Home / Romansa / QUALM / Bagian 6 : Masih Peduli?

Share

Bagian 6 : Masih Peduli?

Author: Radzee
last update Last Updated: 2021-06-02 16:28:34

"Loh, Arzha di sini?" Shira yang baru selesai membersihkan meja menghampiri bocah lima tahun yang sedang menyuapkan es cream ke mulut.

"Onty Shira," ujar anak itu berbinar.

"Makannya pelan, Nak." Perempuan itu dengan kilat mengambil tissu di meja samping lalu membersihkan sisa es cream di bibir Arzha.

"Mami lagi pergi, aku dititip Papi," jawab bocah lelaki itu meringis.

"Udah jam sembilan, Arzha nggak sekolah?" tanya Shira sambil merapikan rambut anak tampan di depannya.

"Nggak tau." Geleng anak itu polos.

"Shir, persediaan gula di dapur abis, belanja gih." Luna berjalan mendekat.

"Ha?" Shira mendongak, membenarkan alat bantu dengarnya.

"Belanja gula!" Mulut Luna sampai menempel di telinga Shira, membuat perempuan itu refleks berdiri.

"Ya nggak usah begitu kalik, lu pikir gua tuli," omel Shira tidak terima.

"Ya emang lu tuli, Maemunah!"

"Onti Luna, jangan seperti itu." Suara kecil itu membuat keduanya menengok. "Onti Shira pasti sembuh, pasti." Jemari Arzha terulur, senyum polos itu mampu membuat siapa saja yang melihat akan merasa hangat.

"Terima kasih, Sayang, kamu baik sekali." Mata Shira berkaca. "Onti Luna cuma bercanda kok, anak pintar," lanjut perempuan itu sambil mengacak rambut Arzha.

"Jangan diambil hati, ya, anak bos, kami teman jadi suka seperti ini." Luna tersenyum kikuk, memandang anak setampan raja ini, Arzha sangat tampan benar-benar fotocopy pak Arga.

"Kata bu guru kalau salah harus minta maaf," ujar bocah itu penuh penekanan.

"Kan bercanda, jadi tidak perlu minta maaf. " Dengan mata melotot Luna menolak, yang benar saja?! Dia harus meminta maaf dengan perempuan bucin ini?

"Wah, Arzha pintar, benar kalau salah harus minta maaf, ya, Nak. Dan kalau ada teman kita yang salah sebagai sesama manusia kita juga wajib memaafkan." Shira tersenyum sangat indah.

"Iya, karena Allah saja Maha Pemaaf, apalagi kita manusia, iya' kan, onty?" Shira mengangguk mantap, mengacak pelan rambut anak tampan itu.

"Kamu pintar sekali, Onti bangga."

Pipi mungil itu bersemu. "Thank you, Onti."

"With my pleasure, Nak."

"Kacang mahal, mau lanjut kerja aja dah," sungut Luna kesal.

"Onti Luna belum minta maaf sama onti shira." Pergelangan tangan Luna tertahan.

"Arzha sayang, onti sudah memaafkan onti Luna kok," ucap Shira menyela.

Anak itu menggeleng. "Minta maaf dulu."

Shira menahan tawa, ingin sekali bergulung-gulung melihat ekspresi sahabatnya. "Oke, kalau itu mau Arzha, Onti Shira bisa apa."

"Onti, kenapa malah diam?" Mata polos itu mengerjab, memandang Luna penuh tanya.

"Shira, aku minta maaf, ya, tadi udah ngomong kasar sama kamu, besok lagi pasti aku ulang," cibir Luna.

"Apa?" tanya Arzha tiba-tiba.

"Besok nggak akan aku ulang." Penekanan Luna begitu kentara, membuat Shira menahan tawanya mati-matian.

"Good job, Onti." Tepuk tangan meriah itu terdengar, Arzha memberikan kedua jempolnya ke arah Luna.

"Kamu nggak sekolah, Tampan?" Luna tidak pernah tahan untuk tidak mencomot pipi Arzha. "Gantengnya tertampar visual banget kamu, Nak," lanjut perempuan itu tidak berkedip.

"Tangannya, nanti merah pipinya." Gamparan itu Shira berikan pada tangan Luna.

"Cakep banget asli." Entah sudah berapa ratus kali Shira mendengarkan pujian itu, King Arzha Alendra, Putra pertama Arga dan Eliza memang sangatlah tampan, walau mereka belum menikah tetapi hal itu bisa terjadi, tidak kaget karena keduanya dulu sama-sama berkuliah di luar negeri dan melakukan sex bebas.

"Onti lanjut kerja ,ya, Nak." Dengan teganya Shira tidak mengubris perkataan Luna, memilih berlutut di hadapan Arzha.

Bocah itu terlihat tidak ikhlas. "Aku ikut!"

"Daftar belanja udah aku buat, kamu tinggal berangkat." Indah muncul dari dapur membawa daftar panjang di tangan.

"Arzha ikut Onti Shira." Anak raja itu berkaca, bibirnya mengerut membuat siapa saja yang melihatnya ingin sekali mencium secara bertubi.

"Ajak saja, Shir, mau sekolah kesiangan juga." Suara berat itu terdengar.

"Eh," gugup Shira. "Berarti Arzha enggak sekolah, ya, Pak?"

"Maminya nitip dadakan, saya ada kerjaan mendesak, yaudah nggak apa sekali-kali." Arga berjalan ke dapur, mengaduk kopi hitamnya.

"Boleh ikut, Onti?" Mata anak itu berbinar dan Shira mengangguk pelan.

"Sekalian aku anter, mau?" Lelaki itu menyaut.

"Ehemmm." Luna memanasi. "Ini aku keselek ludah, kenapa kalian natap aku begitu." Alibi manusia itu memang juara.

"Nggak usah, Pak, dekat, naik bus juga sampai kayak biasa," tolak Shira ramah.

"Baiklah, jangan lupa ajak Arzha, dia senang sekali sama kamu." Dan perempuan itu hanya bisa mengangguk kaku.

*

"Cepetan cerita, kenapa lu teraktir kita makan mehong begini?" Luna memasukan satu sendok nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Habisin dulu, nanti gue ceritain. " Indah tersenyum, menyedot perlahan milk shake coklat miliknya.

"Elah, lu nggak tau apa jiwa kepo gua udah merontai-rontai, ini restaurant mahal lu ada duit kaga woi?!"

"Diem, Siti!  Tinggal makan banyak bacod aja dah." Shira menggebrak meja, mendapatkan lirikan maut dari meja sebelah.

"Nyesel banget bawa kalian para kaum misqueen ke restaurant mahal, malu-maluin, kampret!" Umpat Indah setengah malu.

"Heh, Memunah, lu kaga curigation itu si Indah ngapa jajanin kita, dia kan pelit banget soal beginian." Dengan mulut penuh nasi Luna masih bisa mengoceh.

"Bodo, yang penting makan enak," jawab perempuan itu bodo amad.

"Emang banyak bicit si Luna, ya, makan tinggal makan juga, heran!" Indah tidak habis pikir.

"Lu kenapa?" Indah mendongak, menatap Shira yang memegang dadanya.

"Nggak apa, ganjel aja." Perempuan itu menggeleng, kembali menyendokan nasih ke mulut.

"Shira kalau makan mehong mungkin emang gini, organ tubuhnya terlalu terkejut," saut Luna.

Perempuan itu menonyor kepala sahabatnya. "Enak aja, gua pernah tajir kalik."

"Malu, woi, lu berdua jaga sikap apa, ini restaurant mahal!" Air wajah Indah sudah membara. "Emang paling bener, tadi gua bawa lu berdua ke emperan!"

"Tangan gua gatel banget,kenapa sik," cicit Shira mengalihkan pembicaraan  saat suara Indah sudah mulai mengerikan.

Luna tertawa. "Alergi makanan mehong, maklum."

"Astafirullah, kamu ini berdosa banget." Shira mengerucut.

"Berdosa? Kamu yang berdosa!" teriak Luna tidak mau kalah.

"Kamu itu jangan solimin."

"Solimin, solimin, soliHAH!" Saut Indah membuat ketiganya tertawa, vidio viral yang beredar di sosial media itu memang membuat siapa saja ingin sekali menirukannya.

"Akhhh..." Shira meremas dadanya.

"Heh lu kenapa?" Tawa Luna terhenti melihat sahabatnya merintih.

"Shira, kamu kenapa pucet banget?" Muka khawatir Indah terpancar.

"Apa yang kamu lakukan?!"

"Kamu makan apa, Lashira?!" Dengan wajah merah padam lelaki itu memukul kasar meja hingga menyebabkan suara pecahan terdengar. "Udah nggak waras kamu, pengen mati?" Tatapan setajam paku itu berhasil menusuk kasar pengelihatan Shira.

Wanita itu terdiam, untuk sekedar menjawab bahkan dirinya tidak mampu, rasa sesak seperti bergulat tepat di jantungnya. "Dadaku, sakit."

Tanpa berpikir lelaki itu mengikis jarak, menendang kasar meja hingga hampir terguling dan setelahnya mengambil tubuh mungil separuh nyawanya. Mengabaikan tatapan sekitar yang sudah pasti seperti melucuti tubuhnya.

"Eh, eh mau dibawa ke mana?" Langkah pastinya terhenti, ketika seorang wanita menarik pergelangan tangan.

Jemari itu terhempas saat tanpa ampun Farrel menyingkirkan. "Temanmu bisa mati jika tetap dibiarkan! Dia tidak bisa menyantap makanan seperti ini!"


Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • QUALM   Bagian 28 : Pertemuan.

    Perempuan itu turun dari mobil, melepas perlahan kacamata hitam yang melekat pada matanya. Netra itu menelisik, mencari seseorang yang akan dirinya temui, dengan langkah anggun kaki jenjang itu bergerak, melewati beberapa meja yang sudah terisi, dan ketika wanita yang akan dirinya jumpai sudah terlihat, perempuan itu mempercepat langkahnya, menarik kursi lalu terduduk di sana. "Sudah lama?" Tanyanya sambil menaruh tas kecil yang dirinya bawa ke atas meja. Wanita paruh baya itu mendongak, lalu menaruh ponsel pintarnya. "Lumayan." "Kamu semakin cantik dan sepertinya sudah tidak bodoh lagi." Raya menyeruput minumannya. "Ken baik-baik saja?" Wajah cantik itu seketika sendu. Raya tertawa. "Sepertinya saya salah, kamu masih saj

  • QUALM   Bagian 27 : Tersakiti.

    Enam tahun lalu Raya pernah ada di situasi tidak masuk akal di mana sang putra menyuruh sang istri berselingkuh agar kejadian di masa lalu terulang. Wanita paruh baya itu tidak pernah mengerti cinta seperti apa yang kedua anak muda itu miliki. Karena menurutnya tidak ada cinta yang saling menyakiti, tapi hal itu tidak berlaku untuk manusia setengah waras yang sialnya adalah anak dan menantunya. Raya yang dulu selalu ikut campur pun akhirnya menyerah, membiarkan kedua anak manusia itu menjalani kehidupan yang menurut mereka benar. Untung saja dirinya masih memiliki Keisya, putrinya yang selama ini menempuh studi di lu

  • QUALM   Bagian 26 : Kireina Kawa.

    "Mana ponselnya?" Lelaki itu mendekat lalu mengulurkan tangannya."Apa sih." Kaki kecil itu terangkat. "Telinga aku masih bisa dengar, nggak usah teriak."Menghembuskan napas pelan, lelaki berkemeja biru itu mencoba menahan emosi. "Mana, banyak kerjaan di situ.""Mami!" Jurus andalan anak berusia enam tahun itu keluar."Farrel, Kawa kenapa?" Wanita paruh baya itu berlari tergesa, memeluk cepat cucunya yang sudah berderai air mata."Mami." Gadis itu melempar ponsel berwarna gold itu ke sofa."Kamu! Bagaimana kalau jatuh?!" Teriaknya ketika melihat bagaimana sang anak melempar ponselnya ke sofa."Jaga nada suara kamu, Farrel!" Raya melotot."Mami, dia....""Dia siapa? Hah? Anak ini punya nama." Raya melotot tidak suka."Mami!

  • QUALM   Bagian 25 : Hamil.

    Shira melangkahkan kakinya, menyusuri jalanan panjang yang sepertinya tidak akan berujung. Di tangannya ada amplop putih dengan logo rumah sakit, di dalam sana ada sebuah pernyataam yang membuat hati perempuan itu campur-aduk, separuhnya bahagia dan sisanya rasa khawatir.Entah sudah sejauh apa kaki itu melangkah, nyatanya Shira sama sekali tidak merasa lelah. Pikirannya bercabang, perasaannya tidak karuan, dan tubuhnya sekarang terasa mati rasa. Jika berita ini datang di saat dia tidak mengetahui fakta tentang Ken yang berselingkuh karena dirinya mungkin Shira akan menyambut ini dengan kebahagiaan penuh tapi sayang untuk kedua kalinya buah cinta itu hadir di saat yang sangat tidak tepat.Perempuan itu memiliki janji kepada lelaki yang sangat dia cintai, sebuah janji

  • QUALM   Bagian 24 : Sakit?

    "Lashira?" Sebuah sentuan membuat wanita di depannya menoleh."Sandra?" Mulut Shira terbuka."Kamu apakabar?" Perempuan bergaun Hitam itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya."Aku, aku baik." Sedikit tergugup Shira mengulurkan tangan."Boleh bicara sebentar?" Sandra menunjuk cafe samping."Ha?" Shira terlihat bingung."Kalau ada waktu mau ngobrol." Perempuan itu akhirnya mengangguk, mengikuti Sandra yang sudah memasuki cafe terlebih dahulu."Kamu kembali menikah dengan Farrel, bukan?" Tanpa basa basi Sandra bertanya."Iya," jawab Shira ragu."Santai, aku nggak akan marah, aku sama Farrel juga nggak ada perasaan apapun," ujar Sandra tersenyum."Iya," jawab Shira sungkan."Kamu jalan sama lelaki lai

  • QUALM   Bagian 23 : Terbongkar.

    Sudah dua bulan sejak mereka akhirnya menikah secara hukum. Tidak ada yang berubah, semuanya masih sama, hanya saja ada kemajuan pada hubungan Shira dan Abil, beberapa kali Ken melihat mereka bersama dan terlihat semakin akrab. Sebenarnya ketika Abil sudah terlihat serius, Ken ingin sekali berbicara empat mata pada lelaki itu, menyerahkan seseorang yang dirinya cintai kepada lelaki yang lebih berhak. Tapi desakan maminya untuk menikahi Sandra membuat Ken mau tidak mau harus mendaftarkan pernikahannya.Masuk ke kamar mandi, Ken menghembuskan napas kasar, entah sudah berapa puluh testpack yang Shira gunakan, wanita itu ingin sekali hamil tapi kenyataannya takdir lebih memihaknya. Walau tidak menghalangi agar anak itu datang tapi Ken yakin dengan kondisinya dan Shira yang tidak cukup baik akan membuat wanita itu sulit hamil. Syukurlah, ka

  • QUALM   Bagian 22 : Kembali Menyatu.

    Hati-hati dalam memilih bahan bacaan :)Mengandung 18+ 🙂👍--"Terima kasih, pak," ujar Shira kepada lelaki berbadan besar di depannya."Mbak yakin bisa bawa masuk?" Lelaki itu meragu ketika memberikan tubuh kokoh Ken ke pelukan Shira."Iya Pak bisa." Perempuan itu berusaha tersenyum sambil menahan tubuh besar Ken."Yasudah pelan-pelan, Mbak, nanti kalau butuh tinggal telfon nomor keamanan aja." Pesan lelaki ber

  • QUALM   Bagian 21 : Cemburu

    Lelaki itu turun dari taksi lalu berjalan cepat, tersenyum ketika melihat bungkusan di tangan. Pagi tadi istrinya memilih pulang sendiri, kontrakan Shira harus melalui gang sempit dan tidak bisa dilewati oleh mobil, maka dari itu Farrel hampir tidak pernah membawa kendaraannya ketika pulang kesana.Farrel tau bahwa dirinya egois, harusnya bukan ini tujuannya, jika seperti ini akhirnya sama saja dia tidak mendapatkan balasan apapun. Luka yang Farrel berikan pada istrinya sangat dalam dan semestinya dia juga merasakan. Memang niat awalnya adalah untuk melindungi walau hasilnya malah menyakiti.Langkah itu terhenti, ketika senyum yang entah kapan terakhir kali dirinya lihat muncul dari bibir sang wanita, lelaki di depannya ikut menarik bibir lalu suara rengekan bocah menggema. Dengan refleks lelaki itu meremas bungkusan di tangan, kantong plastik berisi cake kesukaan

  • QUALM   Bagian 20 : Pertengkaran Kecil.

    Shira memejamkan mata, entah apa yang akan terjadi hari ini, ketika dirinya benar-benar bertemu dengan Raya, ibu mertuanya. Terakhir kali perempuan paruh baya itu mendorongnya hingga tersungkur, menampar kasar pipinya dan mengusirnya agar menjauh dari sang putra, kenangan yang mengerikan jika kembali dibayangkan."Turun." Suara serak Ken menggema, dengan malas perempuan itu turun dari mobil."Ayo." Lelaki itu menggenggam kuat telapak tangannya dan menariknya masuk.Shira mengatur napas, meremas kuat celana kain yang dirinya pakai, hatinya berdesir, tentu saja, rasanya seperti akan menerima hukuman yang menyakitkan."Farrel?" Tanpa permisi suara itu bergema, menerobos perlahan gendang telinga Shira yang tertutup helaian anak rambut.Lelaki itu menengok, menarik tangan yang berada di genggamannya lalu menuju kursi yang tersedia. "Udah lama?""Baru saja." Lelaki paruh baya it

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status