Delapan tahun berlalu, delapan tahun pula sang Queen keluarga Agustaf menjalani hidup sebagai Nabilla Fathiyah Hasanah. Di usia yang baru 16 tahun, Nabilla sudah duduk di tahun terahkhir sekolah menengah atas. Otak cerdasnya ia gunakan untuk mengikuti program akselerasi ketika SMP dan SMA.
Suasana ruang kelas terlihat sangat tenang, ketika seorang guru tengah menyampaikan materi matematika yang kebanyakan siswa menjadikan pelajaran itu sebagai momok tersendiri. Namun bagi Nabilla si gadis cantik yang selalu menghiasi wajahnya dengan senyum manis itu, selalu memperhatikan dengan penuh semangat ketika sang guru menjelaskan materi yang bagi teman-temanya sangat membosankan.
Wajah cantik, otak cemerlang dan ahlak baik selalu melekat di diri Nabilla, namun Nabilla tidak pernah menyombongkan apa yang ia miliki. Nabilla adalah gadis baik, yang selalu disayangi teman-temannya karena jika ada teman yang bertanya materi dengannya, pasti ia akan dengan senang hati dan sabar mengajari hingga bisa.
Bel tanda pelajaran telah usai menggema di seluruh penjuru sebuah sekolah menengah atas terbaik di Purwokerto. Setelah itu, guru yang mengajar membereskan buku-buku dan segera pamit keluar. Nabilla menulis beberapa soal beserta cara penyelesaianya yang ditulis oleh guru di papan tulis sebelum ia mininggalkan kelas.
Usai menulis dan meninggalkan kelas, Nabilla segera menuju ruang kelas sahabatnya yang sekaligus anak dari majikan bapaknya yaitu Jihan. Usia Nabilla dan Jihan berbeda dua tahun, karena waktu SMP dan SMA Nabilla mengikuti kelas akselerasi jadi saat ini mereka sama-sama berada di tahun terakhir sekolah menengah atas.
Setelah melihat kelas Jihan yang sudah tidak ada guru, Nabilla langsung masuk ke kelas itu dengan santai. Karena memang satu kelas Jihan sudah tahu dengan Nabilla. Ketika masuk dan hendak menghampiri Jihan, siswa laki-laki atau pun perempuan yang sedang menyalin rumus-rumus matematika seketika langsung menatap Nabilla dan tersenyum. Nabilla yang tahu akan maksud tatapan dan senyuman itu pun membalas dengan senyum manis hingga mereka bersorak senang.
“Iya, Billa ajarin.” Melihat senyum dan mendengar sorak teman-temannya meskipun beda kelas, membuat gadis manis yang membalut kepalanya dengan jilbab itu ikut tersenyum. Ia bahagia bisa membagikan ilmu-nya yang mungkin akan sangat bermanfaat untuk teman-temanya di kemudian hari.
--
Nabilla berjalan menuju rumah sederhana yang berada di ujung kampung, ia menghela nafas kasar ketika melihat sebuah mobil terparkir di halaman rumahnya. Ia sudah hafal, karena delapan tahun ia harus melihat tingkah ibunya yang menjijikkan, ia juga harus menutupi kelakuan bejat sang ibu dari bapaknya. Ia sangat kasihan kepada bapaknya, bagaimana kalau bapaknya tahu kalau diam-diam ibunya itu adalah seorang pemuas nafsu pria-pria kurang belaian yang banyak uang.
Saat Nabilla membuka pintu, tidak ada yang terdengar seperti hari-hari biasa namun ia terperanga ketika melihat pemandangan luar biasa dalam cahaya temaram jendela yang tidak tertutup sempurna oleh gorden. Pemandangan yang tidak seharusnya ia lihat, meskipun nada desahan dengan penuh hasrat selalu menyapu gendang telinganya tapi baru kali ini Nabilla menyaksikan perbuatan laknat itu.
“Ahhhh hony, pindah ke kamar yuk. Nanti anakku pulang.” Rengekkan manja Maya ibu Nabilla seraya meminta pria dengan badan sedikit tambun untuk menyudahi permainannya.
Namun pria itu smakin gencar menjalankan aksinya hingga Maya semakin menikmati kegiatan sakralnya bersama pria itu di atas sofa. Suara pekikan tidak kunjung usai malah semakin menggema dalam suasana yang hening.
Nabilla terduduk lemah di teras rumahnya, perlahan air mata mengalir membasahi pipi mulusnya. Ia menulikan diri supaya tidak mendengar suara laknat yang semakin terdengar di telinganya. “Bapak, maafkan Nabilla. Sebaiknya bapak tidak pernah tahu kelakuan ibu seperti ini, maafkan Nabilla pak.” Ucap Nabilla di sela isakkanya.
Bersambung…..
“Jika bukan kamu yang membukanya, maka pasti Tuhan yang akan membuka semua yang telah kamu sembunyikan dengan sempurna.”----------Gemericik air hujan membelai wajah di sela dedaunan, kabut tipis menghiasi perkampungan hingga udara dingin menyapa tubuh. Namun dinginnya udara pagi tidak menghalangi si gadis cantik untuk menyapa sang kuasa. Di atas sajadah, si gadis cantik itu bersimpuh memenuhi panggilan-Nya dan tidak lupa doa-doa penuh harapan terlantun dari dalam hati.Seusai menyapa sang Illahi, Nabilla si gadis cantik nan jelita itu bersiap melepas kepergian bapaknya untuk bekerja. Karena ibunya masih terlelap saat sang bapak hendak bekerja, maka Nabillalah yang membuatkan teh dan menyiapkan sarapan. Ia juga mengantarkan bapaknya hingga halaman rumah dan belum kembali masuk ke dalam rumah sebelum bapaknya dengan motor supra x 125 yang ditumpangi hilang dari pandangannya.Nabilla segera masuk rumah dan mengerjakan pekerjaa
“Sepandai apapun menyimpan kebohongan untuk mengendalikan suasana agar tetap baik-baik saja, sungguh pada akhirnya akan ketahuan juga. Tidak mungkin Allah akan berpihak pada keburukan, Allah akan membuka kedokmu dihadapannya nanti.”----------Karena tidak mendapatkan jawaban dari Nabilla, Herman perlahan berjalan memasuki rumah. Karena takut, Nabilla mengenggam tangan Jihan erat, sementara Jihan yang merasakan tangan dingin dan berkeringat dari Nabilla tahu bahwa ada yang sedang sahabatnya itu coba tutupi. “Ibu kamu lagi…” Seakan tahu apa yang akan ditanyakan Jihan, Nabilla terlebih dulu mengangguk sebelum Jihan selesai bertanya. Dan Jihan yang tahu langsung menghela nafas, serapat apapun sebuah bangkai ditutupi pada akhirnya baunya pasti akan tercium juga, itu yang selalu Jihan fikirkan. Jihan memang sudah tahu kel
“Cinta harus ditumbuhkan sepanjang usia dengan bunga-bunganya yang bertaburan di sepanjang jalan kesetiaan. Jalan yang ditapaki bersama dengan riang dan semoga kelak kembali bersama di surga.” ---------- Afnan menatap kesal ke arah beberapa orang yang tengah meeting di sebuah restoran yang ada di sebuah mall yang sedang ia kunjungi. Saat ini ia sedang berbelanja kebutuhannya yang akan ia bawa ke pesantren.Setelah lulus sekolah dasar Afnan dan Aflah memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di sebuah pondok pesantren. Afnan memilih melanjutkan di salah satu pesantren di Magelang sementara Aflah memilih di pesantren yang ada di Ponorogo. Kembar nggak harus bareng kan, itu yang selalu mereka tanam dalam hati mereka, yang penting tetap kompak dan berbakti kepada orang tua.&n
“Setelah meninggal dunia, selain sedekah jariyah dan ilmu yang bermanfaat ada do’a anak shaleh dan shalehah yang akan tetap mengalir untuk kedua orang tua. Pastinya mereka akan mendoakan yang terbaik untuk ayah bundanya biar masuk surga, dan bisa berkumpul di sana kelak.”-----------Di meja makan, Kanaya harus ekstra sabar menghadapi putranya. Kepala Kanaya yang akhir-akhir ini sering pusing, semakin pusing menghadapi tingkah Afnan yang mendadak menyebalkan bagi Kanaya. Bak ikan remora yang nempel di ikan hiu, Afnan pun nempel terus dengan Kanaya sembari meminta bundanya untuk mengiyakan keinginannya. Sementara di sisi lain masih di meja makan, Dinnar tersenyum geli melihat tingkah putra sulungnya yang mendadak manja seperti itu. Beruntung istrinya itu mempunyai stok kesabaran yang unlimited jadi Kanaya tidak marah sedi
“Sabar adalah kunci yang utama, di kala terjebak dalam duka. Yakinlah janji Allah itu tidak akan mengecewakan, bahwa disetiap kesulitan pasti ada kemudahan begitu pun dengan kesedihan pasti akan berganti dengan kebahagiaan.”----------Tiga hari sudah Nabilla hidup tanpa bapaknya, malam harinya gadis cantik itu hanya ditemani keheningan dan siangnya hanya kesenduan yang membuat dada Nabila sesak. Tiga hari sudah Nabilla tidak masuk sekolah, tiga hari itu bukannya Nabilla tidak ingin masuk sekolah, tapi ia sedang mencoba menata hidup dan menata hati setelah kepergian bapaknya.Nabilla menatap pintu kamarnya ketika mendengar suara pintu dibuka, ia mendapati ibu dan Linda menatap dirinya dengan enggan. “Masakin kami sesuatu, sekarang.” Pinta Maya lalu meninggalkan Nabilla yang masih terdiam.Nanbilla langsung menuju dapur dan memasakan sesuatu untuk ibu dan kakaknya. Ia hanya mendapati seikat kangkung dan tig
“Pertemuan adalah takdir, dan setiap pertemuan selalu membawa kita ke takdir yang lain.”---------- Ketika sang mentari menyapa, saatnya jiwa dan raga ini menghadapi keadaan hidup. Ada keadaan yang diharapkan, namun tidak sedikit keadaan yang tidak diharapkan menimpa beberapa orang. Hidup memang semisterius itu, apa yang kita harapkan kadang tidak menjadi kehendaknya. Kehidupan memang sudah ada yang mengatur, tinggal kita yang menjalani dengan sebuah keikhlasan. Namun terkadang, keikhlasan itu tumbuh namun bisa mati dalam sekejab mata. Hingga menimbulkan keraguan dalam hati dan merasa tidak ada keadilan dalam hidup. Setelah menyapa rab-nya dan membac
“Bukan sebuah kebetulan, melainkan sebuah pertemuan yang sudah Tuhan rencanakan diam-diam. Masing-masing dari kita punya garis kehidupan yang telah di gambarkan. Dan masing-masing dari kita, jika dizinkan akan saling bersinggungan.”----------“Serius, dia namanya Nabilla bukan Alesha?” Entah sudah berapa kali Varo menanyakan itu kepada Narendra hingga remaja itu jengah dengan pertanyaan abang sepupunya itu.“Astaga bang, gue harus ngomong berapa kali supaya lo ngerti dan paham dia itu Nabilla bukan Alesha. Namanya Nabilla Fathiyah Hasanah.” Ujarnya kesal dengan menekankan nama Nabilla.Bayangkan, sejak pulang mengantar Nabilla dari makam sore tadi. Abang sepupunya itu tidak hentinya bertaanya tentang sahabatnya. Narendra ingin rasanya melempar guci yang ada di kamarnya ke kepala Varo, kalau saja abangnya itu tidak menyogok dengan memberikan berlembar-lembar uang seratus ribuan
“Pertemuan-pertemuan yang terus berlanjut, yang akhirnya mengukuhkan berjuta-juta asumsi di kepala seseorang. Asumsi-asumsi itu selalu terhubung dengan sebuah konsep bernama perasaan.”-----------Nabilla keluar kelas saat jam istirahat, di depan kelasnya sudah menunggu ke tiga sahabatnya, Jihan, Narendra, dan Olivia. Saat mereka melangkah menyusuri lorong menuju kantin tak hentinya Olivia terpekik histeris saat membicarakan abang sepupu Narendra, siapa lagi kalau bukan si Alvaro. “Jadi dia itu, abang sepupu lo yang dari Jakarta itu?” Tanya Olivia kepada Narendra."Hemmm…” Jawab Narendra malas. Bagaimana Narendra tidak males dan kesal kalau dari tadi para kaum hawa di sekolahnya banyak yang ngepoin abangnya itu.Olivia memegang lengan Narendra dan menggoncang-goncangkan pelan, “Sumpah abang kamu ganteng abis, plisss… bantuin aku buat pedekate sama abang kamu dong Ndra.&rd