalkan tangannya yang diletakkan di belakang punggung. Suaranya juga tercekat.

Setelah menarik napas dalam-dalam, Abimana baru berkata, "Nenek sangat merindukanmu. Permaisuri mengizinkan kamu keluar dari penatu istana karena memikirkan usia Nenek yang sudah tua."

Abimana merasa nada bicaranya sangat kaku. Dia mengernyit, lalu memapah Andini dan berujar dengan lembut, "Ayo, ikut Kakak pulang."

Andini terkejut. Dia sudah menantikan ucapan Abimana ini begitu lama. Ketika baru datang ke penatu istana, Andini selalu menantikan Abimana bisa menjemputnya pulang.

Namun, perlahan-lahan penantian Andini berubah menjadi kekecewaan. Sekarang, Andini tidak berharap pada Keluarga Adipati lagi.

Tidak disangka, Abimana datang. Andini mundur, lalu melepaskan tangan Abimana dan memberi hormat sambil berucap, "Hamba berterima kasih atas kebaikan Permaisuri dan Nyonya Ainun."

Nada bicara Andini terdengar tulus dan sikapnya sangat sopan. Sudah jelas Andini menjaga jarak dengan Abimana. Hal ini membuat Abimana sedih.

Abimana menarik tangannya dan mengerutkan dahi. Dia sedikit kesal saat berkata, "Ayah nggak pernah mencabut statusmu. Meskipun kamu tinggal di penatu istana selama 3 tahun, kamu tetap tercatat sebagai anggota Keluarga Adipati. Kamu bukan pelayan."

Abimana memanjakan Andini sejak kecil. Dia tidak akan membiarkan Andini menjadi pelayan.

Akan tetapi, Andini merasa ucapan Abimana terdengar ironis. Selama 3 tahun, Andini harus bangun saat subuh untuk mencuci pakaian setiap hari. Dia mencuci pakaian sampai malam, kedua tangannya pun melepuh.

Pelayan senior di penatu istana sering memarahi dan memukul Andini. Bahkan, hidup Andini lebih menderita daripada pelayan rendahan. Apa gunanya dia mempunyai status sebagai putri Keluarga Adipati?

Melihat Andini tidak berbicara, Abimana menarik napas dalam-dalam. Dia berusaha menahan amarahnya saat berujar, "Barang-barang di Kediaman Adipati lengkap. Kamu nggak usah bereskan barang-barangmu lagi. Ayo, nanti Nenek menunggu terlalu lama."

Selesai bicara, Abimana pergi terlebih dahulu. Tak lama kemudian, Abimana berbalik. Dia melihat Andini yang mengikutinya tetap menjaga jarak dengannya.

Tatapan Andini hanya tertuju pada jalan di depan. Dia sama sekali tidak melihat Abimana.

Abimana ingat dulu Andini sering bermanja-manja dengannya. Dia tidak bisa menahan amarahnya lagi sehingga langkahnya tanpa sadar makin cepat.

Tiga tahun lalu, pergelangan kaki Andini cedera karena didorong Abimana dari tangga. Tentu saja, sekarang Andini tidak bisa mengejar Abimana. Saat Andini sampai di gerbang istana, Abimana sudah duduk di kereta kuda.

Kusir kereta kuda sudah bekerja di Kediaman Adipati untuk waktu yang lama. Dia tentu mengenal Andini. Melihat Andini datang, kusir memberi hormat dan menyapa, "Salam, Nona Andini."

Andini membalas sapaan kusir, lalu naik ke kereta kuda. Dia duduk di samping kusir.

Kusir bertanya dengan ekspresi terkejut, "Kenapa Nona nggak duduk di dalam?"

Andini menyahut sembari menggeleng, "Itu nggak sesuai aturan."

Setelah Andini melontarkan ucapan itu, tiba-tiba Abimana menendang Andini hingga terjatuh ke tanah.

Abimana menyingkap tirai dan marah-marah, "Dari tadi sikapmu sangat dingin! Kalau nggak mau pulang ke Kediaman Adipati, kamu kembali saja ke penatu istana untuk jadi pelayan!"

Andini mengernyit. Wajahnya memucat karena kesakitan. Sepertinya, kaki Andini terkilir lagi.

Abimana malah melanjutkan dengan dingin, "Apa kamu sengaja bersikap dingin padaku karena merasa tersakiti? Andini Biantara, kamu menggantikan Dianti hidup senang selama 15 tahun! Sekarang kamu cuma menggantikan dia dihukum selama 3 tahun, atas dasar apa kamu mengeluh?"

Abimana meneruskan, "Kalau kamu nggak mau pulang ke Kediaman Adipati naik ke kereta kuda, kamu jalan kaki saja! Kebetulan kamu bisa pikirkan baik-baik statusmu! Apa kamu berhak bersikap dingin padaku? Jangan sampai kamu masih bersikap begini saat bertemu Nenek! Benar-benar bawa sial!"

Selesai bicara, Abimana menutup tirai kereta dan memerintah kusir, "Pulang ke Kediaman Adipati!"

Kusir tidak berani membantah. Dia melihat Andini dengan ekspresi cemas, lalu menjalankan kereta kuda.

Melihat kereta kuda yang menjauh, Andini tetap tenang. Bagaimanapun, Andini sudah dicampakkan orang-orang yang disayanginya 3 tahun lalu.

Andini menarik napas dalam-dalam, lalu berusaha berdiri dan berjalan ke Kediaman Adipati dengan terpincang-pincang.

Setelah beberapa saat, sebuah kereta kuda berhenti di depan Andini. Seorang pria menyingkap tirai, lalu memanggil dengan tatapan dingin, "Andini Biantara?"
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (4)
goodnovel comment avatar
reox andre
terserahlah
goodnovel comment avatar
07. Cindy Claudia
Kok sedih banget ya
goodnovel comment avatar
Susie
cb baca dl
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1307

    Dia akhirnya menurunkan kelopak matanya perlahan. Bulu mata yang tebal memunculkan dua bayangan berat di atas wajahnya yang pucat.Seolah-olah seluruh tenaganya tersedot habis, Rangga tenggelam di sandaran kursi yang dingin. Seluruh dirinya seperti sedikit demi sedikit ditelan kegelapan tak berwujud, semakin dalam, hingga akhirnya jatuh ke lautan keputusasaan yang sunyi."Pasti ...." Suaranya serak dan lirih, seperti helaan napas yang melayang di udara beku, membawa rasa sesak seakan-akan sedang tenggelam. "Pasti telah terjadi banyak sekali hal, 'kan?"Di luar jendela, cahaya fajar tampak semakin berkilau indah. Namun, dua orang di dalam ruangan itu seperti sejak lama sudah tenggelam ke danau yang begitu dingin dan menusuk tulang.Andini mengerahkan tenaga, mencubit pergelangan tangannya sendiri. Kuku-kukunya menancap dalam ke kulit. Rasa sakit yang tajam itu membuatnya dengan susah payah mendapatkan sedikit kejernihan kembali.Dia menarik napas panjang, menekan rasa sesak di tenggorok

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1306

    Andini mengerutkan alis. Rasa aneh yang muncul di hatinya semakin membesar.Dia menatap Rangga dengan tatapan selidik, dan akhirnya tak bisa menahan diri untuk bertanya, "Rangga, kenapa kamu ada di sini?"Rangga menarik kembali tangannya, lalu perlahan-lahan menyeret langkah masuk ke ruangan. "Aku nggak tahu."Saat berbicara, dia sudah kembali duduk di kursi itu. Seolah-olah akhirnya tak perlu lagi memaksakan diri, dia mengembuskan napas berat, mengangkat tangan dan menekan pelipisnya yang masih terasa nyeri. Gerakannya membawa sedikit sikap keras kepala dan ketidaksabaran yang hanya dimiliki oleh Rangga saat masih muda.Dia perlahan membuka mulut. Suaranya rendah dan serak, mengandung kebingungan. "Aku hanya ingat kalau aku terluka sangat parah. Seluruh tulangku seperti hancur, rasanya sangat sakit. Setelah itu, semuanya menjadi kacau dan gelap. Aku nggak tahu siang atau malam, nggak tahu berada di mana."Dia terhenti, terengah-engah beberapa kali, seakan-akan sekadar mengingat rasa s

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1305

    "Pangeran adalah orang yang bijaksana!" Agos segera menyangkal, "Hal ini sangat rahasia. Hamba menjaga mulut rapat-rapat, mustahil ada kebocoran. Lagi pula, langkah kaki hamba sangat ringan, bahkan ahli persilatan pun belum tentu bisa menyadarinya. Nona Andini hanya gadis biasa. Bagaimana mungkin dia dapat mengetahuinya?"Ucapan itu justru mengingatkan Ganendra. Keterampilan Agos sudah sangat ia pahami. Teknik meringankan tubuhnya termasuk yang terbaik di Negara Tarbo.Jika dia sengaja menyembunyikan jejak, memang hanya sedikit sekali orang yang mampu mendeteksinya.Kalau begitu, rencana menampilkan kelemahan untuk memperoleh simpati itu, mungkin memang bisa berhasil?Hanya saja, Andini dan Rangga telah tumbuh bersama sejak kecil. Hubungan mereka memang berbeda ....Setitik kepuasan muncul di sudut bibir Ganendra. Benar, bagaimana mungkin tidak berhasil?Dia kehilangan ibunya saat masih kecil, diabaikan oleh ayahnya, bukankah justru dengan penampilan yang rapuh, patuh, dan penuh kesaba

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1304

    Cahaya fajar memancar seperti emas cair ke dalam jendela paviliun, menyeret bayangan panjang di atas lantai yang dingin.Andini berdiri terpaku di tepi pintu. Tatapannya jatuh pada wajah pucat yang bersandar pada kursi bundar itu. Dia nyaris lupa, kapan terakhir kali dia mengingat wajah itu dengan jelas.Seseorang yang pernah menghabiskan lebih dari sepuluh tahun dalam hidupnya, seolah-olah telah lama menghilang diam-diam, pergi tanpa suara, hanya menyisakan seberkas bayangan kabur di sudut ingatannya.Saat ini, cahaya fajar menembus kisi-kisi jendela berukir, menutupi wajahnya yang tanpa warna darah itu dengan lembut tetapi juga kejam. Garis-garis wajah yang terlalu jelas itu entah kenapa membuatnya teringat pada bunga plum yang pernah mekar di Paviliun Persik.Ketika bunga mekar, tetap mampu memukau waktu. Namun, perasaan yang dulu membuat hatinya bergetar dan berdebar itu, kini seperti pasir yang mengalir di sela jari, tak bisa lagi digenggam.Namun ... dia masih hidup. Syukurlah.H

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1303

    Saat berbicara sampai di titik ini, Andini menundukkan kepala dan ternyata meniru gaya Ganendra. "Kali ini, aku datang jauh-jauh ke Negara Tarbo hanya untuk Rangga. Keluarga Gutawa bilang Rangga rada di tangan Pangeran. Pangeran mungkin nggak tahu aku dan Rangga tumbuh bersama sejak kecil, jadi ikatan kami cukup kuat.""Karena aku sudah menjaga Pangeran selama dua malam, aku mohon Pangeran bisa izinkan aku bertemu dengannya ...."Ucapan Andini terdengar sangat tulus, tetapi secara tidak langsung ikut menyeret Keluarga Gutawa ke dalamnya juga.Ganendra mengernyitkan alisnya dan menatap Andini dengan tajam. Dia berusaha melihat menembus topeng yang dipakai Andini, tetapi dia tetap tidak bisa memahami pikiran Andini."Kamu ...."Setelah ragu begitu lama, Ganendra tetap tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Dia tidak tahu apakah wanita di hadapannya ini sedang berpura-pura atau memang benar-benar hanya mengkhawatirkan Rangga.Andini bukannya mundur saat melihat reaksi Ganendra yang terl

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1302

    Malam yang panjang akhirnya berlalu dan cahaya fajar menyingsing di ufuk timur.Saat perlahan-lahan membuka matanya, hal pertama yang dilihat Ganendra adalah Andini yang duduk di kursi tak jauh dari ranjang sambil membaca buku pengobatan di tangan dengan serius. Cahaya matahari yang lembut menyinari sisi wajah Andini, membuat ekspresi Andini yang anggun terlihat sangat suci. Ternyata Andini benar-benar menjaganya sepanjang malam.Namun, reaksi pertama Ganendra malah tersenyum sinis. Dia tidak mengerti mengapa wanita di dunia ini begitu mudah dipermainkan, segala akting pura-pura lemahnya itu ternyata selalu berhasil.Ganendra menundukkan kepalanya. Saat kembali membuka matanya, tatapannya yang tadinya terlihat mengejek sudah berubah menjadi tatapan lemah dan tak berdaya."Nona Andini ...," panggil Ganendra dengan pelan, seperti sebuah helaan napas yang bergema di dalam ruangan yang sunyi itu.Andini mengangkat kepala dan menatap Ganendra, lalu tersenyum dengan hangat dan lembut. "Pange

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status