Home / Romansa / RAHASIA ISTRI BERCADARKU / Bab 8. Pertarungan

Share

Bab 8. Pertarungan

Author: Aryan Lee
last update Last Updated: 2025-04-22 20:19:36

Menjalankan puasa untuk pertama kali memang berat bagi yang belum pernah melaksanakannya. Waktu akan terasa lama dan melelahkan. Bahkan sebagian orang memilih untuk tidur atau memperbanyak melakukan ibadah, tetapi ada juga yang beraktivitas seperti biasa.

Sementara itu Yura justru mengisi waktu luang untuk terus melatih bacaan alqurannya sehabis salat subuh dengan bimbingan Abidzar.

"Bacaan Yura sudah bagus, makhraj iqlab, idgham, izhar dan gunnah hampir benar semua. Untuk hari ini cukup dulu, nanti kita akan belajar lebih banyak lagi!" ujar Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura.

Selain mengaji Yura juga diajarkan salat duha dan salat sunah lainnya. Kalau semua sudah dilakukan barulah ia menambah wawasan dengan membaca buku-buku islam yang berada di kamar suaminya. Tentu saja Yura sudah mendapat izin dari Abidzar.

"Ngaji sudah, baca buku juga sudah. Ngapain lagi ya?" tanya Yura sambil berpikir. "Lebih baik aku lihat Umi sedang apa," ujarnya sambil ke luar kamar.

Yura melihat Umi Hafsah sedang duduk di teras sambil memotong-motong daun pisang. Ia kemudian mendekati ibu mertuanya itu dan bertanya, "Umi sedang apa?"

"Umi mau bikin lontong buat buka puasa sama anak-anak pengajian. Nanti kita buat gorengan sama kolak juga," jawab Umi Hafsah memberitahu.

Yura kembali bertanya, "Aku boleh bantuin Umi?"

"Tentu saja, kamu potong-potong sayuran, pisang sama Ubi ya!" sahut Umi Hafsah yang segera dikerjakan oleh Yura.

Sambil menyiapkan bahan-bahan untuk membuat makanan buka puasa, Umi Hafsah memberikan nasihat-nasihat untuk Yura. Sehingga tanpa diberitahu Yura sudah bisa menebak, kalau Umi Hafsah suka berbagi terutama di bulan suci ramadhan.

"Bekal manusia untuk menghadap Allah itu cuma tiga. Satu salat, dua doa anak saleh dan terakhir ilmu yang bermanfaat!" ujar Umi Hafsah yang didengarkan dengan saksama oleh Yura.

Satu hal yang dikagumi Yura dari Umi Hafsah adalah tidak pernah menceritakan kesedihan dan kesusahannya. Selain itu selama tinggal bersama tidak pernah ia mendengar ibu mertuanya itu menjelek-jelekan atau keburukan orang lain. Pasti selalu kebaikan yang dibicarakan.

"Semua sayuran sudah di potong Umi, aku bantuin apa lagi?" tanya Yura kemudian.

"Kamu beli kelapa ya, tapi agak jauh di ujung jalan sana!" jawab Umi Hafsah sambil mengeluarkan uang berwarna hijau.

"Nggak usah Umi, pakai uang aku dulu saja!" tolak Yura sambil beranjak.

Mendengar itu Umi Hafsah berpesan, "Ya sudah, nanti sambil jalan tolong ingatkan anak-anak untuk buka puasa di sini!"

"Iya Umi, ada lagi yang aku harus beli selain kelapa?" tanya Yura sebelum berangkat.

"Sama gelas plastik sebungkus ya. Itu saja yang lainnya sudah beli di pasar kemarin!" sahut Umi Hafsah kemudian.

Yura segera melaksanakan perintah ibu mertuanya. Tidak lupa ia memberitahu anak-anak yang langsung bersorak riang mendengarnya. Memang hampir setiap hari selama ramadhan Umi Hafsah sering mengadakan buka puasa bersama di rumahnya.

Ternyata tempat menjual kelapa cukup jauh. Akan tetapi, Yura sengaja tidak naik ojek karena ingin menghafal jalan di sekitar rumah.

"Sepertinya lewat gang itu lebih cepat," ujar Yura sambil meniti jalan.

Baru saja memasuki gang itu, Yura melihat beberapa orang pemuda kampung sedang duduk.

"Eh lihat ada ninja lewat!" ujar seorang pria gondrong memberitahu teman-temannya.

"Pasti orang baru, jadinya berani lewat di gang ini," ujar seorang pria sambil mendekati Yura dan menyapa, "Hei Tante cantik, kenalan dong!"

"Maaf saya cuma mau lewat," ujar Yura sambil mempercepat langkahnya.

Namun, tiba-tiba pemuda dengan penampilan berantakan langsung mencegah jalan Yura.

"Nggak ada yang bisa lewat jalan ini tanpa izin dari kami!" ujar pria itu sambil menyeringai.

"Sejak kapan kalian menguasai jalan umum?" tanya Yura dengan berani.

"Berani juga lu ya, sepertinya Tante ini perlu diberi sedikit pelajaran. Bagaimana kalau kita kasih pengalaman yang tak akan terlupakan seumur hidup!" saran pria gondrong sambil tertawa.

Tiga orang pria itu segera mengepung Yura dan berniat melakukan perbuatan tidak baik.

Yura segera memasang kuda-kuda dan ketika seorang pria mencoba menarik cadarnya, ia langsung menghindar dan melakukan tendangan T yang membuat pria itu tersungkur.

"Kurang ajar, cepat hajar dia!" seru pria itu dengan bibir yang berdarah karena kena aspal.

Para lelaki lainnya serentak mengeroyok Yura. Lagi-lagi gadis itu bisa menghindar dan memberikan balasan sehingga terjadi perkelahian yang cukup sengit.

Sebenarnya Yura tidak mau melakukan kekerasan lagi. Akan tetapi, ia terpaksa untuk membela diri. Beberapa warga yang kebetulan lewat gang itu hanya menyaksikan perkelahuan itu. Tanpa ada yang berani melerainya karena takut jadi sasaran.

"Umi, Kakak Yula belantem di gang codet," ujar seorang anak kecil yang masih cadel memberitahu.

Umi Hafsah tampak terkejut mendengarnya dan berucap, "Astagfirullahalazim, Abidzar tolong istrimu, Nak!" Ia segera masuk ke rumah untuk membangunkan putranya yang sedang tidur siang.

Abidzar langsung melonjak kaget ketika mendengar suara ibunya yang panik.

"Ada apa Umi?" tanya Abidzar yang selalu sigap.

"Selamatkan Yura di gang codet Nak!" jawab Umi Hafsah dengan khawatir.

Tanpa banyak bertanya Abidzar langsung mengganti sarung dengan celana panjang. Setelah itu bergegas meluncur ke tempat yang disebutkan tadi.

Semua orang juga tahu, kalau gang codet itu rawan dari dulu. Padahal Abidzar pernah menangkap ketua gengnya dan membersihkan tempat itu. Entah mengapa sekarang jadi tidak aman lagi.

Tidak lama setelah Abidzar pergi, dari arah berlawanan Yura pulang sambil membawa pesanan Umi Hafsah yaitu kelapa parut dan gelas plastik.

"Yura kamu tidak apa-apa?" tanya Umi Hafsah dengan cemas.

"Aku baik-baik saja Umi, memangnya kenapa?" jawab Yura sambil balik bertanya.

"Tadi kata anak kecil kamu berantem di gang codet," jawab Umi Hafsah.

Mendengar itu Yura menyakinkan ibu mertuanya, "Nggak kok Umi, tadi aku cuma dikejar guguk terus lari deh. Oh ya ini kelapanya mau dibuat apa Umi?" Ia mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Syukurlah, Umi lega jadinya. Diperas Nak, nanti air santannya buat bikin kolak!" ujar Umi Hafsah yang sudah tidak cemas lagi.

Yura segera memeras kelapa di dapur sambil menenangkan diri. Tidak lama kemudian Abidzar pulang dan bicara dengan Umi Hafsah yang berada di teras. Gadis itu terdiam melihat ibu dan anak itu sambil menerka apa yang mereka bicarakan.

"Jangan-jangan Umi menyuruh Kak Abid menyusulku?" terka Yura kembali fokus memeras santan ketika suaminya masuk ke rumah.

Ketika melewati dapur, Abidzar hanya menoleh ke arah Yura yang sedang membelakanginya. Ia kemudian masuk ke ruang kerjanya dan tidak ke luar lagi.

"Syukurlah Kak Abid tidak menghampiriku.

Semoga saja dia tidak tahu kejadian yang sebenarnya," ujar Yura yang tidak mau ditanya-tanya soal perkelahian tadi. Apalagi sampai Abidzar bilang sama Umi. Bisa ketahuan kalau ia tadi berbohong.

Setelah memeras santan, Yura bergegas masuk ke kamar. Ia segera masuk ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya yang basah oleh keringat. Gadis itu tampak menyeringis kesakitan karena bahunya tergores sabetan senjata tajam. Memang lukanya tidak dalam, tetapi cukup perih. Kalau tidak ingat sedang puasa, sudah habis para berandalan itu dibuatnya babak belur tadi.

Dengan tubuh yang hanya berbalut handuk Yura ke luar dari kamar mandi. Ia langsung bergeming, ketika melihat seseorang sudah berada di dalam kamar dan sedang menatapnya dengan tajam. Gadis itu langsung mengeratkan handuk dengan jantung yang berdetak sangat cepat.

"Kau..."

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 57. Akhir Sebuah Kisah

    Langit Makkah terlihat cerah hari ini, tapi hati Yura mendadak dicekam kekhawatiran. Di tengah lautan jamaah yang melantunkan doa-doa, Umi Hafsah tiba-tiba limbung dan jatuh dalam pelukannya."Umi!" seru Yura panik. Abidzar yang berada tak jauh langsung berlari menghampiri, wajahnya pucat.Ia segera membopong ibunya dan membawa ke pusat kesehatan terdekat. Akan tetapi, setelah diperiksa dokter jantung Umi Hafsah kian melemah. Jadi dirujuk ke rumah sakit terdekat. "Ya Allah, tolong beri kekuatan untuk ibu hamba!" doa Abidzar yang mulai cemas. Sepanjang perjalanan, Yura juga sangat khawatir. Ia menggenggam tangan ibu mertuanya dengan erat. Berulang kali memanggil namanya, berharap Umi Hafsah cepat membuka mata. "Umi, sadarlah!" ujar Yura yang takut terjadi apa-apa. Tidak lama kemudian, Umi Hafsah siuman. Nafasnya lemah, tapi senyum lembut tersungging di bibirnya. Ia menatap anak dan menantunya secara bergantian dan berkata lirih, "Yura, Abidzar…." Umi Hafsah meraih kedua tangan me

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 56. Ketika Takdir Berkata

    Agar tidak menjadi pusat perhatian, mereka berjalan perlahan ke sisi Masjidil Haram yang teduh. Duduk bersisian sambil menenangkan diri. Sungguh baik Abidzar maupun Yura tidak pernah membayangkan bertemu di tempat sebersih dan sesuci ini, setelah semua yang terjadi. "Aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini," ujar Yura membuka pembicaraan. "Aku pun tak pernah menduga, Yura. Tapi mungkin pertemuan ini jawaban dari semua doa yang kita bisikkan dengan penuh harapan," balas Abidzar yang bersyukur dipertemukan dengan Yura lagi. “Maaf, aku tak pernah bermaksud meninggalkan Kakak dengan seperti itu,” ucap Yura sambil meremas pakaian ihramnya. “Aku tak menyesali perpisahan kita, tapi ....” Abidzar menarik nafas panjang. "Aku belum bisa menerima kehilangan yang tidak pernah bisa dijelaskan. Tentang cinta yang tidak bisa dimiliki. Selama tujuh tahun, aku hidup seperti bayangan yang masih terikat dalam sebuah janji. Aku selalu mencoba melupakanmu, tapi tidak bisa. Bahkan setiap malam na

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 55. Pertemuan di tanah suci

    Langit Makkah membentang dengan cahaya keemasan. Angin padang gurun berhembus lembut, membawa bisikan doa yang tak berkesudahan. Di antara lautan manusia yang mengelilingi Ka'bah, Yura menggenggam tangan mungil putranya, Arya, dengan erat. Seolah tak ingin melepaskan dunia yang kini menjadi satu-satunya alasan ia berdiri tegak.“Subhanallah,” bisiknya lirih, setiap langkah mengiringi lafaz zikir yang terangkai dari kerinduan dan ketundukan. Matanya sembab oleh tangis yang ia tahan selama bertahun-tahun. Inilah perjalanan suci yang didambakan, bukan hanya ingin menyempurnakan ibadah. Aka tetapi, memanjatkan doa untuk menyelesaikan masa lalu yang masih membelenggunya. "Kenapa kamu mengajak kami ke sini? Menangkap ikan sambil berenang Arya dan Maura juga sudah senang kok," tanya Rain yang tidak suka tempat ramai seperti masjidil haram. "Entahlah aku hanya mengikuti kata hati," jawab Yura dengan santai. "Kamu benar-benar nekat Yura, pergi ke sini tanpa pemandu dan pengawal. Bisa ngamuk

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 54. Hujan ajarkan aku lupa

    "Mami, jangan diam saja ayo kita ke Bali!" ajak Arya sambil menarik ujung gamis Yura. Yura tampak berpikir keras agar Arya tidak ikut ke Bali. Bukan tidak percaya menitipkan anaknya sama Dragon. Akan tetapi, ia takut akan kemungkinan yang terjadi. "Sayang, kamu nggak bisa ikut Dady ke Bali karena kita mau. " Yura membisikan sebuah ide yang tiba-tiba terbesit di benaknya. "Aku mau Mami, Maura kamu mau ikut nggak ke--" Arya meniru Yura berbisik di telinga gadis kecil itu. Sambil bersorak girang Maura menyahuti, "Iya aku mau ikut, hore!" Yura tampak tersenyum lega karena berhasil membuat Maura dan Arya berubah pikiran. Akan tetapi, tidak dengan Dragon. Jujur ia masih tidak terima wanita itu belum bisa melupakan Abidzar."Ya sudah ayo kita siap-siap!" ajak Yura sambil menggandeng Arya dan Maura meninggalkan tempat itu. "Jangan egois, kamu sudah tahu bagaimana rasanya cinta tidak bisa memiliki, kalau mencintai Yura biarkan dia bahagia!" saran Rain terdengar bijak. Dengan dingin Drag

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 53. Luka yang Tak Terlihat

    Malam itu kian merambat jauh, semilir angin menghapus jejak yang tertinggal di jalanan. Yura berdiri diam di ambang pintu, memandangi suaminya yang tertidur lelap di ranjang. Ia kemudian menulis surat yang telah dibacanya berulang kali, tapi tak pernah terasa cukup. Masa-masa kebersamaan mereka kini telah menyatu dengan gema kenangan yang tak bisa ia buang. Queenazalea dulu dikenal sebagai pembunuh bayaran paling tangguh dan hebat di timnya, The Ghost. Dengan julukan Phoenix ia menyelesaikan setiap misi dengan sempurna dan tanpa cela sedikitpun. Hingga satu hari tanpa sengaja ia mendengar percakapan rahasia ketua The Ghost dan putra tunggalnya Daren atau Dragon."Kau harus menikah dengan Letizia!" ujar Ramos dengan serius. "Tidak bisa, aku mencintai Lea." Dragon menolak dijodohkan.Mendengar penolakan putranya Ramos membentak dengan lantang, "Jangan gila kau, dia adikmu!" "Dia bukan adik kandungku!" sahut Dragon dengan berani. "Justru itu Ren, Lea bukan siapa-siapa. Lihatlah k

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 52. Tindakan Rain

    Rain yang baru pulang bergegas masuk ke kamar Yura sambil membawa pesanan adiknya itu. Ia tampak terkejut melihat Dragon ada di dalam kamar. "Ada apa ini?" tanya Rain sambil melihat wajah Yura dan Dragon yang tegang secara bergantian. Dragon lupa mengingatkan penjaga untuk tidak membiarkan siapa pun masuk. Ia kemudian mencabut senjata api dari balik jaketnya dan menodongkan ke arah Rain. "Jangan ikut campur, cepat lakukan Lea!" ujar Dragon yang membuat Rain terkejut bukan kepalang. "Jangan lakukan Yura!" seru Rain yang membuat Dragon bersiap menarik pelatuk. "Ayo tembak, kau boleh mengira aku bodoh selama ini Dragon. Tapi kalau aku tidak mengoperasikan lap top dalam sejam semua polisi dunia akan tahu di mana markas The Ghost. Kau akan tahu kan akibatnya, mereka akan membunuh kita semua!" ancamnya yang sudah memperkirakan tindakan Dragon. Kali ini ia tidak akan membiarkan pria itu semena-mena lagi.Dragon menarik kerah baju Rain dan menatapnya dengan geram. "Kurang ajar, mau jadi p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status