Share

Putri yang Sesungguhnya
Putri yang Sesungguhnya
Penulis: anisas

Bab 1

Di dalam ruangan, yang memiliki nuansa berwarna hitam. Seorang laki-laki yang tampak tua itu duduk di kursi kebesarannya. Menghadap satu orang laki-laki yang memiliki usia yang tampak sama.

Jackson Fransisco, seorang Direktur Utama dari perusahaan Moon Light. Perusahaan besar yang memiliki nilai pasar tertinggi. Mencapai ratusan miliar bahkan triliun.

Jackson yang umurnya sudah tua itu ingin menurunkan tahtanya sebagai Direktur Utama perusahaan kepada putra satu-satunya  yang bernama Gibran Emilio Fransisco

Dia laki-laki cerdas, memiliki jiwa pekerja keras yang tinggi. Dan selama kurang lebih 5 tahun dirinya bekerja sebagai bawahan ayahnya sendiri, kinerja Gibran sangat membuahkan hasil, Jackson merasa bangga memiliki putra seperti Gibran

Adiwansa, laki-laki yang sudah sejak satu jam yang lalu duduk dihadapan Jackson itu, terdiam menunggu apa pun perkataan yang keluar dari mulut bosnya itu.

Adiwangsa sendiri, sudah bekerja sebagai sekretaris Jackson sangat lama, bahkan dari perusahan Moon Light belum menginjak kejayaan agung ini. Adiwangsa sudah menjadi pendamping kerja Jackson. Selain hubungan rekan kerja, Adiwangsa dan Jackson merupakan teman sejak semasa SMA-nya

Jackson akhirnya bersuara setelah lama berdiam diri “Semuanya sudah siap untuk acara besok?”

Adiwangsa mengangguk, namun dalam anggukan itu Jakson sendiri melihat raut wajah sedihnya. Dia menjadi penasaran “Kenapa dengan wajah itu?”

Adiwangsa membuka matanya, merasa terhenyak karena Jackson menyadari wajah sedihnya

“Apa kau bersedih, karena aku akan menurunkan jabatanku kepada Gibran?”

Laki-laki yang lebih pendek itu terkekeh “Ya, aku merasa perjalanmu akan berakhir sampai sini.”

Adiwangsa rupanya teringat, dengan hari-hari yang Jackson lalui untuk memulai bisnisnya dahulu. Dan sekarang, Jackson akan melepaskan jabatannya dan menyimpannya pada putra satu-satunya itu. Adiwangsa merasa terharu, sebab dia juga yang menjadi saksi bagaimana kesuksesan Moon Light

“Dan kau berpikir, karirmu juga akan berakhir sampai sini?”

Adiwangsa kini tertawa, apa yang Jackson ucapkan adalah sebuah kebenaran. Turunnya jabatan Jackson akan menjadi turunnya jabatan dirinya juga sebagai sekretaris perusahaan

“Ya, bukankah Gibran akan mendapati sekretaris yang lebih muda?”

Jackson tertawa, hal itu membuat Adiwangsa bingung

“Kau tetap akan menjadi sekretaris, Adiwangsa. Aku minta, kau dampingi Gibran. Aku terlanjur percaya padamu.”

Adiwangsa sangat terkejut mendengar itu, terlebih hatinya yang mendadak seperti mengeluarkan banyak bunga. Dia sangat senang, jika usahanya dapat bermanfaat

 “Baiklah. Aku akan bekerja keras untuk itu.”

Kini Jackson yang tersenyum. Bedanya senyuman itu memiliki makna puas. Puas akan jawaban Adiwangsa. Jackson berpikir, memberikan apapun kepada laki-laki itu tidak ada ruginya sama sekali, sebab Adiwangsa selalu membalas dengan hal yang setimpal, bahkan terkadang lebih.

“Putri kau, yang menjadi sekretaris Direktur Keuangan. Aku lihat kinerjanya sangat bagus. Aku akan menaikan gajinya.”

Adiwangsa tertegun sesaat, merasa apa yang dikatakan Jackson sangat mengejutkan hatinya. Dirinya sendiri tidak pernah berpikir jika putrinya juga akan mendapati kesuksesan besar seperti dirinya

“Aku sangat berterima kasih untuk itu.”

Jackson mengangguk “Aku menaikan gaji putrimu bukan karena melihat kau. Tapi karena memang dia layak.”

Adiwangsa mengukir senyum, dalam hatinya dia sangat senang, sebab putri sematawangnya mampu tumbuh menjadi manusia hebat seperti dirinya. Adiwangsa merasa lega, karena dia sudah cukup berhasil membesarkan seorang anaknya sendiri. Dengan kedua tangan dan kakinya sendiri.

Gibran Emilio Fransisco, tadinya menjabat sebagai Direktur Keuangan. Sudah hampir dua tahun dia menjabat posisi itu. Dan Fany Estiana Adiwangsa, merupakan sekretarisnya dalam posisi Direktur Keuangan itu sendiri.

Dalam hangatnya obrolan itu, pintu ruangan terdengar terbuka. Menampilkan sosok Jhony Fransisco yang merupakan ayah dari Jackson, sekaligus menjadi salah satu dewan Direksi Moon Light. Sistemnya Jhony adalah orang yang paling berpengaruh dalam memegang kendali Moon Light.

Jackson berdiri dari tempat duduknya, menyambut sang ayah dengan sehangat mungkin. Jhony sudah sangat rentan, apalagi penyakit diabetes yang di deritanya membuat tubuhnya secara perlahan melemah. Bahkan Jhony harus berjalan dengan bantuan tongkat.

Adiwangsa sudah meranjakan kakinya, menyambangi tuan besar Jhony, hanya untuk menuntunnya duduk.

Jackson yang menyadari kedatangan ayahnya itu mengerti. Dia pun berpindah tempat untuk duduk di sofa, bukan di kursi kebesarannya lagi.

Jhony sudah duduk di sofa hitam yang memiliki kualitas terbaik dunia. Adiwangsa pun sama, dia duduk di samping Jhony, sementara Jackson duduk di kursi yang menjadikan tubuhnya berhadapan dengan ayahnya sendiri.

“Ayah kemari hanya untuk memastikan, apakah semuanya siap untuk upacara besok?”

Jackson mengangguk “Aku baru saja membicarakan ini. Adiwangsa sudah mengurus semuanya dengan baik.”

“Terima kasih atas kerja kerasmu Adiwangsa,” kata Jhony kepada Adiwangsa

“Sama-sama tuan.” Adiwangsa lantas membalasnya dengan baik dan sopan.

Jhony sendiri sama sekali tidak ragu, untuk memberikan posisi Direktur Utama kepada Gibran. Cucunya satu ini, sudah sangat mengagumkan. Selama kurang lebih dua tahun bertanggung jawab di posisi Direktur Keuangan, kinerja Gibran sudah banyak sekali menghasilkan keuntungan.

Bahkan sejak masih usia anak-anak, kecerdasan Gibran sudah tertonjol dibanding dengan cucu-cucu yang lainnya. Semasa sekolah, Gibran selalu saja mentorehkan prestasi. Mengikuti olimpiade nasional dan mendapatkan juara pertama. Begitulah Gibran dengan otak cerdasnya.

***

Sejak pagi, Gibran Emilio Fransisco yang besok akan secara resmi menduduki posisi sebagai Direktur Utama itu sudah keluar dari rumah.

Bersama supir pribadinya, dia mengunjungi toko pakaiannya Deolinda Diatmika yang memiliki nama brend dengan sebutan Permata. Brend Permata sudah sejak tiga tahun terakhir memiliki nilai pasar yang tinggi. Selain kualitas dan segi desain-nya yang menjual. Deolinda Diatmika sang pemilik merupakan putri dari seorang Juwita Diatmika, yang namanya sudah terkenal sampai luar negri, berkat bisnis ritel perhiasan.

Selain ibunya yang terkenal karena bisnisnya sudah menduduki kepopuleran dunia. Deolinda mempunyai seorang ayah yang merupakan seorang pembisnis besar, perusahaannya sudah memiliki cabang di luar negri. Argani Diatmika namanya. Dia menjabat sebagai ketua umum partai.

Terlepas dari itu. Tujuan Gibran menyambangi toko bajunya Deolinda adalah, untuk melakukan fitting pada busananya untuk dikenakan besok pagi pada upacara serah terima jabatan di perusahaan keluarganya.

Selain menjadi perancang busananya. Deolinda menjadi tunangannya. Mereka di jodohkan sekitar dua tahun yang lalu. Namun keduanya belum sama-sama memiliki rasa cinta. Itu karena Deolinda menjadi wanita yang keras kepala menolak perjodohan ini, sehingga sikap Deolinda yang selalu memilih tidak peduli. Gibran sendiri sebenarnya sangat menyambut Deolinda dengan baik, tapi jika bisa memilih Gibran ingin memiliki cinta yang indah. Syukur-syukur jika cinta yang indah itu ia dapati bersama Deolinda.

“Selamat pagi tuan. Apakah anda memiliki janji sebelumnya?” tanya seorang pelayan, begitu saat Gibran masuk dengan setelan santainya. Tidak sama sekali menunjukan jika Gibran adalah seorang pemimpin perusahaan

“Ya. Saya memiliki janji untuk fitting pakaian yang saya pesan.”

“Silahkan tunggu sebenar tuan.” Sang pelayan menyuruhnya untuk duduk di kursi yang di sediakan.

Sebelum pelayan itu benar-benar pergi dari hadapannya, Gibran memanggilnya lagi “Saya juga ingin bertemu dengan nyonya disini.”

“Apakah anda memiliki janji sebelumnya?”

Gibran menggeleng, karena tujuannya datang kemari hanya untuk melakukan fitting untuk bajunya. Tapi, salahkan Gibran ingin bertemu dengan Deolinda tunangannya?

“Kalau begitu, anda harus membuat janji dulu tuan.”

“Saya tunangannya. Apakah harus melakukan itu?”

Sang pelayan tampak terkejut. Dari sini Gibran menyadari, tentang sebegitu kerasnya Deolinda menolak perjodohan keluarganya, sehingga statusnya yang sudah bertunangan tidak di ketahui oleh orang-orang

“Maafkan saya. karena saya tidak mengenali anda tuan.” Sang pelayan merasa bersalah, dirinya menundukan kepalanya meminta maaf

Gibran tersenyum, mewajarkannya “Tidak apa-apa. Tolong segera lakukan tugasmu.”

Sang pelayan mengangguk, kemudian beringsut untuk memenuhi kewajibannya sebagai pelayan.

Ditengah menunggu, Gibran menelisik setiap inci ruangan ini. Sangat megah dan mewah setara dengan kedudukan bisnis pakaian ini. Karena rasa penasaran berlebih dengan bisnis tunangannya ini. Gibran beranjak dari duduknya. Melongok ke bawah, dimana bangunan ini memiliki lantai dua.

Lantai bawah atau di sebut dengan lantai utama, itu menjadi pusat perbelanjaan. Dan lantai dua, yang sedang Gibran pijaki ini adalah tempat untuk pelanggan yang menuliskan janji seperti Gibran.

Pada saat Gibran melongok ke bawah. Dirinya di buat takjub dengan ramainya lantai utama itu. Ada banyak sekali pengunjung yang sedang menjamah setiap rak pakaian.

Sampai kedua matanya berhenti pada sosok wanita yang sangat di kenalnya. Yaitu Deolinda Diatmika, wanita itu sedang bersidekap dada di hadapan Wanita yang tampak muda. Bahkan penamilannya yang sangat senjang dari pengunjung lainnya. Pakaian yang di kenakannya sangat sederhana, akan tetapi pesona dari wanita itu sangat mempesona.

Hal itu membuat Gibran, meranjakan kakinya untuk turun dari lantai atas menuju lantai utama. Dan mendekat ke arah tunangannya bersama wanita asing itu.

Sebenarnya yang lebih kuat menarik perhatiannya bukan pesona dari wanita yan tengah berhadapan langsung dengan Deolinda. Merupakan sikapnya yang terlihat sangat berani.

Wanita itu sedang mengkritik Deolinda. Gibran pikir siapa yang berani mengkritik seorang Deolinda di hadapan publik, bahkan di hadapan para pelanggan busananya. Tindakan itu sangat berani bukan?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status