Home / Rumah Tangga / RANJANG PANAS KAKAK IPAR / Bab 03. Kamu Apakan Istriku?

Share

Bab 03. Kamu Apakan Istriku?

Author: weni3
last update Last Updated: 2024-09-19 12:16:34

“Semalam aku menginap di rumah temanku, Mas. Sungguh, aku tidak ber_"

Belum sempat Zoya menyelesaikan ucapannya, Zein telah lebih dulu kembali menarik rambut Zoya dan mendorong tubuh istrinya itu hingga terhempas jatuh tepat di depan sepatu seseorang yang baru saja menginjakkan kakinya di rumah.

“Ada apa ini?”

Jantung Zoya seakan ingin lepas mendengar suara pria yang sangat ingin ia hindari. Pria yang telah menghabiskan malam panas dengannya hingga tidak pulang dan berujung pertengkaran dengan suaminya.

Perlahan kepala Zoya terangkat menatap Gama hingga kedua mata mereka bertemu dengan perasaan yang tak menentu.

Gama hanya terdiam menatap ke arahnya. Tatapannya tajam seperti menelisik penampilannya yang semakin berantakan kemudian mengangkat kedua alisnya menatap ke arah Zein.

Pria itu seakan bertanya tetapi tak ada jawaban apa-apa dari Zein. Sampai di mana Gama kembali menunduk menatapnya dengan tatapan yang Zoya tak mengerti.

Apa mungkin saat ini Gama tengah mengasihani dirinya atau malah senang melihatnya seperti ini.

Zoya lantas bergegas beranjak dari sana karena dia tak ingin berlama-lama ada di dekat Gama. Namun, pria itu terus memperhatikan setiap gerak geriknya hingga membuat Zoya tak fokus dan terpeleset oleh gaunnya sendiri.

Seakan telah menduga apa yang akan terjadi, Gama refleks menarik Zoya mendekat ke arahnya sehingga Zoya jatuh di pelukan Gama.

Tindakan itu jelas membuat Zein semakin tersulut api cemburu. Pemandangan itu bahkan membuat Zein menyeringai licik.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara tepuk tangan dan langkah sepatu yang mengikuti. Zein mengelilingi mereka yang saling berpelukan. Sadar akan sikap Zein, bergegas Zoya melepaskan diri dari pelukan Gama dan berjalan mundur beberapa langkah.

"Bagus, adegan yang sangat romantis dan begitu dramatis. Kalian sangat cocok sekali, atau jangan-jangan kamu, Kak yang sudah membuat Zoya tak pulang semalam? Kamu apakan istriku?” cecar Zein sembari bersedekap.

“Kamu begitu meyakinkan aku jika Zoya akan aman bersamamu, tetapi apa? Kalian malah tidak pulang semalaman. Sangat kompak sekali. Apa mungkin kalian berkencan di belakangku?" lanjutnya.

Zein mencecar kedua orang itu dengan sikapnya yang dingin. Tatapan sinis terlempar pada Gama yang masih diam dan santai menghadapinya.

Tak seperti Zoya saat ini. Kedua mata Zoya mendelik mendengar pertanyaan Zein yang semakin menyudutkannya.

Gama yang disudutkan tampak tidak bereaksi. Bahkan dia begitu santai menghadapi kemarahan adiknya. Tak lama kemudian, kedua sudut bibir Gama terangkat dan menciptakan senyuman yang membuat hati Zoya semakin memanas.

"Zoya..."

"Sudah aku bilang kan Mas, semalam aku menginap di rumah temanku. Jika kamu tidak percaya, maka kamu bisa berbicara langsung dan menanyakan kebenarannya. Sungguh aku tidak berbohong, Mas!" sahut Zoya yang sengaja memotong ucapan Gama.

Dia takut Kakak iparnya justru membuka skandal terlarang di antara mereka. Terlebih melihat sikap Gama yang semakin membuat Zoya gelisah. Gama pun tak akan mungkin perduli dengannya.

Masih ingat betul jika Gama sama sekali tak berkesan atas apa yang terjadi pada mereka. Bisa saja Gama semakin membuatnya terpojok hingga membuat Zein semakin menyudutkannya.

Zoya menoleh ke arah Gama yang nampak seperti bertanya. Kedua alis pria itu terangkat dan terus menatap ke arahnya seakan meminta penjelasan atas ucapannya pada Zein. Seringai tipis pun terlihat setelah itu. Gama seperti sedang mengejeknya.

Namun Zoya tak perduli jika Gama akan berpikir dirinya tak pandai merangkai kata. Zoya pun ingin Gama paham jika dia tengah berusaha keras untuk mengembalikan kepercayaan Zein padanya.

"Betul begitu, Kak?" tanya Zein pada Gama seakan Zein tak percaya. Lidah manusia mudah berkelit. Tatapannya pun menyelidik hingga terkesan ingin menguliti.

"Apa yang kamu ragukan dari ucapan istrimu? Zoya aman semalam. Dia meminta ijin padaku dan meminta tolong untuk menghubungimu, tetapi aku lupa karena terlalu sibuk dengan para klien. Ponselnya mati hingga dia tidak bisa mengabarimu.”

Zoya tercengang mendengar jawaban dari Gama. Dia pikir pria itu akan membuatnya semakin sulit tetapi justru membantunya meyakinkan suaminya. Kedua mata mereka kembali bertemu.

Pria itu kembali menyunggingkan tersenyum tipis padanya. Senyuman yang membuat Zoya tak nyaman hingga dengan cepat dia memilih untuk segera membuang muka tanpa membalas senyuman Gama.

"Lain kali jangan langsung menuduh tanpa bukti. Mana mungkin aku menikmati milik orang lain? Terlebih itu milik adikku sendiri. Masih banyak wanita yang mengantri di belakang sana untuk aku jamah." lanjut Gama sembari menepuk pundak Zein.

Pria itu lantas pergi melangkah menuju kamar dan meninggalkan sepasang suami istri itu yang masih terdiam di sana.

Zoya tersentak saat Zein menoleh ke arahnya dengan tatapan mengintimidasi. Kedua mata Zein seperti sedang menghardik dan langkah pria itu yang mendekat membuat debaran jantung Zoya bertalu semakin kencang.

Sampai dimana dia merasakan sakit di kedua pipi ulah tangan Zein yang mengapitnya dengan kencang. Kedua mata Zoya kembali memanas.

Wanita itu mengerjab ketakutan menatap wajah sadis Zein yang sangat dekat. Jangankan mengeluarkan suara, menelan salivanya saja Zoya kesulitan.

Rasa was-was akan tindakan Zein yang akan pria itu lakukan selanjutnya membuat aliran darah Zoya semakin cepat.

"Jangan pikir aku mudah percaya begitu saja! Jika sampai aku tau kalian memiliki hubungan, maka aku tidak segan-segan untuk menghancurkan kalian berdua, mengerti kamu!" ancam Zein dengan penuh penegasan. Suaranya berdesis syarat akan ancaman yang tak bisa diabaikan.

Zoya menahan sakit di pipinya, sedangkan tangannya berusaha menarik pergelangan tangan Zein agar melepaskan dirinya.

Namun, kekuatan pria itu membuatnya menyerah. Terlebih tubuhnya yang masih sangat lemas setelah semalam dijajah oleh kakak iparnya.

"Aku dan Kak Gama hanya partner kerja. Sekedar atasan dan bawahan saja. Tak ada hubungan yang lebih dari itu. Jangan lupa jika aku sudah bekerja dengan Kak Gama jauh sebelum aku mengenalmu, Mas! Jika kamu meragukan ku maka tempatkan aku di perusahaanmu," tantang Zoya.

Hal yang sangat Zein hindari. Namun dengan sisa keberanian yang ada, Zoya menantang pria itu. Zein tidak pernah mau bekerja dalam satu perusahaan dengannya. Zein pun selalu menghindar jika dia sudah membahas tentang ini.

Benar saja, Zein melepaskan cengkeramannya dengan kasar hingga tubuh Zoya terhuyung ke belakang. Terdengar langkah kaki menjauh membuat Zoya tergugu menyentuh lantai. Zoya mengusap air matanya di tengah kesakitan yang ia rasakan.

Bukan hal yang baru mereka bertengkar. Namun kali ini Zein begitu kasar dalam bersikap. Memperlakukannya tanpa ada rasa iba dan belas kasihan. Zein seakan lupa akan status mereka.

Zoya mendesis mengusap pipinya yang teramat sakit. Semua terasa tak karuan. Dia butuh istirahat dan menenangkan pikiran.

Zoya sempat menoleh ke belakang. Dia melihat kepergian suaminya yang membawa amarah.

Tangan Zoya mencengkram pakaiannya tepat di dada. Sakit saat hati dihancurkan oleh takdir. Belum mampu menerima dan takut mengecewakan suaminya.

Namun justru jiwa dan raganya dihantam bertubi-tubi dengan sambutan kasar pria yang ia cintai.

Zoya beranjak dari sana tetapi langkahnya terhenti saat sambutan dari pria yang berkongsi rasa tengah memperhatikan.

"Kak Gama... "

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Isabella
kayaknya gama suka dg Zoya ... tapi Zoya suka dg Zein ... dan gama kayaknya tau jika Zein pasti punya wanita lain yg berada di perusahaannya . mungkin ini yg membuat gama meniduri istri Zein
goodnovel comment avatar
Nurlela Aritonang
kasian Zoya , apa jadinya nanti ,pasti Gama minta lagi.
goodnovel comment avatar
Elios EliosBengkulu
Berarti Zein sangat paham sisi hitam kakak ipar nya si Gama ini,terlihat dari sikap nya yg meyakinkan itu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 210. Sibuk

    Gama mendesah kasar saat melihat Dito datang dengan siapa. Baru saja Gama tiba sudah dibuat bete dengan penampakan yang wanita yang sangat dibenci oleh Gama. Pria itu melangkah masuk ke dalam kantor tanpa menyapa keduanya tetapi Dito segera menyusul Gama. "Pagi, Tuan." "Siang!" sahut Gama tanpa menoleh ke arah Dito. Gama dengan gagah melangkah dan melirik Dito yang terus membuntuti. "Katamu pendarahan tapi kamu bawa ke kantorku. pendarahan dimana maksudmu? Di ranjang?" tanya Gama dengan nada sewot dan Asisten Dito menggaruk keningnya. "Tapi memang kami habis dari rumah sakit, Tuan. Tidak keburu jika saya harus mengantarnya pulang dulu." "Saya tidak mau tau, dia tidak boleh naik ke lantai saya! Suruh wanitamu itu menunggu di lobby!" perintah Gama sebelum masuk ke dalam lift dan Dito menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke arah Sena yang melangkah pelan menyusul pria itu. Dito pun tidak ikut masuk ke dalam lift karena Gama juga tidak sudi ada Sena yang ikut serta.

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 209. Urusan Kelamin

    "Bicaramu, Mas! Tidak ada filternya sama sekali. Ayo aku bantu rapikan dulu!" Zoya pun merapikan penampilan suaminya. Dari pakaian sampai rambut pun Zoya manjakan. Gama benar-benar terima jadi saja. Pria itu sangat beruntung sekali memiliki istri yang sangat perhatian. "Jadi aku beneran di rumah sama Bibi?" tanya Zoya lagi. Entah hawanya ingin ikut saja tetapi di rumah nanti malam masih ada pengajian. Pastinya akan ada persiapan juga walaupun bisa pesan tetapi tetap saja harus dikerjakan dan dirapikan. "Iya Sayang. Aku tidak ingin kamu lelah." Gama mengecup kening sang istri kemudian duduk dan mengenakan sepatu sedangkan Zoya segera mengenakan pakaiannya. Zoya manyapu sedikit make di wajahnya agar lebih fresh kemudian mendampingi Gama untuk sarapan. Terlihat ada Bibi yang nampak sedang sibuk menyajikan makanan untuk mereka. "Bibi jangan repot-repot! Maaf Zoya baru turun, By." "Tidak apa, Nak. Ini Bibi sudah biasa. Ayo sarapan dulu!" ajak Bibi kemudian Zoya dan juga Ga

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 208. Pecah Perjaka

    Pagi ini di kediaman rumah Atmanegara. Gama terjaga lebih dulu dari pada sang istri. Yang dilakukan pria itu pertama kali adalah mengecup kening sang istri seraya mengusap perut Zoya. Gama beranjak dari sana kemudian melangkah menuju kamar mandi. Namun sebelum langkah Gama masuk, notifikasi pesan membuat pria itu menghentikan langkah dan meraih ponsel tersebut. [Saya hari ini ke kantor agak telat, Tuan. Maaf...] "CK, bisa saja kelakuannya. Dia yang enak dia juga yang semaunya." [Meeting pagi ini tidak bisa ditunda. Sebelum aku sampai kamu sudah harus tiba di kantor. Jangan sibuk dengan wanitamu saja! Apa kejadian semalam membuatmu pecah perjaka hingga tak bisa jalan? Jangan seperti perempuan kamu, Dito!] Send Dito. Setelah itu Gama pun kembali meletakkan ponsel di atas nakas dan masuk kamar mandi. Di saat pintu tertutup, Zoya membuka mata dan mulai menggeliat dari tidurnya. Zoya mengucak kedua mata kemudian melirik keberadaan Gama di sampingnya tetapi tidak ada. Zoya me

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 207. Aku Tidak Tahan

    Dito yang dulu bisa menahan sekarang lagi mampu membendung rasa inginnya. Dito tetaplah pria yang memiliki sejuta hasrat. Sayangnya Dito hanya bergairah pada Sena. Wanita pertama dan satu-satunya yang dianggap paling cantik. Maka malam ini, Sena ada dalam genggaman Dito yang begitu sangat menginginkan. Wanita itu dibuat meringis dan kesakitan saya masuknya Dito di saat sudah sama-sama menginginkan. "Kamu masih perawan, Sena?" "Kamu pikir aku sudah bermain terlalu jauh?" "Tidak mungkin wanita sepertimu belum pernah." "Pernah, tetapi tidak sampai seperti ini dan kamu yang pertama. Kamu yang membuat aku meminta, Dito!" kata Sena dengan suara yang terdengar manja dan wajah sangat ingin memicu hasrat Dito untuk melakukan lebih. "Jangan ditahan! Lepaskan saja! Kamu pantas mendapatkan ini semua, Sena." "Benar begitu, Dito? Maka aku akan membuat diriku menjadi satu-satunya yang kamu mau. Jangan gila dengan wanita lain, Dito! Kamu sudah mengacak-acak aku!" "Tidak asal k

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 206. Lebih Dalam +++

    "Nanti dulu! Jangan rusuh, Dito! Akh.... Tangan kamu astaga..." Sena sudah tak bisa diam. Tubuh wanita itu menggeliat kala bagian paling sensitif disentuh dan dipermainkan oleh Dito. Pria itu belum pernah tetapi sangat pro sekali membuai wanita. Terbukti dengan Sena yang dibuat tak berdaya sampai desahan yang keluar dari mulut wanita itu terdengar semakin liar. "Akh yess, lebih dalam. Enak Dito." Lama -lama candu juga. Tubuh Sena seperti gelombang yang beraturan kala merasakan jemari Dito bergerak sangat nakal. Akh suka! Itulah yang Sena selalu gumamkan dan di setiap kata yang terucap selalu keluar kata sensitif yang membuat Dito semakin horny. "Ssttt...." "Suka?" "Munafik jika tidak. Kamu membuatku tambah tidak waras, Dito. Aku minta tolong jangan hentikan!" Dito menyeringai mendengar permintaan dari Sena. Laki-laki mana yang tidak menginginkan lebih jika melihat wanitanya tidak mau dilepas begini. Sena semakin membuka kaki hingga tak perduli akan apapun. Sena me

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 205. Memainkan Jarinya +++

    Brugh Dito mendorong Sena hingga ambruk di ranjang. Pria itu menyeringai menatap Sena yang menatap was-was. Kedua tangan Sena meremas sprei dengan kuat dan bergerak mundur. "Dito aku belum siap melakukan itu lagi! Jangan ganggu aku!" kata Sena membuat Dito menyeringai mendengar itu. Dito pun membuka ikat pinggang kemudian naik ke ranjang. Kedua kaki mengkukung tubuh Sena dan mengunci pergerakan wanita itu. "Apa kamu tidak merindukan sentuhanku Sena?" "Kamu menjelma seperti singa jika berdua bersamaku, Dito!" Benar, Dito berubah menjadi seperti singa kelaparan saat bersama dengan Sena. Entah ada daya tarik apa pada wanita itu tetapi sejak awal bertemu, memang Sena yang mampu meluluhkan hati Dito. Terlebih Dito yang belum pernah memiliki kekasih dan tidak pernah mencintai seorang wanita. Hal pertama memang hanya Sena yang memberikan tantangan dan godaan, maka jangan heran jika Dito begitu sangat tak tahan jika melihat Sena. "Karena kamu yang pertama." Kedua mata Sena

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status