Share

Part 5

Author: LilyPut
last update Last Updated: 2021-05-20 09:34:14

Nicky berjalan memasuki ruangannya dan mendapati Arisa sudah sibuk di mejanya dengan 'to do list' yang ia tempelkan di sekitar meja dan layar komputernya.

"Eh, selamat pagi Pak." Sapa Arisa setelah menyadari kehadiran atasannya itu.

"Pagi." Sapa Nicky sambil tersenyum dan segera memasuki ruangannya sendiri dan menutup pintu ruangannya. 

Belum sempat duduk, suara ketukan pintu ruangannya membuat Nicky berbalik dan menyuruh yang di luar ruangan membuka pintu tersebut.

"Iya, ada apa?" Tanya Nicky yang kembali berjalan ke kursinya dan meletakkan tas kerjanya di atas meja.

"Hari ini mbak Maya tidak masuk kerja Pak."

"Oh, kenapa?" 

"Anaknya katanya lagi sakit, dan hari ini dia mau nganter ke rumah sakit." Jelas Arisa detail membuat Nicky mengangguk mengerti.

"Baik. Berarti kamu yang menggantikan dia, kan?" Tanya Nicky lebih ke memutuskan.

Arisa mengangguk mantap. "Iya, Pak."

"Kalau begitu kamu harus siap-siap karena dua jam lagi kita akan ada meeting di luar kantor. Tapi saya yakin kamu sudah tau soal itu."

"Iya, Pak. Saya juga sudah menyiapkan bahan meeting untuk Bapak presentasikan disana." 

"Bagus. Kalau begitu kamu bisa pergi." Kata Nicky kemudian dan mempersilahkan Arisa kembali ke kursinya.

"Baik, Pak. Saya permisi dulu." Kata Arisa dan kembali menutup pintu ruangan tersebut.

Nicky hanya bergumam singkat dan kembali melanjutkan kegiatannya. 

Dan Arisa kembali sibuk dengan pekerjaannya sebelum keduanya meninggalkan kantor untuk meeting diluar.

Meeting tidak berlangsung lama, karena saat makan siang selesai, keduanya sudah kembali ke kantor dan melakukan pekerjaan masing-masing mereka. 

"Arisa, bisa keruangan saya, sebentar?" Tanya Nicky pada sebuah panggilan di telpon. 

Arisa menekan tombol untuk menjawab pesan Nicky dan segera menuju ruangan atasannya itu.

"Kamu bisa mengirimkan catatan meeting yang tadi ke saya? Saya butuh dalam 30 menit." Jelas Nicky santai. 

"Baik pak, akan saya kirimkan ke email bapak segera." Balas Arisa dan segeea permisi untuk meninggalkan ruangan tersebut. Tapi belum sempat menutup rapat pintu, Nicky kembali menahan.

"Kalau boleh saya minta tolong kasih tau pak Joko kalau saya ingin di bikinkan kopi."

"Baik, Pak." Setelah menjawab itu, Arisa segera kembali ke meja kerjanya dan menyampaikan pesan atasannya pada petugas pantry yang bernama Joko itu melalui interkom. 

Setelahnya, ia kembali mengerjakan tugas dari atasannya. 

Pukul 15.00, saat pekerjaannya telah selesai, ia berencana untuk beristirahat sebentar di pantry karena merasa mengantuk. Tapi sebelumnya, kakinya melangkah menuju toilet untuk sekedar mencuci muka.

"Kok bisa ya orang kayak Arisa jadi sekertaris Pak Nicky. Padahal kan dia B aja mukanya." Baru ingin mendorong pintu toilet, gerakan Arisa terhenti karena mendengar sebuah suara yang menyebut namanya di dalam tempat tersebut.

"Iya sih, tapi mungkin emang dia punya nilai lebih kali di mata Pak Nicky makanya dia bisa kepilih."

"Nilai plus yang lu maksud adalah tidur sama Pak Nicky, gitu?" 

Dan selanjutnya hanya suara tawa yang terdengar dari dalam ruangan itu. Dengan langkah kesal dirinya kembali ke ruangannya. Melupakan niatnya untuk cuci muka dan membuat kopi di pantry.

Ia memikirkan ucapan dua orang di toilet yang dirinya tidak tau wajahnya seperti apa. Tapi, mendengar dirinya seperti di rendahkan membuatnya kesal, tapi dirinya tidak bisa mengatakan apapun untuk melawan. 

Apa? Tidur dengan Pak Nicky? Saya bahkan tidak pernah bertemu beliau di malam hari kecuali hari pertama ia bekerja. 

Tapi kenapa orang-orang itu bisa mengambil kesimpulan seperti itu? 

Arisa mendesah pelan. Semua minatnya bekerja seketika hilang akibat ucapan tak beralasan kedua wanita itu.

"Arisa! Kamu tidak dengar saya manggil kamu?" Tegur Nicky membuat Arisa terlonjak dari duduknya, dan refleks merapikan rambut dan bajunya.

"Oh, maaf Pak. Saya tadi melamun." Katanya yang sedetik kemudian merutuki dirinya karena tidak profesional menjawab pertanyaan atasannya.

Nicky mengabaikan ucapan Arisa dan kembali berucap. "Bisa buatkan saya teh? Saya ada tamu."

"Tamu? Siapa Pak? Perasaan di jadwal hari ini bapak tidak ada yang mau datang?" Arisa bertanya kebingungan dan segera memeriksa catatannya membuat Nicky menggeleng-gelengkan kepala.

"Kamu bikinkan saja dulu. Bisa kan?" Tanya Nicky masih tenang. Membuat Arisa refleks menghentikan kegiatannya dan kembali menegakkan tubuhnya.

"Baik, Pak. Kalau begitu tunggu sebentar." Dan dengan langkah cepat, Arisa berjalan menuju pantry.

Sementara Nicky sudah kembali ke ruangannya dan duduk di sofa tamu bersama Ben di hadapannya.

"Kayaknya dia gak nyadarin kalo lu datang deh." Seru Nicky pada pria di hadapannya itu.

"Gue gak pernah di kabarin sama dia kalau dia keterima makanya gue coba datang kesini." Sahut Ben menjelaskan. 

"Kenapa gak lu hubungin aja?"

"Lu liat gak, gue bawa hp?"

"Sialan." Keduanya tertawa kemudian.

"Buang gih hp lu. Gaada gunanya lu milikin."

"Hp tuh kayak cewek tau, kalau lu bitih baru deh lu cariin. Iya, kan?" Sahut Ben lagi menampilkan sisi dirinya yang sesungguhnya.

"Bangs*t emang lu. Kurang-kurangin deh mainin anak orang. Kena karma baru tau rasa lu."

Ben baru mau mengambil rokoknya tapi segera di tegur Nicky. "No smoking area, Ben. Ntar aja kalau lu balik." 

Dan pria itu tampak sedikit tidak suka tapi tetap kembali memasukkan rokok dan koreknya ke dalam kantong celanannya.

Tepat setelah itu, terdengar suara ketukan dari pintu dan disusul dengan terbukanya benda tersebut dan menampilkan sosok Arisa yang sedikit terkejut karena mendapati seorang Ben yang duduk di hadapan Nicky dan balik menatapnya sambil tersenyum.

"Loh, Ben? Kamu ngapain kesini?" Tanya Arisa yang tidak beranjak dari tempatnya berdiri karena masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Eh, duduk dulu aja, sini. Ngapain berdiri disitu." Ucapan Ben barusan membuat Arisa terbelalak dan langsung beralih memandang atasannya yang juga ada disitu. 

"Eh, maafkan saya Pak. Saya cuma bawain minuman untuk anda." Ucap Arisa kembali sopan setelah nada bicaranya yang terlalu santai barusan. Gadis itupun berjalan mendekat ke arah mereka dan meletakkan cangkir berisi teh ke hadapan Ben dan kembali menjauhkan diri.

"Gapapa. Duduk aja, Ris. Ben juga kesini nyariin kamu, kok." Jelas Nicky sambil menepuk-nepuk kursi di sebelahnya yang kosong. 

Arisa yang melihat itu tampak terkejut. Apalagi dengan kalimat Nicky barusan yang bilang kalau Ben kesini untuk menemuinya. 

Tunggu! Sejak kapan dirinya jadi sedekat ini dengan Ben? Sampai pria iru dengan senang hati mendatanginya ke tempat kerjanya? 

Mengabaikan pemikirannya, gadis itu segera duduk di sofa panjang tempat Nicky duduk. Namun tetap memberi jarak agar dirinya tidak terlalu berdekatan dengan atasannya itu. 

"Ngomong-ngomong kok kalian bisa saling kenal?" Tanya Nicky memulai percakapan karena sunyi yang cukup lama.

"Dari teman ke teman." Ucap Arisa.

"Gue udah merhatiin dia sejak lama." Kalimat barusan membuat Arisa terbelalak kaget. Gadis itu menatap Ben dengan tatapan bingung.

Selama dia memperhatikan pria itu, tidak pernah terlihat kalau pria itu juga menaruh perhatian pada dirinya. Dan apa? Barusan pria itu bilang kalau selama ini dia selalu memperhatikan dirinya? 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Puzzle of heart   Part 46

    Sudah sebulan sejak Daniel dan Arisa menikah dan selama itu tidak ada yang berubah di dalam hubungan mereka. Daniel dengan kesibukannya di rumah sakit, dan Arisa yang punya kesibukan baru yaitu membantu Mama Daniel saat wanita di dapur. Arisa bahkan belajar makanan kesukaan Daniel dari mertuanya. Selain itu, kehidupan asmara mereka semakin terlihat biasa-biasa saja. Bahkan, untuk melakukan rutinitas 'malam' pun mereka hampir tidak pernah melakukannya karena Daniel yang justru lebih sering bermalam di rumah sakit. Jadi keduanya sama sekali tidak pernah berhubungan setelah menikah. "Gimana, Ris? Udah ada tanda-tanda hamil belum?" Tanpa sadar Arisa meneguk liurnya kasar setelah mendapat pertanyaan itu dari sang mama mertua. Dalam hati Ariaa lalu berceloteh 'gimana mau dapat kalau kita aja gak pernah ngapa-ngapain habis nikah". Tapi wanita itu segera tersenyum dan mengabaikan ucapannya yang terlontar dalam hati itu. "Sabar ya, Ma. Kita juga lagi usaha kok." Jawab Arisa asal. Setidaknya

  • Puzzle of heart   Part 45

    Sudah 4 hari berlalu, tapi permasalahan antara Daniel dan Arisa belum juga mereka selesaikan. Entah karena Daniel yang justru semakin sibuk dengan pekerjaannya di rumah sakit, dan Arisa yang sudah tidur ketika Daniel mendatangi rumahnya tengah malam dengan harapan masalah mereka bisa terselesaikan.Dan beruntung hari ini keduanya memiliki waktu luang karena harus memastikan semua persiapan pernikahan mereka terselesaikan dengan baik. Dan sepanjang perjalanan mereka balik dari urusan, keduanya tidak ada yang berbicara. Hanya suara radio atau bunyi kendaraan dari luar mobil yang menemani keberadaan mereka disitu. Sampai saat keduanya tiba di rumah Daniel, keduanya masih belum memutuskan untuk bersuara. Bahkan untuk keluar dari mobil menjadi terasa berat bagi mereka."Aku kasih kamu kesempatan buat jelasin semua yang perlu kamu jelasin. Aku tidak akan berkomentar apapun." Suara Arisa yang dingin membuat Daniel segera berbalik menatap Arisa yang ternyata hanya memand

  • Puzzle of heart   Part 44

    Padahal seminggu lagi acara pernikahan Daniel dan Arisa, tapi keduanya justru terlibat dalam pertengkaran hebat, yang murni adalah kesalahan Daniel. Tapi dirinya tidak pernah menyangka kalau hari itu Inez akan melakukan hal tidak pernah ia bayangkan sama sekali. Dan lebih parahnya karena ia ketahuan oleh Arisa.Daniel sudah berusaha untuk menjelaskan semuanya pada Arisa. Namun wanita itu memilih untuk tidak peduli dengan penjelasan Daniel. Menurutnya, apa yang ia lihat di depan matanya saat itu sudah cukup jadi bukti kalau Daniel selingkuh dari dirinya. Kesimpulan yang ia ambil setelah melihat Daniel yang hanya diam di dalam mobil saat wanita bernama Inez melakukan perbuatan menjijikkannya. Arisa sedikit menyesal karena tidak menampar wanita itu kemarin. Padahal dirinya punya banyak kesempatan untuk melakukan hal itu, tapi ia justru memilih untuk kabur dan meninggalkan dua orang itu. Arisa bahkan tidak peduli dengan Daniel yang berusaha mengejar dan memanggil namanya. K

  • Puzzle of heart   Part 43 (21+)

    Entah sejak kapan, keduanya sudah berada di atas kasur milik Arisa dan saling beradu kenikmatan. Padahal sebelumnya, Daniel hanya berniat mengantar Arisa pulang dan langsung kembali ke rumahnya. Namun, rasa rindunya pada Arisa dan juga perasaan bersalahnya karena membiarkan Arisa terjebak dalam perasaan kecewa, membuat Daniel tidak sanggup menahan perasaan itu. Dan Arisa juga sama. Seolah keduanya sudah menunggu untuk melakukan kegiatan itu lagi.Arisa terus mendesahkan nama Daniel di sela-sela pria itu memberikan kepuasan pada liang Arisa, membuat Daniel tidak bisa menahan diri untuk tidak terus menghujam wanitanya. Sesekali pria itu menyedot gundukan milik Arisa, atau meremas benda tersebut seolah enggan untuk membiarkannya menganggur. Sementara Arisa hanya bisa mendesah dan menerima meski sesekali dirinya menarik pundak Daniel untuk berbagi tautan bibir saat dirinya akan keluar.Padahal mereka sudah sering melakukannya, namun sepertinya keduanya tidak pe

  • Puzzle of heart   Part 42

    Sudah hampir sebulan Daniel dan Arisa disibukkan dengan pengurusan untuk pernikahan mereka. Sebelumnya mereka juga sudah mengenalkan Daniel pada keluarga kedua orang tuanya dan untung saja mereka tidak mempermasalahkan apapun. Toh bagaimanapun Arisa sudah dewasa dan bisa mengambil keputusan sendiri. Jadi setelah meminta izin, keduanya mulai mempersiapkan segala sesuatu yang akan dibutuhkan saat pernikahan mereka. Mereka juga berencana untuk tidak mengundang banyak orang selain teman dekat Daniel, teman Arisa, dan tentu saja keluarga besar mereka. Namun bukannya berjalan lancar, keduanya kadang dihadapkan dengan permasalahan sepele yang selalu berakhir dengan pertengkaran. Seperti sebelumnya, Daniel sudah berjanji untuk menemani Arisa untuk ke KUA karena ada beberapa berkas yang harus mereka setor. Namun sampai sore, Daniel bahkan tidak memberi kabar pada Arisa yang membuat gadis itu akhirnya mendiami Daniel selama beberapa hari. Sama seperti hari ini juga. Kedu

  • Puzzle of heart   Part 41 (21+)

    Permainan tubuh Daniel dan Arisa masih berlangsung setelah hampir 3 jam mereka melakukannya. Arisa bahkan sudah berpindah posisi dan berada diatas tubuh Daniel sambil terus mengeluar-masukkan milik Daniel ke dalam miliknya. Kadang memijat benda panjang dan berurat itu. Tangannya bahkan tidak tinggal diam karena keduanya sibuk bermain dikedua dada miliknya sambil terus mendesah. Sementara Daniel dibawah sana membantu Arisa dengan ikut menggoyangkan pinggulnya dan sesekali meraih pinggang gadis itu untuk sekedar melumat bibir Arisa. Membuat keduanya tidak ada yang ingin berhenti dari permainan tersebut. Bahkan peluh yang sudah menetes dari tubuh mereka tidak membuat mereka untuk berhenti. Daniel kembali membuat Arisa berada dibawahnya karena perasaan ingin meledak yang kembali muncul dari dirinya membuatnya harus segera menyelesaikannya. Membuatnya menghujam Arisa tanpa ampun seolah ini adalah terakhir kalinya mereka melakukan hal tersebut. Ar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status