Share

Part 4

Author: Khakalara
last update Last Updated: 2025-01-07 19:47:47

Happy Reading

Clara melipat kedua kakinya di dada seraya menangkupkan tangan, tubuhnya bergetar hebat Ia sekarang sudah di rumah sakit setelah sebelumnya Clara menghubungi psikiater yang biasa menangani dirinya.

Rehan melepaskan Clara setelah lima jam menyiksa wanita ini. Jika bukan Alex yang melepaskan kesetanan yang ada di Rehan mungkin laki-laki itu sudah membunuh Clara.

"Argh...Argh...Argh." pekik Clara berteriak padahal baru satu jam wanita ini diberi obat penenang tapi seperti Ia mengalami kecemasan yang terlalu berlebihan.

Sampai seorang dokter pun tidak sanggup lagi menanganinya Ia pun segera menghubungi dokter jiwa yang sedang melakukan penelitian di sini.

"Hallo Dok, I'm so sorry tapi ini sangat urgent." Suara dokter ini sangat bergetar membuat Nara pun langsung panik.

"Ada apa Dok?"

"Pasien Kami mengalami anxiety, Saya harap anda bisa menanganinya."

"Baik Saya akan ke sana." Nara langsung mengganti baju dan juga mengambil jas putihnya kemudian turun diikuti dengan seorang dokter lainnya. Mereka langsung menaiki mobil kemudian menuju ke rumah sakit yang terletak tidak jauh dari hotel.

"Argh...argh...argh lepaskan Saya lepaskan," teriak Clara sedari tadi meronta, Nara yang baru masuk itupun langsung terkejut.

Gadis ini mendekati Clara dengan pelan masih dengan meronta-ronta Nara berani memeluknya.

"Okay...i'ts okay tenang...tenang," ujar Nara menepuk pelan punggung Clara seirama wanita itu lantas menangis dengan keras.

"Hiks...hiks...takut dok takut," isaknya membuat Nara meminta seluruh dokter yang ada di sana untuk keluar.

Mereka berdua butuh privasi sehingga dengan begitu Clara dengan bebas menceritakan permasalahannya. Mendengar cerita Clara tentu wanita ini tidak akan mudah lepas dari seseorang tersebut.

Saat Nara berniat untuk bertanya pada Clara siapa laki-laki itu seseorang pun berdiri di depan ruangan yang ditempati mereka terlihat beberapa orang di sana dengan pakaian serba hitam.

"Sebentar ya, sekarang Kamu minum obat dulu ya," pinta Nara lalu memberikan sebuah capsul beserta air mineral.

Usai memastikan Clara tenang dan tertidur, Nara pun lantas keluar dari ruangan yang di depannya Ia bertemu dengan manik mata yang selama ini Ia jauhi.

"Dok panggilkan perawat untuk menemani pasien di dalam." Nara sedikit berteriak pada dokter jiwa yang berdiri di depan resepsionis sengaja menunggu jikalau Nara meminta bantuan.

"Tidak ada yang diperbolehkan menjenguk pasien!" perintah Nara semua mata pun tertuju padanya termasuk laki-laki yang selama ini Ia hindari.

Saat ingin pergi tangan Nara ditahan oleh laki-laki itu, tatapan Nara tak kalah dingin dengan Rehan. Rehan menarik paksa Nara ke arah lorong rumah sakit.

"Mau apa Kamu?" tanya Nara dengan suara tinggi menepis tangan Rehan saat Rehan menghentikan langkah mereka.

"Dokter Nara Freshxenia Dilbora." rasanya jijik sekali namanya yang terhormat disebut oleh lelaki brengsek yang ada di depannya ini. Tapi Nara masih bersikap biasa saja agar Rehan tidak merasa meninggi.

"Sudah lama sekali Kita tidak bertemu sayang," ujar Rehan tersenyum sarkas menandakan intimidasi akan datang.

"Berhenti bermain-main Rehan, Saya tidak ada waktu untuk anda," jelas Nara melipatkan kedua tangannya.

"Saya sangat merindukanmu baby," usap Rehan yang tiba-tiba mencium leher Nara seketika gadis itu langsung menamparnya.

"Plak"

"Dasar kurang ajar brengsek," umpat Nara yang wajahnya sekarang sudah memerah melihat itupun Rehan semakin tertantang Ia pun tertawa.

"Hahaha Kamu memang tidak pernah berubah Nara," ujar Rehan melihat laki-laki itu yang sepertinya tidak ada yang ingin dijelaskan Nara pun langsung berbalik.

"Saya yang membuat Clara seperti itu." kalimat barusan membuat Nara berhenti dari langkahnya sudah Ia tebak karena hanya Rehan yang mengunjungi Clara belum ada yang lain.

"Kamu memang gila," cibir Nara menggeleng.

"Saya akan melepaskannya jika Kamu ingin bernegosiasi dengan Saya." Rehan mengembangkan senyuman mematikannya.

"Negosiasi? seperti apa?" tanya Nara penasaran apa yang diinginkan laki-laki ini darinya.

"Sebagai gantinya Kita berhubungan kembali." tawar Rehan negosiasi macam apa ini yang ada Nara kembali menjadi orang yang gila sungguh Ia tidak habis pikir dengan jalan otak laki-laki brengsek satu ini.

"Maaf Saya tidak sudi," balas Nara mencibir pada Rehan.

"Tidak cuma-cuma Kamu akan Saya bayar," ujar Rehan tidak putus asa dengan penawarannya.

"Kamu pikir Saya butuh uang Kamu?" Nara mendelik ke arah Rehan dengan wajah jijik.

"Uang Saya bisa menggaji Kamu berkali-kali lipat Nara."

"Saya tidak butuh." gadis itupun kembali melangkahkan kakinya menjauh dari Rehan.

"Ingat Saya tidak akan melepaskan Clara, pikirkan kembali Nara." Rehan setengah berteriak sedangkan Nara hanya menaikan tangannya memperlihatkan jari tengahnya 'Fuck'.

"Dia pasti akan kembali padaku." Rehan memasukkan tangannya ke dalam saku.

****

"Argh....argh... Argh..." mendengar teriakan Clara dari dalam sana membuat Nara langsung berlari.

"Kenapa Clara?" dengan panik Nara membuka pintu.

"Tolong Dok tolong, pasien tidak berhenti berteriak." perawat yang tadinya menemani Clara pun ikut cemas.

Nara pun langsung mengambil alih suntikan yang ada di atas nakas kemudian memasukkan cairan ke dalamnya lalu menyuntikkan kepada Clara. Saat sudah tenang Clara kembali menangis dan meminta tolong pada Nara.

"Dok tolong Saya dok...Saya takut dok...Saya tidak mau di bawa mereka lagi dok." Clara menunjuk keluar sambil terus menangis terlihat di luar sana bodyguard Rehan masih stand bye.

"Kamu jangan takut ya ada Saya di sini Kamu tidak sendiri Clara," jelas Nara mengelus punggung wanita ini tapi tetap saja Ia menggeleng.

"Tidak dok...tidak...mereka akan membunuh Saya." Clara sudah sangat ketakutan dan di dalam pikirannya selalu saja bayangan kekerasan. Setelah melihat diagnosa sebelumnya Clara mengalami bipolar disorder dan diagnosa saat ini yaitu anxiety disorder.

"Bagaimana ini Dok?" tanya dokter yang sebelumnya menangani Clara.

"Tolong bantu Saya dok, jauhkan mereka dari Saya," mohon Clara sambil tidak berhenti menangis jika seperti ini Clara akan sulit untuk sembuh terlebih Rehan tidak akan pernah main-main dengan ucapannya.

"Saya akan membantu Kamu Clara." Nara mengelus punggung wanita ini kemudian berujar pada dokter.

"Tolong ditemani dulu ya dok."

"Baik Dokter." setelahnya Nara langsung keluar dari ruangan.

"Rehan bawak semua bodyguard Kamu untuk pergi dari sini!" perintah Nara yang membuat Rehan menaikan sebelah alisnya.

"Negosiasi?"

"Saya akan menghubungi Kamu besok," jelas Nara kembali sambil menghela napas pasrah.

"Berikan kontakmu baby," bisik Rehan mengendus aroma story yang ada di rambut Nara.

Dengan cepat Nara mengetikkan angka nomor ponselnya, agar Rehan segera pergi dari sini. Ia tidak ingin ada keributan dan mengganggu pasien lainnya.

***

TBC

Thanks guys

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 185

    Happy ReadingMatahari bersinar hangat di Zurich siang itu. Setelah berminggu-minggu penuh perjuangan, cemas, dan harapan, kini semuanya terbayar dengan manis. Nara sudah sepenuhnya pulih berkat pengobatan terbaik di Swiss. Wajahnya berseri, matanya bersinar penuh semangat yang baru, dan tawa kecilnya yang khas kembali memenuhi rumah.Hari itu, mereka semua berkumpul di halaman belakang villa kecil yang mereka sewa selama di Swiss. Sebuah perayaan kecil diadakan untuk merayakan kesembuhan Nara, keberhasilan Aiden dan Alea dalam ujian semester mereka, dan rencana besar yang mulai membentuk masa depan keluarga mereka.Alea berlarian kecil di taman, tertawa saat Aiden mengejarnya dalam permainan ringan mereka. Sesekali, Aiden dengan nakalnya mencolek pinggang Alea, membuat gadis itu berteriak geli sambil berusaha melarikan diri.Di bawah pohon apel yang rindang, Nara duduk di kursi rotan sambil menikmati teh hangat. Rehan duduk di sampingnya, menggenggam tangan istrinya dengan lembut, se

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 184

    Happy ReadingPagi yang cerah di Zurich terasa begitu sempurna. Aiden, yang biasanya serius dan terkadang terlihat sangat sibuk dengan pekerjaan dan urusan lainnya, tampak lebih santai hari ini. Setelah menikmati sarapan bersama Alea dan Nara, serta mendengarkan rencana liburan mereka yang semakin menyenangkan, Aiden merasa ada sesuatu yang ingin dia bicarakan.Nara, yang sedang mempersiapkan diri untuk pergi berbelanja dengan Alea, duduk di kursi ruang tamu, memandangi pemandangan luar jendela yang indah. Rehan, yang sedang mengatur jadwal pertemuannya lewat telepon, terlihat sibuk dengan pekerjaannya, namun tetap mencuri waktu untuk berbicara dengan keluarga.Aiden menatap Nara dan Rehan, dengan niat untuk meminta sesuatu yang cukup besar. Melihat momen yang pas, dia mengambil napas panjang dan akhirnya berkata, "Mami, papi, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan."Nara yang baru saja selesai memeriksa ponselnya, menoleh dan tersenyum pada Aiden. "Ada apa, Nak? Kamu kelihatan serius,"

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 183

    Happy ReadingMinggu pertama liburan mereka di Swiss dimulai dengan suasana yang penuh kebahagiaan. Setelah ujian semester selesai dan kabar baik tentang pemulihan Nara yang semakin membaik, Aiden, Alea, Nara, dan Rehan memutuskan untuk menikmati liburan panjang di negeri yang terkenal dengan pegunungannya yang megah dan pemandangan yang menakjubkan ini. Mereka memutuskan untuk menjelajahi keindahan alam Swiss, menikmati kebersamaan mereka setelah melewati banyak tantangan.Pagi itu, mereka tiba di Zurich, kota terbesar di Swiss, dan langsung disambut dengan cuaca yang cerah dan udara segar yang begitu menyegarkan. Rehan, yang selalu merencanakan setiap perjalanan dengan teliti, memesan penginapan di sebuah hotel mewah yang terletak di tengah kota, dekat dengan banyak tempat wisata terkenal. Setelah check-in dan beristirahat sejenak, mereka semua berkumpul untuk merencanakan petualangan mereka hari itu."Bagaimana kalau kita mulai dengan jalan-jalan di sekitar Zurich dulu?" Rehan meng

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 182

    Happy ReadingAiden dan Alea duduk bersama di meja belajar, keduanya sangat fokus pada buku-buku mereka. Meskipun ujian semester sudah semakin dekat, mereka tidak bisa mengabaikan kabar bahagia yang baru saja mereka terima. Nara, yang sempat terbaring lemah di rumah sakit, kini mulai pulih berkat perawatan yang diterima di Swiss. Kabar ini membuat hati mereka sangat lega. Sejak mengetahui kondisi Nara membaik, mereka merasa seolah-olah beban yang ada di pundak mereka sedikit berkurang."Alea, kamu dengar kabar tentang Nara kan?" Aiden memecah keheningan sambil memandang wajah Alea, yang tampak lebih ceria dari biasanya.Alea mengangguk sambil tersenyum lebar. "Iya, aku senang sekali mendengar bahwa Mami Nara mulai pulih. Aku bahkan tidak sabar untuk bisa bertemu dengan dia lagi. Mami Nara benar-benar wanita yang kuat, Aiden. Aku percaya dia akan kembali sehat seperti sediakala."Aiden mengangguk, matanya tampak penuh dengan kehangatan. "Aku juga merasa lega mendengarnya. Setelah semua

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 181

    Happy ReadingSetelah keputusan untuk membawa Nara ke Swiss, perjalanan pengobatan dimulai dengan penuh harapan. Nara, yang sebelumnya sangat terpuruk karena kondisinya, kini merasakan sedikit perubahan positif berkat pengobatan yang intensif dan tepat sasaran. Di bawah pengawasan dokter ahli di salah satu rumah sakit terkemuka di Zurich, setiap hari menjadi langkah kecil menuju kesembuhan.Rehan, yang selama ini setia menemani Nara, merasakan betapa beratnya perasaan sang istri, tetapi ia tidak pernah menunjukkan kelelahan atau keputusasaan. Ia selalu berusaha memberikan dukungan terbaik untuk Nara, bahkan ketika terkadang dirinya sendiri merasakan kelelahan luar biasa. Namun, melihat Nara perlahan mulai pulih membuat hatinya tenang. Proses pemulihan Nara tidak hanya mempengaruhi tubuhnya, tetapi juga hatinya. Sinar kebahagiaan kembali menerangi wajahnya, meski masih ada sisa-sisa kelelahan yang harus dihadapi.Hari-hari di Swiss bagi Rehan dan Nara terasa sangat berbeda. Di tengah k

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 180

    Happy ReadingHari-hari menjelang ujian semester semakin dekat, dan Aiden serta Alea semakin sibuk mempersiapkan diri. Meskipun banyak hal yang mereka hadapi dalam kehidupan pribadi, mereka tetap berfokus pada tujuan yang lebih besar—menyelesaikan ujian dengan hasil yang memuaskan. Alea, yang sudah beberapa kali terlibat dalam berbagai olimpiade, tahu betul bahwa persiapan yang matang adalah kunci. Sementara itu, Aiden, meskipun tertekan dengan keadaan keluarganya, tetap berusaha keras untuk belajar dan berfokus pada ujian.Setiap pagi, Aiden selalu menjemput Alea dengan mobil sport kesayangannya. Mobil itu, yang biasanya menjadi simbol kemewahan dan kesuksesan, kini menjadi alat untuk mendekatkan mereka berdua. Aiden tidak hanya mengandalkan mobilnya untuk mengantar Alea, tetapi juga untuk memberikan kesempatan bagi mereka untuk berbicara lebih banyak, bertukar pikiran, dan saling mendukung.“Alea, siap untuk belajar?” tanya Aiden sambil tersenyum, mengingatkan Alea tentang hari yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status