Share

Bab 2

Author: anisas
last update Last Updated: 2021-08-04 23:27:49

“Seperti ini, perlakuan orang sepertimu?” tanya Binar, dengan nada yang menyentak

Deolinda mendengus “Kenapa? Semua orang akan terganggu dengan manusia seperti dia!” tunjuknya kepada wanita paruh, yang penampilannya tidak memiliki kemewahan itu. Wanita paruh itu hanya menundukan kepalanya.

“Ibu ini hanya akan membeli pakaian, apa tidak boleh? Kau sombong sekali!”

Deolinda mendengus lagi “Membeli pakaian? Apa seorang dengan tampilan seperti itu mampu membeli pakaian yang ada disini?”

Mendengar nada kesombongan itu membuat Binar semakin naik darah. Memangnya tampilan harus menentukan seberapa mampunya ia untuk membeli pakaian yang ada di tempatnya. Jika iya, sungguh Deolinda orang yang sangat sombong. Hanya memandang fisik untuk mengukur jangkauannya.

“Hei ... Hei... lihatlah. Begini perlakuan bos kalian kepada pelanggannya?” tanya Binar, kepada pelayan yang berada di dekatnya. Pelayan itu hanya diam, seraya menatap majikannya dengan takut.

“Kau ini siapa? Beraninya kau menaikan suara di tempatku?!” Deolinda membentak

Binar sendiri, tidak terima. Dengan perlakuan Deolinda kepada wanita paruh baya ini. Itu sangat tidak beretika, terlebih wanita paruh itu orang yang lebih tua, yang seharusnya di hormati. Malah diperlakukan dengan sangat tidak masuk akal.

Gibran yang baru saja tiba dibuat penasaran dengan kejadian dua wanita itu. Sehingga dia bertanya kepada pelayan laki-laki yang ada di dekatnya, secara kebetulan pelayan itu sedang menyaksikan adegan panas yang dilakukan oleh majikannya sendiri.

“Ada apa ini?” tanyanya

“Wanita paruh itu datang kemari. Katanya untuk membeli sebuah dress untuk putrinya. Tapi kami tidak percaya dia akan membeli, dia pasti akan mencuri barang yang ada disini. Jadi kami sempat mengusirnya. Tapi wanita paruh itu bersi keras akan membeli.”

“Kenapa harus di usir?” Gibran merasa heran. Bukankah tidak ada yang salah dengan membeli

Pelayan laki-laki itu terkekeh pelan “Memangnya orang yang berpenampilan lusuh seperti itu mampu untuk membeli? Pakaian disini semuanya mahal. Tapi wanita paruh itu sangat percaya diri sekali untuk membelinya.”

Mendengar jawaban itu Gibran menjadi tahu. Dan menyadari satu hal. Pelayan disini sangat memandang kasta dan Deolinda yang keburu emosi.

Dan satu lagi. wanita muda itu yang sedang bersuara. Membela wanita paruh itu yang sangat tidak bersalah. Semain menarik perhatiannya.

“Tolong panggilkan satpam, untuk mengusir mereka!”

“Nyonya. Tolong percaya kepadaku. Aku benar-benar tidak akan mencuri.” Wanita paruh itu panik ketika Deolinda menyuruh untuk memanggilkan satpam. Tidak tanggung-tanggung wanita paruh itu sampai bersujud

“Tolong, beri aku satu dress yang bagus. Aku akan benar-benar membayarnya,” katanya lagi penuh dengan permohonan

“Mana ada pencuri mengakui dirinya sebagai pencuri. Semua pencuri pasti akan mengakui dirinya sebagai malaikat. Menjijikan sekali!”

Melihat satpam yang sudah datang, Deolinda menyerahkan tugas untuk mengusir dua wanita itu kepadanya. Deolinda sendiri memutuskan untuk beranjak dari tempatnya. Namun saat baru saja dia berbalik badan. Suara mengudara, yang membuatnya mampu mengepalkan telapak tangannya

“Dasar sombong! Semuanya apa kalian tidak melihat, jika dia sangat tidak menghargai pelanggannya. Apa kalian akan tetap menjadi pelanggannya?!” teriak Binar dengan lantang. Meski tubuhnya terus diseret keluar oleh satpam

Deolinda hanya merapalkan kekesalannya dalam hati. Namun dia bersumpah banyak-banyak, jika bertemu dengan wanita itu lagi, dia pasti akan membalas perbuatannya yang sudah menghinanya di depan umum.

Sementara Gibran, yang sejak tadi diam menyaksikan semuanya yang terjadi itu menarik bibirnya tersenyum tipis, seraya melihat wanita muda tadi yang berteriak.

Deolinda melihat Gibran yang sedang diam berdiri, memandangi sesuatu di depannya. Tanpa pikir panjang dia menghampirinya

“Kau kemari untuk fitting setelanmu bukan?”

“Emm.” Gibran hanya menjawab dengan dehaman.

“Naiklah!” kata Deolinda dengan congak dinginnya seperti biasa

Baru saja Deolinda akan melangkahkan kakinya, Gibran bersuara yang membuatnya mau tidak mau harus mengurungkan niatnya untuk beranjak

“Nanti, aku akan kemari lagi.” Dengan kata begitu saja, Gibran berjalan keluar. Membuat Deolinda mendengus.

***

“Lepasin saya! saya bisa berjalan sendiri!” wanita itu menghentak-hentakan tubuhnya agar cekalan satpam itu terlepas.

“Tolong, jangan buat kekacauan lagi, nona.” Satpam itu akhirnya melepaskan cekalannya dan membiarkan wanita itu pergi dengan sendirinya

Seiring dengan kepergian Satpam. Wanita itu merutuk pelan “Siapa yang buat kekacauan? Aku hanya sedang membela orang yang benar!”

Namanya Binar Anatari, usianya genap menginjak angka 25 tahun. Saat ini dia bekerja menjadi staff diperusahaan Moon Light sebagai Divisi pemasaran. Bekerja di Moon Light baru seumur biji jagung, kurang lebih baru lima bulan. Dia berhasil masuk dan menjadi staff Moon Light karena bantuan sahabatnya –Fany Estiana Adiwangsa yang sudah lebih dulu memiliki jabatan disana.

Binar Anatari, hanya terlahir dari keluarga sederhana. Dia tinggal bersama ibunya, sementara ayahnya sudah meninggalkannya sejak Binar masih bayi,begitu yang dikatakan ibunya kepadanya. 

Pekerjaan ibunya hanya menjadi seorang pedangang berbagai jenis kue. Ibunya yang bernama Embun Dahayu itu menjual berbagai jenis kuenya itu di dalam sebuah bangunan bawah rumahnya yang di beri nama Embun’s Bakery.

Tidak mewah, Bakery nya juga sangat sederhana. Namun untuk cita rasa, semua kue yang di jual sangat lezat.

Binar berjalan, menyusuri setiap pinggir jalanan yang disampingnya banyak terdapat berbagai jenis toko. Pasalnya kedatangan ke Permata bukan ajang main-main. Niat awalnya, dia akan menemui sahabatnya itu. Fany meminta Binar untuk menemaninya membeli baju untuk upacara hari serah terima jabatan di kantornya. Fany meminta Binar sekalian memilihkan pakaian mana yang cocok, karena Binar sendiri sangat memiliki selera fasion yang baik. Bahkan Binar sering mengambar desain baju saat waktu senggang.

Binar berbalik badan, saat ia merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Dan benar ada seorang laki-laki yang sedang menatapnya.

“Kau mengikutiku?!”

Gibran hanya diam. Tidak merespon apa-apa. Tatapannya tidak lepas untuk menatap wanita dihadapannya ini.

“Kau mau mencuri ya?!” Binar panik, terlebih gelagat Gibran yang sangat mencurigakan.

Penampilan Gibran yang mengenakan jaket berwarna hitam, serta topi berwana senda yang menetupi sebagaian kepalanya itu, membuat Binar menerka jika Gibran adalah pencuri atau malah Gibran adalah seorang laki-laki mesum yang sedang mengincarnya.

Lagi-lagi Gibran hanya diam. Tidak bereaksi apa-apa, meski pun sudah dituduh sebagai pencuri

Keterdiaman Gibran membuat Binar merasa takut, lebih takut lagi. maka dari itu, Binar memutuskan untuk berjalan lagi dengan tempo yang cepat. Mencoba untuk tidak memperdulikan laki-laki yang tampak mencurigakan dimatanya itu.

Gibran tidak diam saja, dia mengikuti Binar. Sampai Binar bersuara lagi setelah beberapa detik yang lalu sempat menolehkan kepalanya ke belakang

“Kau jangan mengikutiku!”

Gibran hanya tersenyum tipis.

“Ya! Ku bilang jangan mengikutiku!”

Setelah mengatakan itu, Binar memutuskan untuk berlari tapi usahanya nihil. Dia tidak dapat berlari, karena lengannya lebih dulu di cekal oleh Gibran.

“Lepaskan! Kau lebih baik cari wanita lain saja, yang lebih seksi.”

Mendengar itu, Gibran menautkan kedua alisnya di balik topi hitamnnya. Tapi entah kenapa, Gibran semakin mengeratkan cekalannya pada lengan Binar. Hal itu membuat Binar lebih ketakutan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Putri yang Sesungguhnya   Bab 22

    Binar melihat pantulan dirinya di depan cermin, dia menghela napasnya pasrah. Raut wajahnya kentara sekali sedang merasa lelah. Saat ini semua karyawan sedang menggunjingnya. Jika sudah seperti ini, siapa yang harus disalahkan?Gibran? Binar yakin, Gibran pun adalah korban dari postingan orang jahat itu. Terdengar ponselnya berdering,pertanda pesan masuk. Lantas Binar pun membukanya. Dan dia semakin menurunkan wajahnya lesu,saat pesan itu memiliki pengirim dari Gibran. Dalam pesan itu, tertulis jika Binar ditunggu di atas rooftop oleh Gibran. Maka dengan gerak cepat, Binar beranjak menuju rooftop. Setelah sampai di atas gedung, Binar sudah bisa melihat Gibran. Laki-laki itu, sedang berdiri di depan pembatas, menghadap depan. Lantas Binar mendekat, ”Anda memanggil saya, di saat situasi seperti ini,tuan?“ Gibran menoleh, rambutnya sedikit tersibak oleh angin. Tatapan matanya dalam menatap Binar

  • Putri yang Sesungguhnya   Bab 21

    Deolinda menggeram di depan meja riasnya. Tangannya yang menggenggam sebuah benda pipih yang disebut ponsel itu mengerat.Dia seketika bercermin, melihat pantulan dirinya di sana. Dan, Deolinda tersadar jika dirinya terlihat lebih cantik dibanding Binar. Tapi kenapa, Gibran lebih memilih gadis biasa itu?Sementara disudut ruangannya yang lain. Tepat di ruang kebesaran Argan Diatmika. Pria itu melihat sebuah postingan foto Gibran dan seorang gadis, yang dia tidak kenal itu di sebuah kedai.Kepalanya mendidih marah. Mengetahui Gibran bertemu dengan seorang gadis saat posisinya sudah resmi menjadi tunangan dari putrinya.“Ini yang kalian balas terhadap keluargaku?!“ katanya sendiri.Saat rasa amarahnya memuncak, pandangan Argan terhenti. Pada sebuah foto itu. Tepat pada kedai yang Gibran singgahi itu. Kedua alis Argan mengerinyit“Ini, bukannya di kedai milik Embun?“Dan, matany

  • Putri yang Sesungguhnya   Bab 20

    Dengan langkah tergesa, Gibran masuk ke dalam rumahnya. Rupanya jalan-jalan malam tidak membuahkan hasil apapun. Malah membuatnya semakin dibuat suntuk. Apalagi, setelah bertemu dengan Binar tadi. Perkataan gadis itu yang membuat perasaannya suntuk seperti ini. Binar benar-benar telah mendepaknya jauh sekarang. Dan, hal itu sungguh membuat Gibran merasa prustasi. Saat langkahnya sampai pada ruangan makan. Di sana, sedang ada ibu,ayah,dan adiknya. Menatapnya secara kompak. “Kau tidak makan, Gibran?“ tanya Asmita kepada putranya itu Gibran menggeleng, “Apa ini semua rencana kalian?“ Gibran bertanya dengan pandangan yang bergantian menatap ibu dan ayahnya. Mereka diam, saling tatap. Dan, Gibran tahu. Itu adalah jawaban iya. Maka dari itu, Gibran mendengus Sementara Zeline, dia terlihat kebingungan. Dia sepenuhnya tidak mengerti masalah yang terjadi antara orang dewasa itu. Maka Zeline memilih diam, da

  • Putri yang Sesungguhnya   Bab 19

    Jadwal untuk Binar mengajar Zeline, yang tidak lain dan tidak bukan merupakan adik dari Gibran.Itu sudah berada ditangan Binar. Jadwalnya cukup menguras tenanga, sebab Zeline meminta Binar untuk mengajarinya setiap malam dalam waktu hanya dua jam.Itu artinya, waktu Binar mengajari Zeline setelah dia pulang bekerja.Malam ini adalah, malam pertama untuk Binar maupun Zeline berhadapan. Binar sungguh dibuat takjub, dengan bagunan rumah ini. Sudah nyaris seperti istana“Aku harus memanggilmu dengan sebutan apa?” Zeline, gadis cantik itu bersuara“Ahh—senyamanmu saja, aku tidak masalah.”Wajah Zeline berubah senang “Baiklah, aku akan memanggilmu kakak saja bagaimana? Kau keliatan masih muda.”“Boleh,” Binar agak tersenyum canggung “Mana mungkin, umurku sudah menginjak angka dua lima.”“Sungguh?”Binar mengangguk, lalu setelahnya dia mulai menelisi

  • Putri yang Sesungguhnya   Bab 18

    Deolinda memang sempat menolak bertunangan dengan Gibran. Dan menjalani hubungan itu dengan rasa keterpaksaan.Tapi, setiap hati manusia bisa berubah kapan saja. Dan Deolinda sudah merasakan itu, jika dirinya tidak akan lagi bermain-main bersama GibranAkan tetapi, Gibran menolaknya secara terang-terangan. Itu karena seorang gadis bernama Binar Anatari. Deolinda benar-benar kesal.Dan, semesta memang terlalu baik. Saat ini, tepat di lobby utama Deolinda bertemu dengan Binar. Sebelumnya Deolinda mendengus dan tertawa remeh“Kau masih ingat padaku?” katanya sarkastikBinar sudah dalam raut wajah yang malas menghadapi wanita angkuh itu “Untuk apa aku mengingatmu.”Deolinda terkekeh, tatapan matanya namun menajam. Lalu berjalan mendekati BinarDan betapa terkejutnya Binar, saat wanita itu mendorong pundaknya, dengan kesan angkuhBinar hanya mendesah pelan dalam hati dia ingin mencakar wajah it

  • Putri yang Sesungguhnya   Bab 17

    “Dalam sebuah media, anda adalah orang yang menjuarai olimpiade matematika nasional dulu?” tanya seorang laki-laki dengan setelan jas hitamBinar mengangguk. Dalam hatinya mencelos takut, sebab tidak ada angin tidak ada hujan dirinya di datangi oleh orang-orang seperti ini“Anda tahu keluarga Fransisco?”Binar mengangguk lagi. ya, mereka adalah pemilik perusahaan tempatnya bekerja“Nona Zeline Alieen Fransisco, putra kedua dari Jackson Fransisco, sedang membutuhkan pengajar pribadi untuk mata pelajaran matematika. Dan Anda memiliki pengalaman yang bagus untuk itu. Apakah anda ingin menerima tawaran kami?”Binar, nyaris tersedak ludahnya sendiri. Tawaran macam apa ini? Sungguh dia semalam tidak bermimpi apapun. Tapi bukankah itu tawaran yang sangat bagus?“Kami akan membayar anda.” Lalu laki-laki berjas hitam itu mengeluarkan sebuah kertas “Keluarga tuan Jackson membayar anda seperti yang

  • Putri yang Sesungguhnya   Bab 16

    Jackson benar-benar sangat marah kepada Gibran. Putranya itu telah melakukan kesalahan besar, kepada keluarga Diatmika.Gibran tidak mengantar Deolinda pulang ke rumah, demi untuk bertemu seorang gadis lain. Di mana letak harga diri keluarganya?“Apa Gibran selalu bertindak sendiri seperti ini?” Jackson bertanya kepada Adiwangsa“Ya tuan, saya sendiri tidak mengetahui, jika Tuan Gibran akan bertemu dengan wanita lain seperti ini?”“Siapa wanita itu?”Adiwangsa, melihat foto itu. Dan dia sedikit mengingat dengan wajah wanita yang berada di foto berhadapan dengan Gibran.Ya, itu adalah wanita yang sempat bertemu dengan Gibran, di lobby perusahaan.“Saya tidak mengetahui dengan jelas siapa wanita itu. Yang saya tahu, dia juga berkerja di Moon Light.”“Aku minta. Kau terus awasi wanita itu. Jika sampai dia melebihi batas, beri tahu aku.”Adiwangsa menganggu

  • Putri yang Sesungguhnya   Bab 15

    Sungguh kalimat Gibran mampu membuat Binar terdiam cukup lama. Dalam keterdiaman itu, selamanya Gibran tidak akan pernah tahu jika hatinya telah jatuh dengan menjijikan. Hanya karena sebuah kata yang keluar dari mulut laki-laki ituSampai, Mobil milik Gibran terparkir di depan rumah Binar. Sejak saat itu, Binar tidak pernah membuka mulutnya untuk berbicara.“Terima kasih, telah mengantarku pulang.” Segera Binar membuka pintu, dan meranjakan dirinya keluarSebelum Binar masuk ke dalam rumahnya, Gibran menurunkan kaca mobilnya “Ingat. Aku masih akan menagih hutangmu.”Tolong, katakan sekali lagi kepada laki-laki itu. Binar benar-benar kehilangan cara bagaimana untuk mengatakan jika dirinya tidak ingin melakukan hal itu.“Aku tidak akan pulang. Sebelum kau menganggukan kepalamu.”Apa? Binar semakin dibuat terkejut. Laki-laki di depannya ini benar-benar, membuatnya prustasi“Iya, tuan.” Pada

  • Putri yang Sesungguhnya   Bab 14

    Mobil mewah berwarna hitam, masuk ke dalam kawasan rumah yang luas dan mewah milik keluarga terpandang yaitu Diatmika.Seorang wanita yang tampak anggun dengan gaunnya, keluar dari mobil mewah itu, dengan pintu yang dibukakan oleh supirnya. Di luar sudah ada asisten pribadinya yang menunggu. Sang nyonya langsung memberikan tas seharga mobil itu kepadanya.Deolinda sendiri, berharap jika ibu maupun ayahnya sedang tidak ada di rumah. Deolinda tidak mau kedatangannya tanpa Gibran ke rumah di ketahui oleh kedua orang tuanya.Pikirkan saja. Mana ada tunangan yang tidak mengantar kekasihnya pulang ketika sudah pergi bersama. Hal itu pasti akan membuat Gibran terlihat jelek di keluarganya. Dan Deolinda enggan itu terjadi“Ibu dengar, supir pribadimu yang menjemput.” Suara bariton lembut namun tegas itu, mengudara. Saat dirinya dan asisten pribadinya menginjak ruangan keluarga. Ternyata Juwita sedang dipijat dengan majalah fasion yang dibacanya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status