Share

Bab 7. Ancaman

Author: Faiz bellzz
last update Last Updated: 2025-08-18 15:27:58

“Jangan berdekatan dengan pria lain, jika tidak ingin saya makan!”

Sebuah peringatan Letha dapatkan saat ia bersiap turun dari mobil. 

Pergerakan Letha yang berniat membuka pun terhenti. Perempuan itu kemudian menoleh, lalu menunduk ketika tatapan penuh intimidasi didapatkan dari Jaden. “Maksud Anda, pria siapa? Saya tidak pernah berdekatan dengan pria manapun,” elaknya. 

Satu alis Jaden langsung terangkat, kemudian sedikit mencondongkan tubuhnya. “Jasper Hazard. Saya tahu dia sedang mendekatimu,”  bisiknya.

Letha membelalak, sedikit melirik ke arah Jaden yang masih mempertahankan posisinya. “Ja-jasper … adik Anda?”

“Hemm.” Jaden menegakkan tubuhnya kembali. “Dia pria berbahaya, kau harus menjauhinya!”

“Tapi saya rasa … jika dibanding dengan Anda, maka lebih bahaya Anda.”

Air wajah Jaden langsung berubah, terlebih setelah mendengar penuturan Letha selanjutnya.

“Dia hanya menyapa, dan sekali menemani saya saat di pesta malam itu. Tidak seperti Anda—” Ucapan Letha terpotong, sebab Jaden sudah lebih membungkamnya dengan ciuman singkat.

Lekas Letha mendorong dada Jaden. “Tuan, ini area kampus!” 

Letha panik–takut ada yang melihat.

“Saya tidak peduli. Kau berani memuji pria lain di depanku, maka rasakan akibatnya!” Jaden kembali mencium, tapi Letha berusaha keras untuk tetap merapatkan bibirnya. Sehingga membuat Jaden mendengus, dan menjauh. 

“Kau menolakku?” Pria itu menatap Letha dengan tajam. 

“Maaf, Tuan. Tapi ini kampus.” Letha menjawab sambil tertunduk dalam. Suaranya agak parau–menahan tangis.

Menghembuskan napas kasar, Jaden membuang muka. “Turunlah, dan ingat perkataanku!”

“Baik.”

Segera Letha turun, dan berjalan cepat, sebab hampir terlambat. Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti ketika kedua saudaranya menghadang.

“Kau diantar oleh siapa?” Risha memicing–melihat ke arah mobil yang membawa Jaden menjauh. 

“Itu ….” Letha ragu, sehingga kalimatnya menggantung begitu saja.

“Ck! Siapa pun itu. Kami tak peduli. Tapi bukankah kau sedang dihukum oleh papa?”   

“Andai papa tau kelakuanmu. Apa yang akan beliau lakukan padamu?” 

Rasya dan Risha selalu memprokasi, hingga membuat Letha menunduk takut.

Benar, andai Rafqi mengetahui kelakuannya bersama dengan Jaden, maka bukan hanya tinggal di gudang akan ia dapatkan!  

“Kakak—”

“Aku akan mengadu. Dan lihat apa yang akan terjadi selanjutnya!” Risha memperlihatkan sebuah foto yang ia ambil saat Letha turun dari mobil.

“Jangan, Kak!” Letha panik dan berniat merebut ponsel Risha, tapi dengan sengaja Risha malah menjatuhkan ponselnya hingga terbelah menjadi dua.

“Oh astaga!” Risha memekik lalu menatap Letha dengan tajam. “Kau sudah merusak ponselku!”  

Lekas Letha menggeleng. “Tidak, Kakak menjatuhkannya sendiri!”

“Omong kosong macam apa itu? Untuk apa aku melakukan itu?” elak Risha.

“Ada apa ini?” Tiba-tiba Jasper menghampiri ketika melihat sedikit keributan. 

“Jasper,” ucap Rasya sambil menunjuk Letha. “Dia telah menghancurkan ponsel kakakku!”

Jasper melihat ke arah Letha yang diam. “Kau benar melakukannya?”

Letha langsung menggeleng. 

“Mana ada pencuri yang mengaku!” cetus Risha. “Dia benar-benar menghancurkan ponselku karena ia menghilangkan bukti!”

“Bukti?” tanya Jasper menyerngit. “Bukti apa?”  

“Bukti jika dia berangkat bersama dengan pria hidung belang!”  

“Kau tahu, Jasper? Letha telah bermain dengan pria hidung belang, bahkan ketika malam pesta itu, dia tidak pulang. Sehingga membuat papa kami kesal dan menghukumnya!” Rasya terus memprovokasi. “Dan kami berniat mengatakan kepada papa karena Letha tidak jera dengan hukumannya!”  

“Benarkah seperti itu, Letha?” tanya Jasper menatap Letha dengan penuh harap. “Katakan jika saudara-saudaramu itu bohong.”  

Tak menjawab, Letha memilih pergi begitu saja. 

“Letha, kau mau ke mana?” Jasper mengejar, lalu mencekal lengan Letha. Tapi dengan kasar Letha menghempaskan.

Perempuan itu kemudian mendongak–menatap Jasper dengan lapisan bening yang menghiasi matanya. “Mau yang dikatakan mereka salah atau benar, itu tidak ada hubungannya denganmu!” 

“Tentu saja ada!” 

“Apa? Kita tidak saling mengenal. Jadi berhenti mencampuri urusanku!” Letha sedikit terbawa emosi–merasa kesal pada dirinya sendiri yang tak bisa melawan dan selalu bersikap lemah di hadapan orang lain.

“Tidak, aku tidak bisa diam jika itu soal kau.” Jasper menatap Letha dengan serius. “Karena aku, menyukaimu ….”  

Letha langsung mematung, menatap Jasper dengan tak percaya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Putri Terbuang Dimanja Pangeran Tampan   Bab 7. Ancaman

    “Jangan berdekatan dengan pria lain, jika tidak ingin saya makan!”Sebuah peringatan Letha dapatkan saat ia bersiap turun dari mobil. Pergerakan Letha yang berniat membuka pun terhenti. Perempuan itu kemudian menoleh, lalu menunduk ketika tatapan penuh intimidasi didapatkan dari Jaden. “Maksud Anda, pria siapa? Saya tidak pernah berdekatan dengan pria manapun,” elaknya. Satu alis Jaden langsung terangkat, kemudian sedikit mencondongkan tubuhnya. “Jasper Hazard. Saya tahu dia sedang mendekatimu,” bisiknya.Letha membelalak, sedikit melirik ke arah Jaden yang masih mempertahankan posisinya. “Ja-jasper … adik Anda?”“Hemm.” Jaden menegakkan tubuhnya kembali. “Dia pria berbahaya, kau harus menjauhinya!”“Tapi saya rasa … jika dibanding dengan Anda, maka lebih bahaya Anda.”Air wajah Jaden langsung berubah, terlebih setelah mendengar penuturan Letha selanjutnya.“Dia hanya menyapa, dan sekali menemani saya saat di pesta malam itu. Tidak seperti Anda—” Ucapan Letha terpotong, sebab Jaden

  • Putri Terbuang Dimanja Pangeran Tampan   Bab 6. Mengulang

    “Kenapa reaksimu berlebihan seperti itu?”Satu alis Jaden terangkat saat melihat reaksi Letha yang berlebihan. “I-itu karena ….” Letha tak sanggup melanjutkan ucapannya, sebab takut jika Jaden tersinggung.Jaden tersenyum miring. “Kau tak percaya karena saya memiliki wajah yang tampan?” Dengan wajahnya yang lugu, Letha mengangguk. “Iya.” “Artinya kau mengakui jika saya memang tampan!” Jaden begitu percaya diri, sebab wajahnya memang tampan. Letha langsung menunduk malu, menyembunyikan rona merah di pipinya.“Seorang Jaden Hazard memang tampan. Dan hanya kau yang mengetahui ketampananku, sebab seperti yang kau tahu jika orang-orang mengatakan jika aku memiliki wajah yang buruk!” Perlahan Letha menegakkan kepala, lalu mendongak agar bisa melihat wajah Jaden dengan jelas. “Jadi, Anda benar-benar Jaden Hazard?” tanya Letha memastikan. “Ck! Kau memang gadis keras kepala.” Jaden berdecak sambil menyentil kening Letha. “Ssstthhh ….” Letha meringis sambil mengusap dahinya. “Kenapa And

  • Putri Terbuang Dimanja Pangeran Tampan   Bab 5. Jaden Hazard

    “Anda ingin membawa saya ke mana?” Letha bingung saat Jaden memaksanya masuk ke mobil. “Kau akan mengetahuinya setelah kita tiba!” Pria itu kemudian ikut masuk, lalu meminta Max menjalankan mobil.Tiba di tempat tujuan, Jaden meminta Letha mengikutinya.“Tuan ….” Letha dibuat terkesima saat memasuki sebuah rumah megah nan mewah. “Hemm?” Jaden berhenti melangkah lalu berbalik.“A-apa ini rumah Anda?”“Tentu saja. Untuk apa saya membawamu ke rumah orang?” Letha hanya meringis, lalu kembali mengikuti Jaden yang menaiki undakan anak tangga.“Tuan,” panggil Letha kembali, membuat Jaden berhenti dan menoleh.“Tidak hanya ketika sedang bercinta, tapi saat seperti ini saja kau banyak bicara.”Bibir Letha langsung terkatup dan kembali mengikuti Jaden yang membawanya ke salah satu kamar.“Masuklah!” tegur Jaden saat Letha tak mengikutinya masuk. “Tapi untuk apa Anda meminta saya masuk?” “Untuk mengulang kejadian malam itu,” jawab Jaden tenang, tapi berhasil membuat wajah Letha merah.“Tuan

  • Putri Terbuang Dimanja Pangeran Tampan   Bab 4. Mau ke mana?

    [Nona kecil, kau mau kabur ke mana?]“Siapa dia?” gumam Letha dengan kening yang mengkerut setelah membaca pesan dari nomor yang tak dikenal. “Mungkin orang iseng!”Perempuan itu kemudian menaruh ponselnya di atas ranjang lalu melangkah menuju kamar mandi. Tubuhnya lelah setelah seharian membantu di kebun. Dan berharap malam ini bisa tidur nyaman meski bukan di kamar biasanya. Tapi ketika Letha akan rebahan, ponselnya kembali bergetar, dan nomor yang tak dikenal tadi kembali mengirimnya pesan.[Beraninya kau mengabaikanku setelah malam itu menggodaku dengan nakal!] Wajah Letha pucat seketika. Bayangan malam itu kembali menari-nari di kepalanya. “Apa mungkin dia—”“Oh, astaga!” Letha memekik secara refleks ketika ponselnya tiba-tiba berdering, dan menampilkan nomor tak dikenal tadi menelponnya. “Apakah benar ini dia?”Letha tampak ragu, dan berniat mengabaikan. Tapi orang yang menghubungi tak menyerah.[Jika kau tidak menerima panggilanku, aku akan masuk ke kamarmu sekarang juga!]M

  • Putri Terbuang Dimanja Pangeran Tampan   Bab 3. Sepucuk surat

    “Astaga, apa yang terjadi?” Letha memekik tertahan sambil bangkit, tapi kesulitan karena tangan kokoh Jaden melingkar erat pada perutnya. Perempuan itu baru saja membuka mata, dan hal yang pertama ia lihat adalah wajah tampan Jaden yang tertidur pulas. Refleks Aletha menunduk, melihat apa yang terjadi, dan mendapati jika dirinya dalam keadaan polos. “Oh, apa ini?” gumam Letha benar-benar dibuat bingung. Ia memijat pelipisnya yang berdenyut sambil berusaha mengingat apa yang terjadi. “Tidak mungkin!” Letha membelalak, tak habis pikir dengan dirinya sendiri ketika semua potongan ingatan tentang kejadian semalam sudah terkumpul dan tersusun dengan rapi. “Astaga, kenapa aku bodoh sekali?” Perempuan itu benar-benar merutuk diri sendiri. Tapi semua sudah terjadi, menyesal pun tak ada guna. Letha sadar akan hal itu, sehingga langkah yang diambil untuk sekarang adalah berusaha melepaskan diri dari belitan tangan Jaden dengan perlahan–berharap jika Jaden tidak terganggu dengan tindakannya.

  • Putri Terbuang Dimanja Pangeran Tampan   Bab 2. Malam panas

    “Kak Risha, kau juga di sini?” tanya Letha saat ia baru saja tiba.“Tentu saja. Aku juga anaknya daddy, dan beliau mengatakan agar kita menunggu di sini,” jawab Risha cepat. “Oh, begitu?” Dengan polosnya Letha percaya. Perempuan itu kemudian duduk di samping Risha. “Agar tidak bosan menunggu, aku sengaja membawa makanan dari ballroom. Apa kau mau?” Risha mengambil sebuah cake coklat di atas meja, lalu menyerahkannya kepada Letha, tapi Letha tak menerimanya begitu saja dan malah menatap kakaknya dengan dalam. Sehingga membuat Risha tersinggung. “Apa kau pikir aku menaruh racun di dalamnya?” Risha mendengus kesal, lalu tanpa aba-aba ia memakan cake tersebut. “Lihat, jika aku menaruhnya, maka aku sudah mati sekarang!” Perempuan itu berbicara dengan mulut yang penuh. Letha diam, memperhatikan, dan pada akhirnya merasa yakin jika Risha tak menaruh apapun di dalamnya. “Baiklah, terima kasih,” ucapnya seraya mengambil satu cake vanila.Perempuan itu memakannya tanpa rasa curiga, sedangk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status