Bab 6b. Hijrahnya Seorang Pendosa

Malam mulai merambat jauh ketika Yura menelisik ruang tamu dan keluarga dengan saksama. Mencari petunjuk yang terlewatkan, tetapi semua tampak biasa saja. Tidak ada tanda-tanda kalau suaminya itu seorang agen intelijen.

Terlihat ketakutan yang semakin besar dari sorot matanya yang tajam. Ia merasa pernikahannya seperti bom waktu. Di mana suatu saat bisa menghancurkan segala mimpi, harapan dan tujuan hidupnya.

Namun, nasi telah menjadi bubur. Yura tidak mungkin mengakhiri pernikahannya begitu saja. Lagipula ia tidak mau kehilangan kasih sayang seorang ibu yang tidak pernah didapatkannya dari kecil.

"Kamu mencari apa Nak?" tanya Umi Hafsah ketika melihat Yura tampak bergeming.

Yura tampak terkejut karena mengira ibu mertuanya sudah tidur.

"Nggak apa-apa Umi, aku cuma heran kenapa tidak ada foto keluarga di rumah ini," jawab Yura yang tiba-tiba membuat Umi Hafsah langsung terdiam.

Wanita paruh baya itu tampak menghela nafas panjang. Setelah beberapa saat terdiam, ia kemudian menyahuti, "Nanti, kamu juga akan tahu. Sudah malam tidurlah!" Umi Hafsah kemudian berlalu dan masuk ke kamarnya.

Entah apa salahnya, Yura melihat Umi Hafsah tampak sedih mendapat pertanyaan seperti itu. Ia kemudian masuk ke kamar untuk berisirahat. Jujur pikiran dan perasaannya cukup lelah hari ini. Baru saja gadis itu hendak memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara pintu kamar dibuka.

"Kakak sudah pulang, maaf aku nggak dengar. Siapa yang bukain pintu!" tanya Yura yang segera menyalami suaminya.

Sambil membuka jaket yang dipakainya, Abidzar menjawab singkat, "Umi."

"Aku akan ambil minum dan makanan," ujar Yura sambil hendak berlalu.

"Tidak usah aku sudah makan tadi dan masih kenyang. Sini duduk Kakak mau bicara empat mata!" serunya sambil duduk di pinggir ranjang dan bertanya. "Tadi pas bukain pintu Umi terlihat sedih, Yura tahu nggak kenapa?"

Setelah duduk di samping suaminya, Yura menjawab dengan jujur, "Aku cuma tanya kenapa tidak ada foto keluarga, maaf kalau salah."

"Sebenarnya kamu nggak salah kok, kami memang sengaja tidak memasang foto keluarga karena akan membuat Umi teringat Alm Abi. Jadi jangan ditanyakan lagi ya!" ujar Abidzar menjelaskan.

"Iya Kak, aku janji akan membuat Umi tersenyum lagi," ucap Yura yang dijawab anggukan oleh Abidzar.

"Yura, boleh Kakak tanya satu hal?" tanya Abizar yang dijawab anggukan oleh Yura.

"Selain karena Umi, kenapa Yura mau menikah sama Kakak?"

Yura tampak terkejut mendapat pertanyaan seperti itu. Namun, ia harus tetap tenang agar Abidzar tidak curiga.

"Aku ingin hijrah Kak, untuk menenangkan hati dan membersihkan diri ini dari segala dosa yang pernah kulakukan. Aku tahu Kakak pasti terpaksa mau menikahiku karena desakan Umi bukan. Jika kakak tidak berkenan bebaskanlah, aku akan pergi dari rumah ini," jawab Yura dengan mata yang berkaca-kaca.

Abidzar langsung memeluk Yura seraya berkata, "Sudah cukup, Allah pasti punya rencana atas takdir yang telah mempersatukan kita. Jadi biarkan takdir juga yang memisahkan kita. Aku siap membimbingmu menuju janah-Nya."

Abidzar tidak mau menghakimi seseorang karena masa lalunya. Ia berusaha menerima takdir yang telah memilihnya untuk menjadi iman Yura, meskipun saat ini mereka belum saling mencintai.

Yura merasa terharu untuk pertama kalinya dipeluk seorang pria yang kini menjadi suaminya. Ada perasaan aman, nyaman yang mulai menelusup jauh ke relung hatinya.

"Ya sudah, tidur sana. Kakak mau bersih-bersih dulu!" seru Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura.

Sebenarnya Yura tahu, kalao Abidzar melihatnya dengan Miss Flo tadi ketika mengantar ke Bandara. Untung suaminya tidak menanyakan hal itu. Ia merasa beruntung kali ini rahasianya masih aman dan harus berhati-hati untuk lain waktu.

"Maafkan aku Kak. Aku janji suatu hari nanti, kalian akan tahu siapa diriku yang sebenarnya," bisik hati Yura yang belum berani jujur karena terlalu takut kehilangan kebahagiaan yang baru dimilikinya

Tidak lama kemudian Yura sudah terlelap, sementara itu setelah berganti pakaian dengan baju rumah, Abidzar membawa baju kotornya ke tempat mesin cuci. Ketika hendak memasukan, tiba-tiba sesuatu menarik perhatiannya. Ia kemudian menarik sebuah lengan baju yang ternyata hoodie berwarna hitam.

Tiba-tiba Abidzar ingat wanita yang bersama Miss Flo tadi. Sehingga membuatnya jadi berpikir, kalau benar orang itu Yura lalu apa hubungannya dengan Miss Flo yang merupakan wanita malam kelas atas. Mungkinkah Yura seorang pendosa yang sedang berhijrah?

BERSAMBUNG