Happy Reading
Rehan sedari tadi mengecek ponselnya menunggu notif dari seseorang yang sedang Ia tunggu. Tapi setelah mengirimkan pesan satu jam yang lalu Ia tidak kunjung mendapatkan balasan. "Apakah Ia mempermainkanku?" pertanyaan itu membuat Rehan mengepalkan tangannya. "Siapkan mobil kita akan ke rumah sakit." sesaat setelah Rehan memerintahkan pada Alex pesannya pun dibalas oleh Nara. "Maaf, Jam 20.00 di Circolo Popolare kita bertemu. Aku masih ada pekerjaan" Rehan tidak sadar jika bibirnya membentuk bulan sabit. Ia pun segera kembali dengan pekerjaannya, menyelesaikan beberapa berkas yang perlu ditandatangani juga memeriksa laporan keuangan. Rehan tidak bisa melepaskan begitu saja pekerjaan kepada staffnya jangan sampai kejadian tahun lalu kembali terulang. Jika Ia bisa mendekati Nara kembali Rehan rela melepaskan para wanita-wanitanya. Bahkan saat malam tadi Ia yang sudah ada janji dengan mucikari yang biasa memberikan wanita polos itu pun tidak jadi ditemuinya. Rehan hanya membayangkan tubuh Nara yang ada di dekatnya fantasi liarnya sedari kemarin Ia layangkan saat Nara melangkah dari lorong, kaki jenjang yang putih mulus tertutup oleh celana bahan dan juga tubuh sexy yang diselimuti oleh sneli. "Tuan mobilnya sudah siap," ujar Alex membangunkan fantasi Rehan agar kembali ke dunia nyata. "Malam nanti," balas Rehan dengan lemas laki-laki dingin itu langsung masuk ke dalam ruangan pribadinya. Di tempat lain Nara baru saja pulang dari rumah sakit, keadaan Clara cukup stabil Ia hanya perlu melakukan beberapa terapi lagi. Nara pun sudah mendapatkan beberapa sampel data penelitian. Ia masuk ke hotel lalu langsung melepaskan jas putih dan berlalu ke kamar mandi. Tanpa Ia sadari ketika melihat jam seusai mandi sudah menunjukkan pukul 19.15 waktunya tinggal empat puluh lima menit lagi untuk bersiap. Belum lagi Nara harus memilih pakaian. "Ya Tuhan cepat sekali jam ini," keluhnya sambil mencari pakaian yang pas untuk menemui Rehan masih mengenakan jubah mandi. Nara memilih pakaian yang tidak terlalu terbuka tapi, Ia lupa bahwa pakaiannya jika tidak celana bahan untuk ke rumah sakit atau beberapa dress untuk mendatangi acara formal dan itu terlihat semua belahan dadanya. "Ohh Tuhan semoga engkau menyelamatkan diri ini," mohon Nara sambil memakai dress satin berwarna merah maroon yang dihadiahkan kedua orang tuanya pada malam tahun baru. Nara memakaikan sedikit powder ke wajahnya dan mencatok rambutnya agar terlihat lebih rapi. Tidak lupa Nara memakai pewarna bibir yang sesuai dengan dirinya. "Semoga nggak malu-maluin Lu Nara," ujar Nara ketika melihat dirinya di cermin, Ia juga memakai heels yang senada dengan pakaiannya. Nara melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya dan langsung buru-buru keluar. "Dok mau dinner sama siapa?" sapa Kelly yang melihat Nara berjalan terburu-buru. "Sama orang nggak penting Dok," balas Nara asal. "Kalau nggak penting kok dandan cantik banget ya," ujar wanita yang sudah berkepala tiga itu kembali menutup pintu kamar. **** "Maaf Aku terlambat," ujar Nara seraya mengambil nafas di depan seorang laki-laki yang mengenakan tuxedo warna hitam itu. Tatapan laki-laki itu tidak lepas dari wanita ini sedari Ia melangkahkan kaki menuju meja mereka. "Tidak masalah hanya lima menit." biasanya Rehan sangat enggan untuk menunggu seseorang bahkan jika itu hanya satu menit namun, berbeda dengan Nara. "Terima kasih," ujar Nara pada Alex yang menarikan kursi untuk mempersilahkan Ia duduk. Alex pun hanya mengangguk kemudian memanggil waiters. "Tidak mau di ruang VIP saja?" tawar Rehan pada Nara dengan cepat gadis itu menggeleng. Ia mengantisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lebih baik bergabung dengan keramaian. Mereka lalu memesan makanan yang sama dengan minuman anggur yang tentu saja Rehan yang memilihnya. Ia yang paling paham mengenai minuman. Nara hanya menurut lagian mereka juga bukan berkencan melainkan membahas sebuah penawaran. "Tidak ada yang boleh mengetahui hubungan ini," jelas Nara sebelum panjang pembahasan yang akan mereka perbincangkan. "Tidak ada yang boleh tau penyebabnya!" itu artinya semua orang tidak akan tau alasan mereka berhubungan. "Tidak ada living together." Nara antisipasi untuk hal yang tidak diinginkan. "Setiap bertemu harus kiss." "What?" ujar Nara tidak percaya dengan apa yang barusan laki-laki ini katakan sambil mengerutkan alisnya. "Hahaha Saya hanya bercanda," tawa Rehan mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang dalam obrolan serius. "Tidak ada kata bercanda," ujar Nara dingin kemudian sebelum melanjutkan perbincangan Ia menegak minumannya terlebih dahulu rasanya tenggorokan Nara serak. "Kamu akan dibayar setiap bulan berapapun dan boleh meminta apapun yang Kamu mau," jelas Rehan Ia tidak akan membiarkan Nara menghabiskan banyak waktu hanya untuk mengumpulkan rupiah yang paling besar digaji dua puluh juta. "Kalau aku mau mobil Rolex?" tanya Nara menantang Ia sangat berharap Rehan akan keberatan dan membatalkan negosiasi ini. "Akan Saya berikan," balas Rehan dengan santai sial, sepertinya tidak ada yang bisa mengalahkan negosiasi ini. "Kita akan LDR loh memang Kamu sanggup?" "Ayolah please tidak Rehan katakan tidak." batin Nara namun, jawaban Rehan membuatnya bingung. "Itu biarkan Saya memikirkannya." Nara kembali mengambil gelas yang ntah sudah berapa kali diisi ulang oleh waiters. Pelanggan restoran sudah bergantian di sini tapi, mereka belum juga selesai. Masing-masing dari mereka juga mengisi sebuah kertas yang diisi secara bergiliran sesuai dengan persetujuan yang dibuat. "Tidak ada perselingkuhan, salah satu ketahuan denda dua triliun dan kesepakatan dibatalkan beserta dengan penyebabnya di hapuskan," tutur Nara Ia antisipasi untuk tidak terkena penyakit apapun baik psikis maupun fisik. "Setuju, yang terakhir." Rehan menulis perjanjian yang terakhir. "Saya boleh menyentuh Kamu kapanpun Saya mau," jelas Rehan membuat kedua bola mata Nara membulat. Saat Nara sedang terkejut dan ingin memukul Rehan, laki-laki itu lebih dulu memegang paha Nara dari bawah membuatnya tidak percaya dengan semua ini. Nara salah dengan penawaran ini sama saja seperti Ia menjatuhkan dirinya ke dalam sarang harimau. **** Thanks guys TBCHappy ReadingMatahari bersinar hangat di Zurich siang itu. Setelah berminggu-minggu penuh perjuangan, cemas, dan harapan, kini semuanya terbayar dengan manis. Nara sudah sepenuhnya pulih berkat pengobatan terbaik di Swiss. Wajahnya berseri, matanya bersinar penuh semangat yang baru, dan tawa kecilnya yang khas kembali memenuhi rumah.Hari itu, mereka semua berkumpul di halaman belakang villa kecil yang mereka sewa selama di Swiss. Sebuah perayaan kecil diadakan untuk merayakan kesembuhan Nara, keberhasilan Aiden dan Alea dalam ujian semester mereka, dan rencana besar yang mulai membentuk masa depan keluarga mereka.Alea berlarian kecil di taman, tertawa saat Aiden mengejarnya dalam permainan ringan mereka. Sesekali, Aiden dengan nakalnya mencolek pinggang Alea, membuat gadis itu berteriak geli sambil berusaha melarikan diri.Di bawah pohon apel yang rindang, Nara duduk di kursi rotan sambil menikmati teh hangat. Rehan duduk di sampingnya, menggenggam tangan istrinya dengan lembut, se
Happy ReadingPagi yang cerah di Zurich terasa begitu sempurna. Aiden, yang biasanya serius dan terkadang terlihat sangat sibuk dengan pekerjaan dan urusan lainnya, tampak lebih santai hari ini. Setelah menikmati sarapan bersama Alea dan Nara, serta mendengarkan rencana liburan mereka yang semakin menyenangkan, Aiden merasa ada sesuatu yang ingin dia bicarakan.Nara, yang sedang mempersiapkan diri untuk pergi berbelanja dengan Alea, duduk di kursi ruang tamu, memandangi pemandangan luar jendela yang indah. Rehan, yang sedang mengatur jadwal pertemuannya lewat telepon, terlihat sibuk dengan pekerjaannya, namun tetap mencuri waktu untuk berbicara dengan keluarga.Aiden menatap Nara dan Rehan, dengan niat untuk meminta sesuatu yang cukup besar. Melihat momen yang pas, dia mengambil napas panjang dan akhirnya berkata, "Mami, papi, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan."Nara yang baru saja selesai memeriksa ponselnya, menoleh dan tersenyum pada Aiden. "Ada apa, Nak? Kamu kelihatan serius,"
Happy ReadingMinggu pertama liburan mereka di Swiss dimulai dengan suasana yang penuh kebahagiaan. Setelah ujian semester selesai dan kabar baik tentang pemulihan Nara yang semakin membaik, Aiden, Alea, Nara, dan Rehan memutuskan untuk menikmati liburan panjang di negeri yang terkenal dengan pegunungannya yang megah dan pemandangan yang menakjubkan ini. Mereka memutuskan untuk menjelajahi keindahan alam Swiss, menikmati kebersamaan mereka setelah melewati banyak tantangan.Pagi itu, mereka tiba di Zurich, kota terbesar di Swiss, dan langsung disambut dengan cuaca yang cerah dan udara segar yang begitu menyegarkan. Rehan, yang selalu merencanakan setiap perjalanan dengan teliti, memesan penginapan di sebuah hotel mewah yang terletak di tengah kota, dekat dengan banyak tempat wisata terkenal. Setelah check-in dan beristirahat sejenak, mereka semua berkumpul untuk merencanakan petualangan mereka hari itu."Bagaimana kalau kita mulai dengan jalan-jalan di sekitar Zurich dulu?" Rehan meng
Happy ReadingAiden dan Alea duduk bersama di meja belajar, keduanya sangat fokus pada buku-buku mereka. Meskipun ujian semester sudah semakin dekat, mereka tidak bisa mengabaikan kabar bahagia yang baru saja mereka terima. Nara, yang sempat terbaring lemah di rumah sakit, kini mulai pulih berkat perawatan yang diterima di Swiss. Kabar ini membuat hati mereka sangat lega. Sejak mengetahui kondisi Nara membaik, mereka merasa seolah-olah beban yang ada di pundak mereka sedikit berkurang."Alea, kamu dengar kabar tentang Nara kan?" Aiden memecah keheningan sambil memandang wajah Alea, yang tampak lebih ceria dari biasanya.Alea mengangguk sambil tersenyum lebar. "Iya, aku senang sekali mendengar bahwa Mami Nara mulai pulih. Aku bahkan tidak sabar untuk bisa bertemu dengan dia lagi. Mami Nara benar-benar wanita yang kuat, Aiden. Aku percaya dia akan kembali sehat seperti sediakala."Aiden mengangguk, matanya tampak penuh dengan kehangatan. "Aku juga merasa lega mendengarnya. Setelah semua
Happy ReadingSetelah keputusan untuk membawa Nara ke Swiss, perjalanan pengobatan dimulai dengan penuh harapan. Nara, yang sebelumnya sangat terpuruk karena kondisinya, kini merasakan sedikit perubahan positif berkat pengobatan yang intensif dan tepat sasaran. Di bawah pengawasan dokter ahli di salah satu rumah sakit terkemuka di Zurich, setiap hari menjadi langkah kecil menuju kesembuhan.Rehan, yang selama ini setia menemani Nara, merasakan betapa beratnya perasaan sang istri, tetapi ia tidak pernah menunjukkan kelelahan atau keputusasaan. Ia selalu berusaha memberikan dukungan terbaik untuk Nara, bahkan ketika terkadang dirinya sendiri merasakan kelelahan luar biasa. Namun, melihat Nara perlahan mulai pulih membuat hatinya tenang. Proses pemulihan Nara tidak hanya mempengaruhi tubuhnya, tetapi juga hatinya. Sinar kebahagiaan kembali menerangi wajahnya, meski masih ada sisa-sisa kelelahan yang harus dihadapi.Hari-hari di Swiss bagi Rehan dan Nara terasa sangat berbeda. Di tengah k
Happy ReadingHari-hari menjelang ujian semester semakin dekat, dan Aiden serta Alea semakin sibuk mempersiapkan diri. Meskipun banyak hal yang mereka hadapi dalam kehidupan pribadi, mereka tetap berfokus pada tujuan yang lebih besar—menyelesaikan ujian dengan hasil yang memuaskan. Alea, yang sudah beberapa kali terlibat dalam berbagai olimpiade, tahu betul bahwa persiapan yang matang adalah kunci. Sementara itu, Aiden, meskipun tertekan dengan keadaan keluarganya, tetap berusaha keras untuk belajar dan berfokus pada ujian.Setiap pagi, Aiden selalu menjemput Alea dengan mobil sport kesayangannya. Mobil itu, yang biasanya menjadi simbol kemewahan dan kesuksesan, kini menjadi alat untuk mendekatkan mereka berdua. Aiden tidak hanya mengandalkan mobilnya untuk mengantar Alea, tetapi juga untuk memberikan kesempatan bagi mereka untuk berbicara lebih banyak, bertukar pikiran, dan saling mendukung.“Alea, siap untuk belajar?” tanya Aiden sambil tersenyum, mengingatkan Alea tentang hari yang