Share

Qolbu Quddus
Qolbu Quddus
Penulis: aries23

Chapter 1 Awal Sebuah Luka

Zivana, memasuki kantor polisi dengan berpakaian serba hitam, dan kerudung menutupi rambutnya.

“Bu Zivana Azzahra Alfathunissa Hidayatullah?” tanya Kapolres Haikal saat menyambut kedatangan Zivana.

Yang ditanya menganguk dengan cepat. Mereka bersalaman, sebelum akhirnnya Zivana duduk di kursi bersebrangan di depan meja Haikal.

“Apa yang bisa kami bantu bu?” tanya Haikal dengan ramah.

Zivana menarik napas panjang, terlihat di matanya menampakkan kesedihan yang mendalam. Menceritakan kembali kisah kelam selama 12 tahun dia pendam, bukan lah hal yang mudah.

“12 tahun yang lalu….” ucap Zivana dengan suara tercekat.

 Hatinya selalu sakit saat kembali mengingat kejadian yang membuatnya dan anaknya harus kehilangan sosok yang dicintai.

“Terjadi tragedi pembunuhan, yang menjadi korban adalah suami saya, Bagas Hidayatullah…. Dan tersangkanya adalah Fikri Wijaya Kusuma, keponakan saya sendiri….”

“Namun setelah saya pikir-pikir, apakah mungkin bocah lima tahun membunuh pamannya sendiri? Karena itu lah saya datang kesini, saya ingin pembunuh suami saya di temukan dan dihukum dengan berat….” jelasnya.

Zivana kembali menarik napas panjang, kejadian yang paling menyedihkan itu kembali berkelebat di matanya.

“Apakah sebelumnya ibu sudah pernah melaporkan kejadian ini?” tanya Haikal dengan tenang.

Zivana perlahan menganguk, “Tapi, kasusnya di tutup karena tidak cukup bukti untuk menjerat tersangka…. Saya mohon pak, tolong temukan pembunuh suami saya…. Saya yakin, pasti ada dalangnya….”

“Siapa orang yang ibuk curigai membunuh pak Bagas?”

“Pak Barra Rafeyfa Zayan…. Saya sempat melihat beberapa kali, suami saya dengannya berdebat dengan sengit…. Terakhir saat mereka bertemu, dua hari sebelum kematian suami saya, dia sempat mengancam suami saya akan membunuhnya, jika tidak tutup mulut….” jelas Zivana.

“Saat kejadian, ibu dimana dan suami anda sedang dimana?”

“Saya dengan putra saya yang masih berumur 4 tahun, berada didalam rumah Hartawan Wijaya Kusuma, kami sedang mengobrol dan suami saya sedang bermain dengan Fikri Wijaya Kusuma, di taman samping rumah Pak Hartawan Wijaya Kusuma.”

“Kami keluar saat mendengar suara tembakan, dan sudah melihat suami saya sudah tewas di tempat. Saya melihat pelakunya saat itu adalah keponakan saya Fikri Wijaya Kusuma. Yang membuat saya heran adalah, pasti ada seseorang yang meletakkan pistol tersebut di rerumputan taman.”

“Saat melihat cctv, kami melihat sosok pria berpakaian hitam,  dan berkaca mata hitam dipinggir taman. Jika dia orang baik, kenapa dia hanya diam saat melihat suami saya tertembak? tolong pak ungkapkan kasus ini.”

“Apakah pak Bagas memiliki musuh atau pernah bermasalah dengan seseorang sebelumnya?”

Zivana mengeleng, “Setahu saya tidak pernah pak, saya beberapa kali melihat suami saya berdebat dengan pak Barra dalam satu bulan terakhir sebelum tewas suami saya…” jelas Zivana, terlihat matanya berkaca-kaca.

“Bisa ibuk ceritakan kapan ibu melihat pak Barra dan pak Bagas beberapa kali bertengkar?”

“Pertama kali saya melihat beliau berdebat saat tidak sengaja saya mendatangi kantor suami saya…. Kami berjanji akan makan bareng diluar…. Saya mendengar perdebatan dengan cukup jelas, pak Barra mengancam suami saya jika suami saya terus mencampuri urusannya. Namun saya kurang tahu apa yang sedang mereka perdebatkan…..”

“Yang kedua, saat suami saya keluar dari kantor, lalu pak Barra menghadang suami saya, dan menarik kerah baju suami saya, beliau juga sempat meninju perut suami saya….” jelas Zivana sejenak terdiam.

“Saat itu ibu ada didekat pak Bagas?” Zivana mengelengkan kepalanya pelan.

“Saya berada cukup jauh dari mereka, saya hanya bisa melihat mereka saling berdebat…. Saya datang karena saya mencurigai suami saya bermain api dengan wanita lain, karena sikapnya suka berubah-ubah.”

“Suami saya sering tidak pulang kerumah, dan sering mendapat telepon dari seseorang malam-malam, dan setiap ada telepon masuk, suami saya langsung meninggalkan rumah….”

“Yang ketiga kalinya, saat mereka bertemu di halaman rumah kami, terlihat juga mereka saling berdebat, saya melihat perdebatan itu di balik jendela rumah kami dan terakhir melalui panggilan telepon, suami saya sempat menyebut nama pak Barra….”

“Dan suami saya bilang “Pak Barra, anda tidak bisa mengancam saya seperti itu, perbuatan anda itu salah. Jika saya dipanggil polisi menjadi saksi, saya akan pergi. Maaf, apa yang anda lakukan itu tidak lagi bisa ditolerin, anda sudah mencemarkan nama baik saya dan melakukan kejahatan dimana-mana. Saya tidak akan pernah membiarkan itu terjadi.” itu kata-kata terakhir yang diucapkan suami saya, sebelum akhirnya mematikan panggilan telepon.

“Mencemarkan nama baik? Apakah ibu tahu mencemarkan nama baik seperti apa yang telah dilakukan pak Barra terhadap pak Bagas?”

“Suami saya pernah terlibat dalam pengelapan uang perusahaan, sebelum akhirnya kasus tersebut adalah fitnah. Karena suami saya memiliki bukti, bahwa dirinya tidak mengelapkan uang perusahaan,”

“Dan sempat merekam pengakuan pak Barra, bahwa dirinya yang menfitnah suami saya….. Namun pengakuan tersebut tidak pernah dia akui dipublik atau pun di karyawan perusahaan, kasus tersebut hilang begitu saja….”

“Apakah ibuk masih memiliki rekaman pengakuan pak Barra tersebut?” Zivana mengelengkan kepalanya. Haikal menghela napas berat.

“Saya tidak pernah menemukan rekaman tersebut… Saya hanya diberitahu oleh suami saya, kalau dia pernah merekam pengakuan pak Barra.”

“Apakah pak Barra telah mengambil rekaman tersebut?”

“Mungkin saja pak….”

“Apakah ibuk bisa memastikan bahwa suami ibuk tidak terlibat dalam pengelapan uang tersebut dan bisa memastikan bahwa beliau tidak berbohong?”

“Saya yakin, suami saya tidak bersalah pak, beliau adalah orang yang baik. Namun sekali lagi saya katakan, sikapnya berubah sebulan sebelum kematiannya….”

“Baiklah buk, saya akan proses laporan ibuk, dan kami akan sesegera mungkin akan mengungkapkan kasus ini….” jelas Haikal.

“Terima kasih pak….” ucap Zivana menyalami Haikal dan segera keluar dari kantor polisi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status