Share

2. Tawaran

Penulis: Rafli123
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-21 10:22:12

"Kenapa diam? Ini tawaran yang datang hanya sekali. Kenapa aku memilih kamu, itu karena aku ingin cucuku terlahir dari wanita bersih. Dan kamu wanita yang beruntung itu. Aku memilih kamu untuk menikah dengan anakku! Ingat waktu kamu tidak banyak. Jadi jangan banyak berfikir." Ucap wanita itu, penuh penekanan.

"Nyonya, bagaimana dengan istri pertama putra anda? Apakah ..."

"Kamu jangan pikirkan yang lain. Tugas kamu cuma satu, menikah dan mengandung penerus keluarga Prasaja, kamu tidak lupa kan juragan Broto akan datang besok pagi dan kamu akan menjadi istri keempat tua bangka itu."

"T-tapi, nyonya ..."

"Kamu sudah membuang waktuku. Persiapkan dirimu, besok aku akan menjemputmu! Sebelum itu kamu hubungi nomer ini, pastikan jawabannya sesuai keinginan ku."

Suara sepatu high heels beradu dengan lantai yang semakin menjauh dari Hana, tubuh yang sejak tadi menunduk kini luruh ke lantai. Air mata mengalir deras tanpa bisa di bendung lagi.

Tangis Hana pecah, lelah dan sesak mengingat kejadian demi kejadian yang datang silih berganti. "Ayah, ibu, kenapa kalian tega meninggalkan aku di sini. Aku takut ayah, ibu, aku butuh kalian di sampingku," lirihnya.

__

Di salah satu kamar mewah, tidak jauh berbeda dengan keadaan Hana. Pertengkaran terus terjadi. "Aku cuma butuh anak, tolong mengerti keadaanku. Kamu tahu mama akan terus mendesak aku menikah lagi, kali ini aku pun sangat menginginkan anak bukan hanya untuk mama tapi juga untuk masa depan kita," ucap Arsa, mencoba untuk membujuk istrinya.

"Kamu tahu aku kan mas, aku tidak bisa hamil. Kamu tahu aku sakit, hidupku bergantung dengen obat-obatan itu," sahutnya di sela isak tangis yang mengiris hati Arsa.

Arsa mendekap tubuh kecil istrinya, rasa bersalah semakin menghimpit perasaannya. "Sayang, maafkan aku, maafkan keegoisan aku dan mama. Tapi, kali ini aku tidak bisa menolak lagi. Pilihan ini begitu sulit untukku, keluarga ku membutuhkan penerus sayang. Entah itu dari rahim kamu atau wanita lain dan itu ..."

"Jangan di teruskan, aku tidak ingin mendengarnya. Aku sangat mencintaimu Arsa, mana mungkin aku membiarkan kamu dengan wanita lain, aku tidak sanggup,"

"Jika begitu, beri aku solusinya. Aku juga lelah harus bertengkar sama kamu sayang, di sisi lain aku tidak abai dengan permintaan mama. Aku anak tunggal, hanya aku yang bisa mewujudkan impian mama," Arsa menangkup wajah sendu wanita yang sangat dicintainya.

"Kita adopsi aja mas. Anak yang baru lahir, atau aku pura-pura hamil saat itu juga cari wanita hamil, anak itu akan menjadi milik kita tanpa aku hamil. Aku tahu kamu akan setuju sial ini, walau anak itu bukan dari rahimku. Mas ini cara terbaik dan kita ..."

"Untuk kesekian kalinya, kamu memberikan solusi yang pada akhirnya menjadi bumerang untuk kita ke depannya. Sayang, mama membutuhkan anak dari aku bukan orang lain, aku mohon mengerti aku,"

Sejenak keadaan hening, kamar mewah nan luas itu senyap hanya suara denting jarum jam seakan mengingatkan tiap detiknya adalah tuntutan untuk mereka berdua.

Arsa memecah keheningan, sesaat sebelum beranjak dari duduknya menoleh ke arah samping di mana wanita yang dicintainya memilih berdiri di dekat jendela.

"Aku pergi sebentar, aku harap kali ini kamu pikirkan perkataan ku." Arsa berbalik meninggalkan kamar yang tujuh tahun selalu hangat, namun semua hilang sejak setahun lalu, sejak wanita yang melahirkannya meminta penerus kejayaan keluarganya.

Davina berbalik, di tatapnya pintu kamar yang tertutup rapat. "Haruskah aku menerimanya? Lalu gimana masa depanku di rumah ini. Tidak, aku tidak bisa diam seperti ini, aku tahu apa yang bisa aku lakukan."

Ya, keputusan segara di ambil. Tidak selamanya Arsa akan menuruti keinginannya, mengalah demi sesuatu yang akan tercapai. Dua jam berada di kamar pada akhirnya Devina turun, bukan karena keinginannya tetapi ibu mertua yang memanggilnya. "Mama panggil aku?" tanya Devina, duduk di depan wanita yang terlihat masih cantik meski usianya sudah tidak muda lagi.

"Mama mau kamu jangan menghalangi kedinginan kami. Kamu tahu Arsa anak tunggal, kami butuh penerus kamu harus sadar tidak semua bisa mengikuti keinginan kamu. Tujuh tahun kami menunggu nyatanya apa? Sampai sekarang kamu tidak juga memberikan yang kami mau." Cetus Fadya, tanpa basa-basi.

Devina menghela napas, mengangkat wajahnya menatap wanita duduk anggun di depannya. Wajah cantik, sikap yang tegas tak terbantahkan.

"Berikan waktu untukku dan mas Arsa bicara berdua mah, aku janji sebelum fajar datang aku sudah memutuskan." Sahutnya lirih, walau hati menolak keras ia tetap mengambil keputusan. Walau sebenarnya ia tahu apa yang harus di lakukan.

Fadya mengangguk setuju, namun sedetik kemudian. "Terlalu lama. Putuskan sekarang, kami masih menghargai kamu sebagai istri Arsa. Putuskan saat suamimu datang!" Fadya beranjak pergi.

"Kamu udah pulang mas?'

"Ya, sayang,"

"Mas, aku setuju kamu menikah lagi. Tapi dengan syarat yang aku berikan, selain itu kamu harus mencari tahu seperti apa wanita itu. Aku tidak mau kamu menikah dengan wanita dari kalangan menengah ke atas, dan juga bukan dari selebriti. Aku melakukan ini demi nama baik kita, lakukan itu untukku. Pergilah cari tahu lebih dulu," ucap Davina.

"Sayang kamu yakin melakukan ini?" tanya Arsa tidak percaya, anggukan antusias dan senyum di bibir Davina menyakinkan dirinya.

Davina mendekat, "ya, demi kamu. Sampai kapan kamu akan bertahan dalam pernikahan itu?"

"Satu tahun, setalah anak itu lahir aku akan menceraikannya. Anak itu kita yang akan mengurusnya," Arsa mengusap lembut rambut Davia, memastikan jika ia akan mengabulkan semua syaratnya.

"Aku temui mama dulu, semakin cepat semakin baik. Kita akan memiliki anak tanpa harus menyakitimu sayang,"

"Ya, mas. Pergilah katakan apa yang kamu dengar dariku."

Arsa menghampiri Fadya di kamarnya. Menyampaikan semua yang di katakan istrinya, Arsa melakukan semua itu agar ibunya paham jika istrinya adalah wanita yang baik tidak seperti yang di tuduhkan olehnya. "Bagus, kamu bisa menikah secepatnya. Mama yang akan mengaturnya,"

"Aku yang mengaturnya, tidak ada pesta dan pernikahan itu cukup mengundang penghulu."

"Baiklah, terserah kamu."

Sita begitu syok mendengar cerita Hana, namun di sisi lain ada hal yang menurutnya lebih baik meski sebenarnya itu tidak jauh dari kata baik. Lepas dari juragan Broto, Hana harus berhubungan dengan orang lebih berbahaya. "Hana, aku tidak bisa bilang ini baik. Tapi ini akan menjadi jalan kamu bebas dari juragan Broto, terima tawaran itu hanya untuk satu tahun. Setelah itu kamu akan kembali kehidupanmu sebelumnya. Pikirkan perkataan ku Han,"

"Sit, aku bukan..." Ucapan Hana terhenti, dering ponsel di atas meja mengalihkan mereka bedua.

"Angkat," lirih Sita, setelah membaca nama di layar ponsel Hana.

"Hal.."

"Mulai saat ini juragan Broto tidak akan mengganggumu. Ingat jangan macam-macam, satu minggu lagi pernikahan kamu dengan anakku. Ingat jangan mengatakan apapun pada orang lain, kamu paham?" Suara Fadya terdengar tegas, tanpa basa-basi. Belum sempat Hana menyahut sambungan telepon terputus.

"Apa yang di katakan nya? Biar aku yang buka!" Ucap Sita, membuka pintu yang di ketuk berapa kali dari luar. Sita tersentak di depannya berdiri pria tinggi berbaju serba hitam, kaca mata hitam melingkar di atas hidungnya.

"Nona, segera tanda tangan. Ini perintah dari nyonyah!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   40. Calon Suami

    Arsa mendorong tubuh pria itu dengan kasar. Tatapannya menyala penuh amarah.“Lepaskan Hana! Dia bukan milikmu!”Juragan Broto tersenyum miring, wajah tuanya tampak keji. “Kau masih tidak paham, Arsa. Sebelum menikah denganmu, gadis ini sudah menjadi incaranku. Hutang orang tuanya belum lunas sampai sekarang. Dengan menjadi istriku, Hana bisa menebus semuanya.”Hana menggigil, wajahnya pucat. “Hutang? Hutan apa lagi? Aku sudah melunasinya, bagaimana hutang itu masih ada. Jika masih kenapa diam saja hah? Bukankah ini tipuan anda juragan Broto? Berapa kali aku katakan. Aku tidak akan pernah jadi istrimu! Lebih baik aku mati daripada masuk dalam kehidupanmu, juragan Broto!”Broto tertawa terbahak, suaranya memecah malam. “Mulutmu masih tajam seperti dulu, Hana. Kau pikir Arsa bisa melindungi mu selamanya? Aku punya cara untuk membuatmu bertekuk lutut. Aku bisa habisi namamu, bisnismu, bahkan anakmu.”Mendengar itu, Arsa tak bisa menahan diri lagi. Ia maju, meninju karangan bunga hingga h

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   39. Pilihan

    Pesta meriah berganti dengan desas-desus tentang Hana. Semua di lakukan oleh Davina, hatinya memanas melihat perjuangan Arsa yang ingin mendekati Hana. Bukan hanya itu saja keluarga besarnya mendukung penuh keinginan Arsa. "Aku bersumpah akan menghancurkan hidupmu Hana. Kamu penyebab hancurnya rumah tangga ku, aku tidak akan terima kamu bahagia di atas penderitaan aku." Gumam Davina. Melihat kepergian keluarga besar Prasaja, keluarga Devan mengenal keluarga Prasaja meski hati Dania begitu kesal.Keluarganya tidak habis pikir bagaimana mungkin keluarga terhormat seperti keluarga Prasaja bisa melakukan hal serendah itu. Terlebih Davina adalah sahabat keponakannya dan sangat mengenal Devan. Sejak awal ia mengagumi sikap dan kerja keras Hana, wanita muda dengan segudang prestasi bukan hanya dalam pendidikan yang bisa di rampungkan dalam waktu singkat. Tetapi kegigihannya dalam mengola bisnis menjadi sebesar sekarang semua berkat tangan dan kerja usahanya. Sayang di balik itu semua tersi

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   38. Anak Kita

    Hana terperanjat, tubuhnya kaku seakan tak sanggup bergerak. Suara itu begitu familiar, suara yang dulu pernah mengisi hari-harinya. Saat menoleh, matanya membesar, Arsa. Lelaki itu berlari menghampiri, napasnya memburu, sorot matanya penuh kerinduan bercampur penyesalan."Ma-mas Arsa..," Gumam Hana, tidak percaya jika akan bertemu dengan Arsa di pesta itu."Ya, ini aku. Apa kabar bundanya Elvan?" Ujar Arsa, mendekati wanita yang terlihat bingung."Mas, tadi kamu panggil..," Hana menatap wajah Arsa dan Elvan bergantian. Gemuruh di dalam dadanya semakin kuat. Terlebih anak itu begitu tampan dan wajah anak itu bak pinang di belah dua.Arsa tersenyum, langkahnya semakin dekat. Begitu dekat sampai Hana menahan nafasnya.“Hana, dia Elvano. Anak kita,” ucap Arsa dengan suara bergetar, memeluk erat bocah kecil yang duduk di pangkuan Hana.Dunia Hana seakan berhenti berputar. Kata-kata itu menampar hatinya. Anak yang ia lahirkan, yang dulu direbut dari pelukannya, kini ada di depannya. Anak y

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   37. Empat Tahun Kemudian

    Empat tahun berlalu sejak Hana meninggalkan rumah besar keluarga Prasaja. Waktu yang panjang itu mengubahnya menjadi sosok yang jauh lebih kuat dan berwibawa.Hidup sederhana di rumah peninggalan orang tuanya menjadi titik balik. Hana berhasil menyelesaikan kuliah yang sempat tertunda, meraih gelar sarjana dengan predikat membanggakan. Semua perjuangan itu ia jalani sambil membangun kembali usahanya, daycare yang dulu sempat runtuh karena ancaman.Kini, tempat itu telah berkembang pesat. Dari sebuah rumah sederhana, Hana berhasil membuka cabang baru di ibu kota. Ruangannya lebih modern, guru-guru terlatih mengajar dengan penuh dedikasi, dan banyak orang tua mempercayakan anak-anak mereka pada tangan Hana.Di balik pencapaiannya, Hana tetaplah sosok lembut yang sederhana. Setiap kali menutup mata, bayangan Elvano masih hadir. Putra kecilnya yang tak bisa ia peluk setiap hari menjadi alasan terbesarnya untuk tidak menyerah.Di depan cabang barunya, Hana berdiri dengan senyum hangat, men

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   36. Kecewa

    Alexi duduk di ruang tamu dengan wajah kusut, memijat keningnya yang berdenyut. Hidupnya yang dulu dipenuhi pesta dan kemewahan kini terasa sempit. Perceraian Davina dengan Arsa membuat segalanya berubah, sumber keuangan yang selama ini menopang gaya hidup mereka seakan lenyap begitu saja.“Davina,” ucap Alexi tajam, menatap putrinya. “Kamu harus cari cara agar bisa kembali ke Arsa. Jangan biarkan dia lepas begitu saja. Tanpa Arsa, kita, kita tak ada apa-apanya.”Davina terdiam, matanya berkaca-kaca. “Mama, Arsa tidak akan mau lagi. Dia sudah tahu semuanya, apa yang kita harapkan dari Arsa, dia ..,"“Menurut kamu?” potong Alexi cepat. “Kalau begitu, gunakan cara lain. Jangan biarkan semua ini sia-sia.”Namun, bukannya mendekati Arsa, Davina justru mencari pelarian pada Andres. Mereka bertemu sembunyi-sembunyi di sebuah kafe kecil jauh dari pusat kota. Andres menatap Davina dengan tatapan penuh rindu, menggenggam tangannya. “Kita bisa bersama, Davina. Lupakan Arsa. Aku akan menjagamu.”

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   35. Tawaran Devan

    Hana berjalan tanpa arah, langkahnya gontai meninggalkan rumah penuh kenangan itu. Setiap langkah terasa berat, seolah kaki enggan meninggalkan tanah yang pernah menjadi saksi kebahagiaannya bersama orang tua. Malam itu udara dingin menusuk, tapi hati Hana jauh lebih dingin, hampa. Hana memilih penginapan sederhana, bukan karena tak memiliki uang namun Hana tak ingin menghabiskan mengeluarkan tabungannya hanya untuk sesaat."Ini kamarnya mbak, semoga betah. Jangan khawatir di sini aman," hana mengangguk merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Memejamkan matanya sejenak, hatinya terasa sesak mengingat putranya. Sedangkan apa sekarang?Sementara itu, pagi harinya Devan datang berkunjung. Matanya membelalak begitu melihat rumah Hana sebagian hancur, kaca pecah, pintu tercongkel, dan sisa kayu terbakar di halaman. “Astaga, siapa yang tega begini?” gumamnya, suaranya tercekat.Salah satu warga yang diam-diam mendekat berbisik lirih, “Mas, mas temannya Hana?" Devan menoleh sebab suara wa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status