Share

PART 6

Author: Reinee
last update Huling Na-update: 2021-09-29 14:08:50

"Jadi kamu pengen tinggal sendiri setelah kita nikah nanti?" 

 

Mas Alvin memandangku dengan tatapan serius setelah mendengarkan keinginanku seperti yang disarankan ibu. Dan aku hanya mengangguk menanggapinya.

 

"Apa benar alasannya hanya agar kita bisa belajar mandiri, Dek? Nggak ada alasan yang lainnya?" Mas Alvin semakin serius menatapku. Kali ini aku menggeleng ragu. 

 

"Maaf kalau pertanyaan mas sedikit memaksa. Soalnya ini sudah keluar dari kesepakatan kita waktu itu kan? Dulu kita sudah berencana tinggal di rumah orangtuaku barang satu atau dua tahun dulu sampai kita punya cukup uang untuk membeli rumah. Kan kamu sendiri yang bilang nggak waktu itu kan, Dek?"

 

"Iya, mas. Tapi sekarang aku berubah pikiran. Aku mau kita tinggal sendiri saja. Sekalian mau latihan mandiri," ucapku beralasan.

 

"Dan itu artinya kita harus mengeluarkan biaya untuk kontrak rumah dan membeli perabotan baru lho, Dek," kata mas Alvin mengingatkan.

 

"Iya mas, nggak masalah," jawabku enteng.

 

"Kalau tinggal di rumah bapak, kita nggak perlu bayar sewa. Uangnya bisa kita tabung untuk rencana membeli rumah nanti. Lagipula tidak perlu juga membeli perabotan macem-macem soalnya di sana kan semua udah ada, tinggal pakai. Rumah bapak juga besar, Dek. Kamarku juga cukup besar untuk kita berdua. Tidak mungkin akan terganggu sama yang lain. Elman sama anak istrinya selama ini kelihatannya nyaman-nyaman saja kok tinggal sama kami. Apa tidak bisa dipikirkan lagi rencana buat tinggal sendiri ini?"

 

"Enggak, mas. Aku maunya tinggal sendiri aja." Qku tetepa kekeh dengan pendirianku. 

 

"Bener tapi nggak ada alasan lain selain karena pengen mandiri kan?" Lagi-lagi mas Alvin bertanya, seolah dia taidak yakin alasanku tinggal sendiri adalah karena ingin mandiri.

 

"Ya sementara sih nggak ada, Mas."

 

"Kok sementara sih jawabnya? Berarti kemungkinan ada alasan lain kan?"

 

"Enggak mas. Maksudku, sementara alasannya itu aja. Aku pengen belajar mandiri. Udah, titik."

 

Tak ada yang bisa kukatakan lagi untuk menjelaskan Alasanku selain mengakhiri pembicaraan ini. 

 

Mas Alvin nampak terdiam sejenak.

 

"Baiklah kalau gitu, nanti mas akan ngomong sama bapak dan ibu kalau kita nggak jadi tinggal bareng mereka. Besok mas juga akan cari info masalah rumah kontrakan. Atau besok kita cari sama-sama saja? Gimana?" 

 

"Boleh," sahutku dengan senyum lega. 

.

.

.

Malam harinya aku sedikit kaget saat tiba-tiba ada pesan dari ipar mas Alvin di whatsappku. Vita, istri dari adik mas Alvin itu tanpa basa-basi menanyakan soal keinginanku untuk tinggal sendiri.

 

[Malam mbak Nana, lagi apa? Memangnya bener ya mbak Nana sama mas Alvin mau tinggal sendiri setelah nikah nanti?]

 

Membaca pesan itu, aku menduga mas Alvin sudah membicarakan rencana kami pada orang-orang di rumahnya.

 

[Iya dek Vita, rencananya begitu.]

 

[Memangnya kenapa, Mbak? Ada masalah ya sama ibu?]

 

Ibu yang dia maksud pastilah ibu mertuanya alias ibunya mas Alvin. 

 

[Enggak kok, Dek. Nggak ada hubungannya sama ibu.]

 

[Dahlah mbak, jujur aja sama aku. Aku tau kok ibu itu orangnya gimana. Aku udah tinggal bertahun-tahun sama dia, aku tau banget sifat ibu, Mbak. Apa ibu utang duit sama mbak Nana?] 

 

Duh, aku harus jawab apa ini? Aku belum terlalu kenal dekat dengan Vita. Aku juga belum tahu bagaimana sifat dia. Apa dia bisa dipercaya atau tidak.

 

[Eh Dek Vita maaf ya, ada tamu. Nanti kita lanjut lagi.] 

 

Kemudian kualihkan pembicaraan itu dengan berpamitan, berpura-pura sedang kedatangan tamu. 

 

Aku akan berbohong padanya jika bilang bahwa ibunya mas Alvin tidak berhutang padaku. Tapi untuk jujur, aku juga belum sepenuhnya percaya dengan iparku itu. 

 

[Sudahlah mbak. Sama aku nggak usah bohong.  Aku yang paling tahu gimana watak ibu. Bahkan aku lebih tau dari anak-anak kandungnya sendiri. Kalau mbak Nana mau tahu, nanti aku ceritakan. Tapi mbak Nana harus jujur dulu sama aku.]

 

Awalnya aku berharap alasanku untuk menemui tamu tadi tidak akan mendapatkan balasan lagi darinya. Atau setidaknya dia cukup membalas dengan kata "iya" saja. Namun ternyata pesan terakhirnya justru membuatku membelalakkan mata. 

 

Apa sih maksudnya Vita bicara seperti itu padaku? Sedangkan memgetahui sifat ibu yang belum apa-apa sudah berani berhutang pada calon menantunya saja sudah membuatku ilfil. Ini malah ditambah lagi calon iparku seolah mengetahui banyak tentang keburukan calon ibu mertuaku. 

 

Padahal setahuku, selama tiga kali datang ke rumah mas Alvin, aku selalu melihat Vita dan ibu nampak sangat akrab. Bahkan mereka seperti ibu dan anak kandung saja, bukan menantu. Tapi kenapa sekarang Vita seolah ingin menjelekkan ibu mertuanya? Ada apa sebenarnya dengan keluarga itu? 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 25

    Tak berapa lama setelah Vita bangkit untuk ke belakang, tiba tiba Nana memekik kaget saat seseorang sudah memeluknya sangat erat."Maafkan ibu, Na. Maafkan ibu ....""Ibu ...." Suara Nana tercekat. Matanya mendadak berkaca-kaca dalam dekapan ibu mertuanya.Tangannya hampir bergerak untuk balik memeluk ibu mertuanya, namun urung. Nana kembali teringat kejadian terakhir di rumahnya. Bagaimana menyakitkannya perlakuan dan kata-kata ibu mertuanya itu padanya.Nana juga teringat apa yang diceritakan suaminya tentang kebohongan sang ibu di rumah sakit."Mungkinkah wanita ini sedang berpura-pura lagi?" tanyanya dalam hati."Tolong maafkan ibu, Nak. Ibu telah salah menilaimu. Ibu memang bodoh, ibu tidak bisa melihat mana yang baik dan mana yang buruk. Ibu menyesal. Ibu benar-benar menyesal." Nita pun mulai terisak.Nana hanya terpaku menatap suaminya. Sementara ibu mertuanya masih mendekapnya erat.

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 24

    Tiga hari setelah peristiwa di rumah sakit, Alvin sudah kembali berkumpul dengan sang istri. Walau berat, lelaki itu tetap menceritakan peristiwa sebenarnya pada Nana.Dalam hati Nana memang marah. Tapi melihat betapa suaminya berusaha untuk selalu melindunginya, Nana pun rmencoba mengesampingkan perasaan buruknya itu pada keluarga mertuanya. Meskipun semakin lama Nana makin merasa tak mengerti kenapa ibu mertuanya bisa sangat tak menyukainya.Hingga pada suatu sore saat keduanya baru saja pulang dari kantor. Alvin bahkan belum sempat menutup pintu mobil. Tiba-tiba ponsel di dalam tas lelaki itu berbunyi."Mas, mas Alvin bisa ke sini kan? Tolong, Mas!"Suara Elman dari seberang telepon. Dahi Alvin pun berkerut penuh tanya."Ada apa, Man?" tanyanya serius. Sementara Nana yang sebelumnya telah melangkah duluan ke dalam rumah menghentikan langkahnya. Lalu kembali melangkah keluar dari rumah kontrakannya.Dahinya ikut ber

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 23

    Jam sudah menunjuk pukul 1 siang saat pesawat yang membawa Alvin mendarat. Sebenarnya lelaki itu sudah berniat untuk memesan taksi dan langsung menuju ke rumah orang tua Nana. Namun Alvin sedikit kaget karena ternyata Elman telah mrnunggunya di bandara.Pantas saja sepagian tadi adik lelakinya itu terus menghubungi dan menanyainya jam berapa dia pulang. Rupanya Elman memang berniat untuk menjemput kakaknya itu."Memangnya separah apa sih ibu, Man?" tanyanya kemudian saat akhirnya Elman mengatakan padanya untuk mengikutinya ke rumah sakit dulu sebelum pulang ke rumah."Nanti mas lihat sendiri deh. Dari jatuh itu ibu nyariin mas Alvin terus. Hari ini tadi ibu juga yang nyuruh aku jemput ke bandara," jelas adiknya."Ya sudah kalau gitu kita langsung ke rumah sakit. Kamu naik apa ke sini tadi?""Aku bawa mobil, Mas.""Mobil? Mobilnya siapa?""Temennya Dian. Kan disuruh bawa Dian dari kapan itu.""Mobil itu belum d

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 22

    Kejadian jatuhnya ibu mertua di rumah kontrakannya membuat Nana tidak tenang. Lalu malam itu pun dia langsung memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya."Benar nggak ada masalah apa-apa, Na? Ibu lihat wajah kamu murung gitu dari tadi datang."Mau disembunyikan seperti apapun, rupanya sang ibu tak pernah bisa dibohonginya. Nana tetap terlihat tak ceria selama berada di rumah orang tuanya itu."Nggak apa-apa kok, Bu. Bener.""Nggak ada masalah sama Alvin kan?" Ibunya berusaha mendesak."Mas Alvin kan belum pulang dari luar kota, Bu.""Ooh gitu? Ibu pikir Alvin sudah pulang dan kalian bertengkar.""Enggak kok.""Trus kenapa kok tiba-tiba kamu ke sini? Waktu itu katanya mau tinggal sendirian di kontrakan saja sambil belajar berani?"&nb

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 21

    Dua hari setelah pertengkaran kecil pasangan pengantin baru itu, Alvin sebenarnya selalu berusaha untuk membuat Nana melupakan apa yang terjadi. Namun rupanya kantor tempatnya bekerja justru membuat mereka harus terpisah jarak. Sore itu Alvin pulang dan mengatakan pada Nana bahwa dia ditugaskan mendadak ke luar kota untuk menggantikan salah seorang rekannya yang sakit.Nana yang belum sepenuhnya bisa melupakan peristiwa insiden chat Sinta dengan Alvin bertambah cemberut saja mendengar hal itu."Jadi mas beneran harus pergi? Berapa hari?" tanyanya dengan tak bergairah."Paling lama seminggu, Dek. Maaf ya aku nggak bisa menolak tugas kali ini. Karena ini penting banget dan nggak mungkin dilimpahin sama anak buah. Kamu nggak apa-apa kan?"Alvin menatap khawatir pada istrinya. Nana yang masih kesal dengan pemberitahuan mendadak itu nampak tak minat banyak bicara.&n

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 20

    Kekesalan Alvin rupanya terbawa sampai di rumah. Tak biasanya dia menjadi lebih banyak diam. Bahkan dia yang biasanya sangat bersemangat saat istrinya mengajaknya segera beristirahat, malam ini justru lebih memilih duduk sendirian di teras rumah."Kamu tidur dulu aja, Dek. Nanti mas susul," katanya dengan nada sedikit malas.Nana yang masih belum mau beranjak di kursi sebelahnya hanya menarik nafas berat."Mas masih mikirin Dian?" tanyanya ragu. "Dari sejak makan di kafe tadi mas nggak banyak bicara.""Aku agak curiga dengan teman Dian yang bernama Jeslin itu." Alvin menatap istrinya, berharap Nana memahami apa yang dia rasakan saat ini."Mas curiga kalau si Jeslin itu mau berbuat jahat sama Dian?" Dahi Nana berkerut."Persis.""Tapi mana mungkin, Mas?

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status