Share

RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)
RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)
Author: Rafli123

1. Ancaman

Author: Rafli123
last update Last Updated: 2025-07-21 10:21:36

"Hana! Cepat kamu bayar hutang kamu, kalau tidak bersiaplah menjadi istri ke empat ku." Ucap Broto, seorang rentenir yang kejam.

"P–pak, Broto. Aku akan bayar semua hutang orang tuaku, tapi aku mohon berikan waktu makam ayahku masih basah, mana mungkin ..." Ucapan Hana terhenti, suara lantang dan sorot mata tajam itu kembali terdengar.

"Kamu pikir uang ku itu uang ibumu, hah! Cepat bayar hutang kamu, aku kasih waktu satu minggu kalau tidak, gaun pengantin dan penghulu yang akan ke sini. Paham kamu!" Tegas Broto.

Pria berbadan tambun itu, menyeringai melihat wajah cantik alami Hana. Ya, Broto pria yang terkenal dengan kekejian, seorang rentenir sekaligus juragan tanah. Sifatnya yang semena-mena terhadap orang di sekitarnya, terlebih mereka yang memiliki utang piutang dengan Broto.

"Tolong, berikan aku waktu lagi pak. Aku janji akan melunasinya," Hana memohon dengan suara yang bergetar. Entah cara apa ia mampu melunasi hutang orang tuanya, mengingat jumlah yang tidak sedikit sedangkan dirinya hanya lah seorang karyawan restoran.

"Tidak ada waktu lagi. Aku tidak mau rugi lagi! Tunggu lah manis, kamu akan menjadi istriku," Broto mengancam dengan seringai menjijikan.

"Cih! Jangan mimpi!" Hana menjawab dengan nada yang tegas. Sampai kapanpun Hana tidak akan menyerahkan diri pada pria yang pantas di panggil ayah itu.

"Berani melawan hah?" sentak Broto, wajahnya merah karena marah. Tangannya terulur menyentuh wajah Hana, beruntung dengan gerakan cepat Hana menghindar.

"Aku tidak takut padamu, pak Broto. Aku tidak akan menjadi istri ke empatmu. Aku lebih baik mati daripada menjadi istrimu," Hana menjawab dengan keberanian yang tidak terduga.

Broto terkejut dengan jawaban Hana, dia tidak menyangka Hana akan berani melawan dirinya. "Kamu akan menyesali jawabanmu ini, Hana. Kamu akan menjadi istriku, tidak peduli apa yang terjadi," Broto mengancam dengan mata yang menyala-nyala.

Broto melangkah maju, wajahnya semakin merah karena marah. "Kamu pikir kamu bisa melawan aku? Aku adalah orang yang paling berkuasa di kota ini, dan kamu hanya seorang gadis kecil yang tidak berdaya," katanya dengan nada yang menghina.

Hana tidak gentar dengan ancaman Broto. "Aku tidak peduli siapa anda, pak Broto. Aku tidak akan pernah menjadi istri ke empatmu. Aku lebih baik mati daripada hidup sebagai istrimu, camkan itu juragan Broto!" Katanya dengan suara yang tegas.

Broto tertawa keras. "Kamu benar-benar tidak tahu diri, ya? Aku akan membuat kamu menyesali jawabanmu ini. Aku akan membuat kamu merangkak di bawahku, dan kamu tidak akan bisa menolak apa pun yang aku inginkan," katanya dengan nada yang mengancam.

Hana tidak menjawab, dia hanya menatap Broto dengan mata yang penuh dengan kebencian. Broto semakin marah ketika melihat Hana tidak takut padanya. "Kamu ingin bermain-main dengan ku? Baiklah, aku akan membuat kamu menyesali hari ini. Aku tidak sabar memakaikan gaun pengantin padamu," katanya sambil mengangkat tangan untuk memukul Hana.

Plak

Wajah Hana terasa panas, namun senyum itu tak hilang dari bibirnya. Rasa perih di sudut bibirnya tak membuat Hana menyerah, meski sejujurnya Hana begitu takut. Berapa anak buah Broto menatapnya bengis.

"Kita lihat apa yang akan aku lakukan padamu, Hana! Kau akan menjadi istriku dan itu tidak terbantahkan! Bersiaplah, sampai kapanpun kamu menjadi budak di rumahku. Tapi ingat sebelum itu kau akan aku jadikan ratu, hanya ratu di kamarku!"

"Cih!"

Entah keberanian dari mana, tiba-tiba Hana meludah di depan Broto. Sehingga mematik kemarahan pria buncit itu

Brakk

"Wanita sialan! Tunggu neraka mu."

Tubuhnya luruh ke lantai, sesak begitu sesak rasa yang menghimpit dadanya. Kepergian sang ayah, meninggalkan rasa yang lebih pedih. Apa Hana membenci ayahnya? Jawabannya adalah tidak. Hana tahu kemana uang yang di pinjam oleh ayahnya. "Ayah, ibu, tolong aku. Kenapa kalian tidak membawa ku bersama kalian, aku takut," lirihnya.

Tetangga yang sejak tadi hanya melihat berangsur pergi, mereka tahu siapa Broto. Seorang rentenir dan juragan tanah, memiliki perangai buruk, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apapun yang di inginkan termasuk menikahi Hana.

**

"Hana bibir kamu kenapa?" tanya Sita rekan kerjanya.

"Aku baik-baik saja, ini cuma ..." Ucapan Hana terhenti, sita menariknya mendekat.

"Ini ulah pak Broto?"

"Sit, satu minggu waktu yang di kasih buat aku. Aku harus gimana?" lirihnya, putus asa.

"Kamu yang sabar ya, kamu coba ajukan pinjaman sama bos kita. Barang kali mereka memberikannya," Hana menggeleng, uang yang akan ia pinjam tidak sedikit. Mana mungkin pihak restoran bersedia meminjamkan nya.

"Apa salahnya kamu mencoba Hana. Kita tidak tahu hasilnya, jika bos kita tidak memberikannya setidaknya masih ada waktu buat kamu mencari jalan keluarnya,"

"Baiklah, aku akan coba,"

Di sinilah Hana, di hadapan manajer yang hanya bisa tertunduk lesu. Bukan jumlah pinjaman yang di ajukan Hana, tapi alasan lain yang membuatnya terpaksa mengatakan pada Hana.

"Maafkan aku Hana, kamu tahu bos kita seperti apa. Aku juga sama kayak kamu, cuma pegawai di sini. Keputusan tetap saja bos kita," ucap pria yang hanya menatap wajah sendu Hana.

"Tidak apa-apa, pak. Permisi," Hana meninggalkan ruang manajer, helaan nafas panjang yang sulit untuk sekedar bernafas sesaat. Ancaman Broto seakan menjadi alarm untuknya, setiap saat berbunyi mengingatkan.

"Maafkan aku Hana, jika aku membantumu maka seluruh karyawan akan kehilangan pekerjaan ini. Semoga tuhan memberikan jalan keluar untukmu, dia yang memiliki kuasa ini Hana." Lirihnya, selepas Hana meninggalkan ruang manajer.

Hari berlalu dengan cepat, satu minggu tinggal menghitung jam. Namun, uang yang di inginkan juragan Broto tidak ada. Berbagai cara di lakukan hingga meminjam di tempatnya berkerja seakan keadaan tidak berpihak padanya pemilik hingga manajer restoran menolak pinjaman yang di ajukan oleh Hana.

"Kemana aku mencarinya," Hana menghitung uang tabungan dan sisa uang takziah, tubuhnya bergetar. "Masih kurang banyak," isaknya, dalam kesendirian.

"Hana, ada tamu!" seru salah satu tetangga.

"I–iya, Bu, ada apa?" Hana menelisik, penampilan sosialita di depannya. Barang yang menempel di tubuh wanita paruh baya itu semua branded.

"Kamu yang bernama Hana? Boleh saya masuk?" Hana mengangguk bingung, sebab ini kali pertama Hana melihat wanita di depannya.

"Aku tahu masalahmu, dan aku akan memberikan jalan keluar padamu. Dan aku butuh cucu, jadi sepakati kerja sama ini. Tugasmu cuma satu mengandung dan melahirkan penerus keluarga kami!"

Hana tersentak mendengar penuturan w sita paruh baya di depannya. "Ya, anda benar. Saya butuh solusi dari masalah saya. Tapi ..."

"Stt, kamu akan mendapatkan kemewahan jika kamu bisa mengandung cucuku. 1 milyar untuk anak laki-laki, bukan cuma itu saja. Kamu akan mendapatkan rumah mewah dan 1 unit butik."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   5. Istri Persinggahan

    Davina tersenyum manis, tapi di balik senyum itu, dia menyembunyikan sakit hati yang mendalam. Sakit hati? Tentu, siapa yang rela suaminya memiliki wanita lain. Tetapi semua demi masa depan, Davina rela dimadu. Dia tahu bahwa pernikahan Arsa dengan Hana adalah keputusan ibunya, dan dia tidak bisa berbuat apa-apa."Vin, aku denger keluarga suamimu mengadakan acara? Tidak biasanya acara di rumah, secara keluarga suamimu orang terkaya di sini. Kenapa kamu di sini?" Anggel mengambil minuman soda dari lemari pendingin."Tidak ada acara, hanya makan siang, kebetulan sepupu suamiku berkunjung dari luar negeri. Kenapa aku ada di sini, kamu tahu alasannya kan?" kata Davina, dia mencoba untuk terlihat santai. Angel, sahabatnya, memberikan minuman dingin padanya, dan Davina menerima dengan seulas senyum.Angel menatap Davina dengan mata yang tajam, dia tahu bahwa Davina menyembunyikan sesuatu. "Bagaimana ibu mertuamu? Apa mereka tahu jika kamu..." Angel menjeda ucapannya, menelisik sahabatnya ya

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   4. Sah

    Arsa merasa seperti dihantam badai ketika ibunya, Fadya, memberitahu bahwa pernikahan dengan Hana akan dipercepat. "Mama, kenapa acaranya dipercepat? Bukankah mama bilang empat hari lagi?" Arsa menolak tegas permintaan Fadya, suaranya penuh dengan kemarahan dan kekecewaan.Fadya tersenyum manis, tapi mata Arsa melihat ada sesuatu yang dingin di balik senyum itu. "Mama tidak perlu memberitahu kamu, Arsa," kata Fadya dengan nada yang tegas. "Setiap keputusan tentang kamu akan mama ambil, katakan pada istrimu jangan membuat ulah."Arsa menggelengkan kepala, tidak percaya bahwa ibunya lagi-lagi mengambil keputusan sendiri tanpa mempertimbangkan perasaannya. "Aku seperti boneka mu, mama," kata Arsa dengan suara yang lirih. "Aku tidak ada harganya, terlebih istriku, Davina."Fadya menatap Arsa dengan mata yang tajam, seolah-olah dia tidak suka dengan kata-kata Arsa. "Boneka? Kamu berfikir mama menjadikan kamu boneka?" kata Fadya dengan nada yang mengejek. "Tidak salah kamu, Arsa? Justru kam

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   3. Sepakat

    Sinar matahari berlahan menerobos cela jendela, Hana yang sejak pagi sudah bersiap dengan seragam salah satu restoran ternama di kotanya. Sita yang sejak semalam menginap, kini tengah menikmati nasi goreng buatannya."Hana sarapan dulu, ingat menghadapi kenyataan butuh tenaga juga kan!" selorohnya garing. "Apa sih! Kamu makan aja yang banyak. Aku belum lapar." Sahutnya, memilih duduk di kursi teras. Ya, bener di katakan oleh Fadya semalam. Juragan Broto dan anak buahnya tidak menampakkan diri di hadapannya. "Ayok, berangkat! Jangan mikirin hal yang belum terjadi, berfikir yang indah aja ya. Semangat Hana!!" Sita merangkul pundak Hana, wanita berkerudung hitam segi empat itu menggelengkan kepala melihat tingkah random sahabatnya.Terbebas dari kejaran hutang jurangan Broto membuatnya tenang, namun ketenangan itu entah sampai kapan. Mengingat satu minggu waktu untuk bebas dirinya, setelah itu takdir apa yang akan menghampirinya nanti.Pengunjung restoran semakin ramai, membuat semua k

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   2. Tawaran

    "Kenapa diam? Ini tawaran yang datang hanya sekali. Kenapa aku memilih kamu, itu karena aku ingin cucuku terlahir dari wanita bersih. Dan kamu wanita yang beruntung itu. Aku memilih kamu untuk menikah dengan anakku! Ingat waktu kamu tidak banyak. Jadi jangan banyak berfikir." Ucap wanita itu, penuh penekanan."Nyonya, bagaimana dengan istri pertama putra anda? Apakah ...""Kamu jangan pikirkan yang lain. Tugas kamu cuma satu, menikah dan mengandung penerus keluarga Prasaja, kamu tidak lupa kan juragan Broto akan datang besok pagi dan kamu akan menjadi istri keempat tua bangka itu.""T-tapi, nyonya ...""Kamu sudah membuang waktuku. Persiapkan dirimu, besok aku akan menjemputmu! Sebelum itu kamu hubungi nomer ini, pastikan jawabannya sesuai keinginan ku."Suara sepatu high heels beradu dengan lantai yang semakin menjauh dari Hana, tubuh yang sejak tadi menunduk kini luruh ke lantai. Air mata mengalir deras tanpa bisa di bendung lagi. Tangis Hana pecah, lelah dan sesak mengingat kejadi

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   1. Ancaman

    "Hana! Cepat kamu bayar hutang kamu, kalau tidak bersiaplah menjadi istri ke empat ku." Ucap Broto, seorang rentenir yang kejam."P–pak, Broto. Aku akan bayar semua hutang orang tuaku, tapi aku mohon berikan waktu makam ayahku masih basah, mana mungkin ..." Ucapan Hana terhenti, suara lantang dan sorot mata tajam itu kembali terdengar."Kamu pikir uang ku itu uang ibumu, hah! Cepat bayar hutang kamu, aku kasih waktu satu minggu kalau tidak, gaun pengantin dan penghulu yang akan ke sini. Paham kamu!" Tegas Broto.Pria berbadan tambun itu, menyeringai melihat wajah cantik alami Hana. Ya, Broto pria yang terkenal dengan kekejian, seorang rentenir sekaligus juragan tanah. Sifatnya yang semena-mena terhadap orang di sekitarnya, terlebih mereka yang memiliki utang piutang dengan Broto. "Tolong, berikan aku waktu lagi pak. Aku janji akan melunasinya," Hana memohon dengan suara yang bergetar. Entah cara apa ia mampu melunasi hutang orang tuanya, mengingat jumlah yang tidak sedikit sedangkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status