Share

PART 4

Author: Reinee
last update Huling Na-update: 2021-09-29 14:07:02

Hari minggu itu rumah bapak dan ibu terlihat ramai. Dua kakak perempuanku dan keluarganya datang untuk membahas kembali acara pesta pernikahanku dan mas Alvin. 

 

Usai berbincang serius selama kurang lebih dua jam bersama bapak dan ibu, kami pun para wanita bergegas ke dapur membantu ibu yang sudah dari beberapa menit yang lalu meninggalkan kami untuk menyiapkan makan siang. Aku langsung menuju ke meja makan untuk menata peralatan untuk makan siang.

 

"Alvin nggak ke sini, Dek?" tanya mbak Dewi, kakak sulungku, sembari mengambil lap untuk membantuku di meja makan. 

 

"Nggak tau, Mbak. Nanti mungkin," jawabku asal-asalan. 

 

"Lah ini calon pengantin kenapa sih kok males-malesan gini? Udah mau nikah masih main ngambek-ngambekan juga sama calon suaminya?" tebak mbak Dewi melihatku tak bersemangat

 

"Adikmu lagi galau, Wi'? Sudah, biarkan saja. Biasa kan begitu kalau lagi mau nikah ua gitu itu. Tanya tuh mbak Dewi, Na, dulu kayak gitu juga nggak?"

 

Tiba-tiba ibu ikutan menyahut dari arah belakang kami. 

 

"Galau kenapa, Dek?" Mbak Dewi justru jadi penasaran dengan kata-kata ibu. 

 

Mbak Rida, kakak keduaku, yang ikut mendengar itu pun langsung ikutan nimbrung bersama kami di meja makan. 

 

"Ada apa sih? Cerita dong, Dek? Jangan dipendem sendiri. Nanti bisulan lho," ucapnya sambil terkekeh.

 

"Betul itu!" sahut mbak Dewi ikutan terkekeh. 

 

Ibu yang ternyata sudah selesai dengan masakannya mendadak ikut-ikutan duduk di meja makan. Wajahnya sedikit serius sambil agak mendekatkan wajahnya ke anak-anak perempuannya. 

 

"Adikmu ini lagi galau. Calon mertuanya belum apa-apa udah pinjem uang sama dia lima juta. Tadinya malah pengen ngebatalin pernikahan. Gimana ceritanya coba undangan udah kesebar, eh dia main batalin aja. Bayangin bapak kalian ngamuk, ngeri kan?" kata ibu dengan bisik-bisik. Sementara dua kakakku langsung melotot tak percaya. 

 

"Masa sih gitu, serius Dek?" Mbak Dewi yang terlihat antusias dengan berita itu. Aku hanya mengangguk lemas menanggapi itu. 

 

"Wah, gawat ini. Memang mau buat apa uang itu katanya? Banyak lho itu lima juta. Ntar dibalikin nggak tuh? Jangan-jangan kayak ibunya mas Ridwan." 

 

Aku langsung menoleh Ke arah mbak Dewi mendengar itu. 

 

"Memangnya mertua mbak Dewi juga sering minjem uang?" tanyaku penasaran.

 

"Sssst! Jangan kenceng-kenceng ngomongnya! Nanti kedengeran mas Ridwan, nggak enak." Mbak Dewi langsung membekap mulutku hingga aku sedikit sesak nafas.

 

"Kamu bilang katanya sudah nggak pernah lagi, Wi? Memang sekarang masih suka minjem duit sama kamu?" tanya ibu mengerutkan dahi. 

 

"Enggak sih. Karena nggak pernah aku pinjemin lagi. Capek lah Bu, masa' duit cuma dihambur-hamburin buat beli barang-barang nggak penting. Cuma nurutin gaya hidup teman-temannya yang kaya itu. Ya nggak bisa lah."

 

"Mbak Dewi berani memangnya nolak pas mertua mbak pinjem?" Aku makin penasaran.

 

"Dulu sih nggak berani pas awal awal, Na. Aku juga nggak berani cerita sama ibu. Tapi makin ke sini dipinjemin, makin keterusan aja. Tiap dipinjemin belum balik, eh pinjem lagi. Itu sih namanya mintak bukan pinjem. Akhirnya mbak berani lah ngelawan. Enak aja mau dzolimin menantu baik kayak gini," ujarnya bangga.

 

"Kok berani sih mbak? Caranya gimana?" Kukerutkan dahi juga ke arah kakakku itu.

 

"Ya berani lah Na kalau mbak nggak salah. Sekarang bayangin aja ya. Tiap bulan gaji mas Ridwan selalu disisihkan buat ibunya yang single parent itu. Bukankah itu sebenernya sudah cukup buat hidup dia? Dia aja yang nggak pernah bisa bersyukur. Nurutin gaya hidup orang-orang kaya. Mana bisa? Dia aja nggak kerja. Trus mau seenaknya aja morotin duit menantunya. Ya harus berani lah Na kalau kayak begitu."

 

"Tuh Na, dengerin mbak Dewi. Kamu nanti boleh menolak kalau memang ibu mertuamu kayak gitu. Tapi kan kita belum tau ini maksudnya ibunya Alvin pinjem sama mau buat apa. Siapa tau memang lagi butuh beneran, Na," kata ibu masih saja berpikir positif.  

 

"Walaupun butuh beneran kalau aku sih juga nggak bakalan bu pinjem sama menantu. Eh ini lagi. Masih calon menantu lho, belum menantu. Feelingku sih mengatakan dia bakal sebelas dua belas kayak ibunya mas Ridwan. Yakin deh," ucap mbak Dewi, membuatku bergidik ngeri. 

 

"Wiii, jangan racunin adikmu begitu ah, dia nanti jadi makin takut," ujar ibu lagi.

 

"Nggak lah, Dek. Nggak perlu takut. Yang penting kamu jangan tinggal di sana. Minta Alvin nyari rumah sendiri. Ngontrak lebih baik dibanding harus tinggal sama mertua. Apalagi kalau model mertuanya udah ada tanda-tanda begitu. Dan satu hal lagi, Dek. Suamimu juga harus di kasih pengertian. Apapun itu, jangan sampai kamu sembunyikan dari dia. Ibu mertuamu nyuruh kamu nggak bilang sama Alvin kan soal dia utang ini?"

 

"Kok mbak tau?" Dahiku makin berkerut.

 

"Wah persis ini, Bu. Dah deh, nggak salah lagi. Something wrong. Ada yang nggak beres."

 

"Kamu tu ngomong opo sih, Wi? Makin nggak bener ini kakak ngajarin adiknya," gerutu ibu.

 

"Bukan ngajarin nggak bener, Ibuuu. Ini kenyataan. Jangan sampai nanti Nana cuma dimanfaatin sama ibu mertuanya. Makanya harus ditatar dari sekarang. Ya kan, Na? Na! Wooi! Lah ni anak malah ngelamun!" 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 25

    Tak berapa lama setelah Vita bangkit untuk ke belakang, tiba tiba Nana memekik kaget saat seseorang sudah memeluknya sangat erat."Maafkan ibu, Na. Maafkan ibu ....""Ibu ...." Suara Nana tercekat. Matanya mendadak berkaca-kaca dalam dekapan ibu mertuanya.Tangannya hampir bergerak untuk balik memeluk ibu mertuanya, namun urung. Nana kembali teringat kejadian terakhir di rumahnya. Bagaimana menyakitkannya perlakuan dan kata-kata ibu mertuanya itu padanya.Nana juga teringat apa yang diceritakan suaminya tentang kebohongan sang ibu di rumah sakit."Mungkinkah wanita ini sedang berpura-pura lagi?" tanyanya dalam hati."Tolong maafkan ibu, Nak. Ibu telah salah menilaimu. Ibu memang bodoh, ibu tidak bisa melihat mana yang baik dan mana yang buruk. Ibu menyesal. Ibu benar-benar menyesal." Nita pun mulai terisak.Nana hanya terpaku menatap suaminya. Sementara ibu mertuanya masih mendekapnya erat.

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 24

    Tiga hari setelah peristiwa di rumah sakit, Alvin sudah kembali berkumpul dengan sang istri. Walau berat, lelaki itu tetap menceritakan peristiwa sebenarnya pada Nana.Dalam hati Nana memang marah. Tapi melihat betapa suaminya berusaha untuk selalu melindunginya, Nana pun rmencoba mengesampingkan perasaan buruknya itu pada keluarga mertuanya. Meskipun semakin lama Nana makin merasa tak mengerti kenapa ibu mertuanya bisa sangat tak menyukainya.Hingga pada suatu sore saat keduanya baru saja pulang dari kantor. Alvin bahkan belum sempat menutup pintu mobil. Tiba-tiba ponsel di dalam tas lelaki itu berbunyi."Mas, mas Alvin bisa ke sini kan? Tolong, Mas!"Suara Elman dari seberang telepon. Dahi Alvin pun berkerut penuh tanya."Ada apa, Man?" tanyanya serius. Sementara Nana yang sebelumnya telah melangkah duluan ke dalam rumah menghentikan langkahnya. Lalu kembali melangkah keluar dari rumah kontrakannya.Dahinya ikut ber

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 23

    Jam sudah menunjuk pukul 1 siang saat pesawat yang membawa Alvin mendarat. Sebenarnya lelaki itu sudah berniat untuk memesan taksi dan langsung menuju ke rumah orang tua Nana. Namun Alvin sedikit kaget karena ternyata Elman telah mrnunggunya di bandara.Pantas saja sepagian tadi adik lelakinya itu terus menghubungi dan menanyainya jam berapa dia pulang. Rupanya Elman memang berniat untuk menjemput kakaknya itu."Memangnya separah apa sih ibu, Man?" tanyanya kemudian saat akhirnya Elman mengatakan padanya untuk mengikutinya ke rumah sakit dulu sebelum pulang ke rumah."Nanti mas lihat sendiri deh. Dari jatuh itu ibu nyariin mas Alvin terus. Hari ini tadi ibu juga yang nyuruh aku jemput ke bandara," jelas adiknya."Ya sudah kalau gitu kita langsung ke rumah sakit. Kamu naik apa ke sini tadi?""Aku bawa mobil, Mas.""Mobil? Mobilnya siapa?""Temennya Dian. Kan disuruh bawa Dian dari kapan itu.""Mobil itu belum d

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 22

    Kejadian jatuhnya ibu mertua di rumah kontrakannya membuat Nana tidak tenang. Lalu malam itu pun dia langsung memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya."Benar nggak ada masalah apa-apa, Na? Ibu lihat wajah kamu murung gitu dari tadi datang."Mau disembunyikan seperti apapun, rupanya sang ibu tak pernah bisa dibohonginya. Nana tetap terlihat tak ceria selama berada di rumah orang tuanya itu."Nggak apa-apa kok, Bu. Bener.""Nggak ada masalah sama Alvin kan?" Ibunya berusaha mendesak."Mas Alvin kan belum pulang dari luar kota, Bu.""Ooh gitu? Ibu pikir Alvin sudah pulang dan kalian bertengkar.""Enggak kok.""Trus kenapa kok tiba-tiba kamu ke sini? Waktu itu katanya mau tinggal sendirian di kontrakan saja sambil belajar berani?"&nb

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 21

    Dua hari setelah pertengkaran kecil pasangan pengantin baru itu, Alvin sebenarnya selalu berusaha untuk membuat Nana melupakan apa yang terjadi. Namun rupanya kantor tempatnya bekerja justru membuat mereka harus terpisah jarak. Sore itu Alvin pulang dan mengatakan pada Nana bahwa dia ditugaskan mendadak ke luar kota untuk menggantikan salah seorang rekannya yang sakit.Nana yang belum sepenuhnya bisa melupakan peristiwa insiden chat Sinta dengan Alvin bertambah cemberut saja mendengar hal itu."Jadi mas beneran harus pergi? Berapa hari?" tanyanya dengan tak bergairah."Paling lama seminggu, Dek. Maaf ya aku nggak bisa menolak tugas kali ini. Karena ini penting banget dan nggak mungkin dilimpahin sama anak buah. Kamu nggak apa-apa kan?"Alvin menatap khawatir pada istrinya. Nana yang masih kesal dengan pemberitahuan mendadak itu nampak tak minat banyak bicara.&n

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 20

    Kekesalan Alvin rupanya terbawa sampai di rumah. Tak biasanya dia menjadi lebih banyak diam. Bahkan dia yang biasanya sangat bersemangat saat istrinya mengajaknya segera beristirahat, malam ini justru lebih memilih duduk sendirian di teras rumah."Kamu tidur dulu aja, Dek. Nanti mas susul," katanya dengan nada sedikit malas.Nana yang masih belum mau beranjak di kursi sebelahnya hanya menarik nafas berat."Mas masih mikirin Dian?" tanyanya ragu. "Dari sejak makan di kafe tadi mas nggak banyak bicara.""Aku agak curiga dengan teman Dian yang bernama Jeslin itu." Alvin menatap istrinya, berharap Nana memahami apa yang dia rasakan saat ini."Mas curiga kalau si Jeslin itu mau berbuat jahat sama Dian?" Dahi Nana berkerut."Persis.""Tapi mana mungkin, Mas?

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status