Home / Rumah Tangga / RANJANG PANAS KAKAK IPAR / Bab 08. Istri Nggak Berguna!

Share

Bab 08. Istri Nggak Berguna!

Author: weni3
last update Last Updated: 2024-09-27 11:35:48

Zoya menarik nafas dalam dan beranjak dari duduknya. Sekuat hati dia berusaha untuk tetap tenang.

Ingat, harus banyak bukti untuk bisa memberontak dari pria seperti Zein jika tidak ingin hanya dijadikan angin lalu oleh pria itu.

Zoya tersenyum menyambut langkah suaminya yang mendekati dan segera mengambil alih tas dan juga jas Zein. Sebenarnya ada rasa takut untuknya kelak memberontak.

Zoya tak memiliki siapa-siapa lagi selain Zein. Jika dia dicampakkan oleh Zein lalu bagaimana dengan nasibnya kelak.

Zoya melangkah mendekati Zein yang mulai membuka kancing lengan kemejanya. Dengan sigap pun Zoya mulai membantu membukakan kancing kemeja yang Zein kenakan.

Aroma parfum yang sudah bercampur dengan parfum wanita membuat dada Zoya semakin sesak bahkan tangannya sedikit gemetar karena dia harus menahan rasa sakit yang semakin dalam.

"Mas, tau kamu pulang lebih cepat. Aku tadi minta jemput sekalian. Aku lelah banget, Mas. Mana harus menunggu taksinya lama."

"Jangan manja!" ketus Zein menghentikan pergerakan tangan Zoya. Namun hanya sebentar saja, setelah itu Zoya kembali meneruskan kegiatannya dengan sikap yang kembali tenang.

"Aku ingin seperti masa-masa kita dulu, Mas. Dulu kamu begitu rajin antar jemput aku. Perhatian banget sama aku. Aku rindu masa-masa itu, Mas. Gimana kal_"

"Kamu terlalu berisik, Zoya! Kamu pikir yang lelah itu hanya kamu saja, iya? Aku pulang mau istirahat bukan mau mendengar ocehan kamu yang banyak syarat. Bikin pusing saja! Awas!"

Zein pun segera melangkah menuju kamar mandi dan melempar kasar kemeja yang sudah pria itu lepaskan. Menatap garang pada Zoya yang kembali harus teruji kesabarannya.

Zoya mengambil kemeja yang Zein jatuhkan ke lantai. Tangannya bergetar saat melihat ada noda merah yang mana tak asing baginya karena sebagai perempuan dia tentu tau itu noda apa.

Zoya melangkah mundur dan kembali terduduk melihat kemeja Zein yang ada di dalam genggamannya dengan air mata yang tak lagi bisa terbendung.

"Sakit... "

Hanya bisa merintih sendiri tanpa bisa melawan apa yang terjadi. Zoya menahan isak tangisnya. Dia melirik ke arah pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat.

Beginikah pernikahan yang bercampur dengan kebohongan? Kedua mata Zoya terpejam saat pemikirannya sudah tak lagi bisa tenang.

"Pakaian kamu sudah aku siapkan, Mas!" Zoya memberikan pakaian santai yang sudah ia siapkan untuk Zein tetapi belum sempat diambil oleh pria itu. Tatapan mata Zein membuatnya ragu untuk mendekat.

"Kamu sudah selesai?" tanya Zein dengan tatapan penuh makna yang Zoya sangat mengerti arah pembicaraannya. Gelengan kepala pun ia berikan sampai dimana suara bentakan dari Zein kembali Zoya dapatkan.

"Istri nggak berguna kamu!" ketus Zein kasar kemudian menepis pakaian yang ada di tangan Zoya. Pria itu pun berbalik menuju lemari pakaian dan mengambil pakaian untuk pergi.

"Mas kamu mau kemana? Ini sudah aku ambilkan, Mas!"

"Diam kamu! Pusing aku sama kamu! Bikin nggak betah aja kamu tuh!" sahut Zein kasar membuat kedua mata Zoya panas dan memerah. Zoya tetap berusaha untuk mendekati tetapi Zein seolah enggan dengannya.

"Nggak usah deket-deket! Kenapa? Mau nangis? Aku nggak suka ya kamu cengeng begini! Banyak nuntut tapi nggak becus!"

Zein segera memakai pakaiannya dan pergi dari sana. Melihat itu pun Zoya berusaha untuk mengejar hingga keduanya terlibat percekcokan di ujung tangga.

"Mas kamu mau ke mana?"

"Bukan urusan kamu, Zoya! Urus diri kamu yang belum bener jadi istri. Udah belum bisa ngasih anak. Berasa nikah sama perempuan mandul tau nggak!"

Deg

Kedua mata Zoya nampak mendung mendengar itu. Perlahan dia mendongak menatap Zein yang menatap penuh kilatan amarah. Sesak sekali bahkan air mata tanpa permisi membasahi pipinya.

"Mas bisa tidak jangan berbicara seperti itu. Aku baru sekali bilang tidak bisa tapi sikap kamu begitu menyakiti hati aku. Aku sudah berusaha, Mas. Kamu tau aku subur, tapi mengapa kamu tega bilang aku perempuan mandul?" tanya Zoya.

"Mas salah aku apa sama kamu? Kurang aku dimana sebagai istri? Aku nggak pernah banyak menuntut dan aku pikir kamu semakin mengerti, tapi apa? Kamu semakin kasar sama aku, Mas! Kamu jahat!" lanjutnya.

"Lantas aku harus meminta maaf? Aku muak sama kamu, Zoya!" Zein pun segera berlari pergi dari sana.

Zoya hanya bisa menangis melihat kepergian Zein. Tangannya meraih pegangan tangga dan luruh terduduk di sana.

Sudah hancur dengan kabar tadi. Sore ini pun hatinya harus kembali hancur mendapati ucapan Zein yang seperti belati menusuk hati.

"Kurang sabar apa aku menghadapi kamu, Mas? Aku nggak apa-apa kamu kasar. Aku mengerti jika itu sifatmu tapi aku mohon kamu tetap setia bukan malah mencari kesenangan di luar sana. Kamu mencurangiku, Mas!"

Setelah keributan yang terjadi, Zoya hanya berdiam di kamar. Zoya merenungi apa kesalahan dan apa saja yang sudah terjadi hingga rumah tangganya bisa seperti ini. Kebohongan dia pun karena tak sengaja bukan hal yang ia rencanakan.

Zoya membuka kancing pakaiannya. Melihat jejak Gama yang masih nyata di salah satu dadanya. Kedua matanya terpejam kuat.

Semua karena ini hingga dia membuat Zein sangat marah. Perlahan Zoya menarik diri dari sana. Kakinya terayun menuju dapur.

Tidak ada rasa lapar, bahkan Zoya tak nafsu makan. Dia hanya ingin membuat minuman hangat untuk memulihkan rasa lelah dirinya.

"Bisa sekalian tolong buatkan kopi?"

Zoya tersentak mendengar suara seseorang, kemudian menoleh ke belakang melihat adanya Gama di sana. Tak ingin banyak bicara. Zoya pun mengangguk mengiyakan sedang Gama nampak menunggu di meja makan.

Bahkan Zoya tak perduli malam ini tak ada makanan yang ia sediakan. Hatinya sedang kacau dan enggan menyiapkan hanya untuk Gama.

"Kopinya, Kak." Zoya meletakkan segelas kopi untuk Gama dan segera beranjak tanpa menunggu jawaban dari Gama. Namun nyatanya pria itu pun tak berniat mengucapkan terimakasih untuknya.

"Jadi wanita itu jangan terlalu bodoh, Zoya. Apa gunanya ada hak asasi kalau ujung-ujungnya hanya mengalah dan menerima kekalahan atas perilaku buruk orang lain?" kata Gama.

Zoya terdiam mendengar penuturan dari kakak iparnya itu hingga Gama beranjak dari sana untuk menuju ke teras samping rumah. Zoya menarik nafas dalam dan terpejam sebelum kemudian memijit pelipisnya.

Semua yang terjadi seperti tak lagi ada privasi. Sebab, kini Gama semakin tau permasalahan yang ada dalam rumah tangganya.

Semakin malam, Zoya menjadi semakin gelisah memikirkan Zein yang tak kunjung pulang.

Zoya menguap dan hampir tertidur kalau saja suara bantingan pintu tidak membangunkannya.

"Mas Zein!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Dewi
Laki laki mau menang sendiri aja dia yg selingkuh perempuan yang di curigai
goodnovel comment avatar
Roroh Siti Rochmah
gendek sm si zein, istri m yg lain gak boleh dia sendiri ksar & tukang selingkuh. emg bgtu x ya klo lelaki selingkuh jd playing victim
goodnovel comment avatar
Eonk Oi
lanjuut.ko ga bisa dibuka
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 210. Sibuk

    Gama mendesah kasar saat melihat Dito datang dengan siapa. Baru saja Gama tiba sudah dibuat bete dengan penampakan yang wanita yang sangat dibenci oleh Gama. Pria itu melangkah masuk ke dalam kantor tanpa menyapa keduanya tetapi Dito segera menyusul Gama. "Pagi, Tuan." "Siang!" sahut Gama tanpa menoleh ke arah Dito. Gama dengan gagah melangkah dan melirik Dito yang terus membuntuti. "Katamu pendarahan tapi kamu bawa ke kantorku. pendarahan dimana maksudmu? Di ranjang?" tanya Gama dengan nada sewot dan Asisten Dito menggaruk keningnya. "Tapi memang kami habis dari rumah sakit, Tuan. Tidak keburu jika saya harus mengantarnya pulang dulu." "Saya tidak mau tau, dia tidak boleh naik ke lantai saya! Suruh wanitamu itu menunggu di lobby!" perintah Gama sebelum masuk ke dalam lift dan Dito menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke arah Sena yang melangkah pelan menyusul pria itu. Dito pun tidak ikut masuk ke dalam lift karena Gama juga tidak sudi ada Sena yang ikut serta.

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 209. Urusan Kelamin

    "Bicaramu, Mas! Tidak ada filternya sama sekali. Ayo aku bantu rapikan dulu!" Zoya pun merapikan penampilan suaminya. Dari pakaian sampai rambut pun Zoya manjakan. Gama benar-benar terima jadi saja. Pria itu sangat beruntung sekali memiliki istri yang sangat perhatian. "Jadi aku beneran di rumah sama Bibi?" tanya Zoya lagi. Entah hawanya ingin ikut saja tetapi di rumah nanti malam masih ada pengajian. Pastinya akan ada persiapan juga walaupun bisa pesan tetapi tetap saja harus dikerjakan dan dirapikan. "Iya Sayang. Aku tidak ingin kamu lelah." Gama mengecup kening sang istri kemudian duduk dan mengenakan sepatu sedangkan Zoya segera mengenakan pakaiannya. Zoya manyapu sedikit make di wajahnya agar lebih fresh kemudian mendampingi Gama untuk sarapan. Terlihat ada Bibi yang nampak sedang sibuk menyajikan makanan untuk mereka. "Bibi jangan repot-repot! Maaf Zoya baru turun, By." "Tidak apa, Nak. Ini Bibi sudah biasa. Ayo sarapan dulu!" ajak Bibi kemudian Zoya dan juga Ga

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 208. Pecah Perjaka

    Pagi ini di kediaman rumah Atmanegara. Gama terjaga lebih dulu dari pada sang istri. Yang dilakukan pria itu pertama kali adalah mengecup kening sang istri seraya mengusap perut Zoya. Gama beranjak dari sana kemudian melangkah menuju kamar mandi. Namun sebelum langkah Gama masuk, notifikasi pesan membuat pria itu menghentikan langkah dan meraih ponsel tersebut. [Saya hari ini ke kantor agak telat, Tuan. Maaf...] "CK, bisa saja kelakuannya. Dia yang enak dia juga yang semaunya." [Meeting pagi ini tidak bisa ditunda. Sebelum aku sampai kamu sudah harus tiba di kantor. Jangan sibuk dengan wanitamu saja! Apa kejadian semalam membuatmu pecah perjaka hingga tak bisa jalan? Jangan seperti perempuan kamu, Dito!] Send Dito. Setelah itu Gama pun kembali meletakkan ponsel di atas nakas dan masuk kamar mandi. Di saat pintu tertutup, Zoya membuka mata dan mulai menggeliat dari tidurnya. Zoya mengucak kedua mata kemudian melirik keberadaan Gama di sampingnya tetapi tidak ada. Zoya me

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 207. Aku Tidak Tahan

    Dito yang dulu bisa menahan sekarang lagi mampu membendung rasa inginnya. Dito tetaplah pria yang memiliki sejuta hasrat. Sayangnya Dito hanya bergairah pada Sena. Wanita pertama dan satu-satunya yang dianggap paling cantik. Maka malam ini, Sena ada dalam genggaman Dito yang begitu sangat menginginkan. Wanita itu dibuat meringis dan kesakitan saya masuknya Dito di saat sudah sama-sama menginginkan. "Kamu masih perawan, Sena?" "Kamu pikir aku sudah bermain terlalu jauh?" "Tidak mungkin wanita sepertimu belum pernah." "Pernah, tetapi tidak sampai seperti ini dan kamu yang pertama. Kamu yang membuat aku meminta, Dito!" kata Sena dengan suara yang terdengar manja dan wajah sangat ingin memicu hasrat Dito untuk melakukan lebih. "Jangan ditahan! Lepaskan saja! Kamu pantas mendapatkan ini semua, Sena." "Benar begitu, Dito? Maka aku akan membuat diriku menjadi satu-satunya yang kamu mau. Jangan gila dengan wanita lain, Dito! Kamu sudah mengacak-acak aku!" "Tidak asal k

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 206. Lebih Dalam +++

    "Nanti dulu! Jangan rusuh, Dito! Akh.... Tangan kamu astaga..." Sena sudah tak bisa diam. Tubuh wanita itu menggeliat kala bagian paling sensitif disentuh dan dipermainkan oleh Dito. Pria itu belum pernah tetapi sangat pro sekali membuai wanita. Terbukti dengan Sena yang dibuat tak berdaya sampai desahan yang keluar dari mulut wanita itu terdengar semakin liar. "Akh yess, lebih dalam. Enak Dito." Lama -lama candu juga. Tubuh Sena seperti gelombang yang beraturan kala merasakan jemari Dito bergerak sangat nakal. Akh suka! Itulah yang Sena selalu gumamkan dan di setiap kata yang terucap selalu keluar kata sensitif yang membuat Dito semakin horny. "Ssttt...." "Suka?" "Munafik jika tidak. Kamu membuatku tambah tidak waras, Dito. Aku minta tolong jangan hentikan!" Dito menyeringai mendengar permintaan dari Sena. Laki-laki mana yang tidak menginginkan lebih jika melihat wanitanya tidak mau dilepas begini. Sena semakin membuka kaki hingga tak perduli akan apapun. Sena me

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 205. Memainkan Jarinya +++

    Brugh Dito mendorong Sena hingga ambruk di ranjang. Pria itu menyeringai menatap Sena yang menatap was-was. Kedua tangan Sena meremas sprei dengan kuat dan bergerak mundur. "Dito aku belum siap melakukan itu lagi! Jangan ganggu aku!" kata Sena membuat Dito menyeringai mendengar itu. Dito pun membuka ikat pinggang kemudian naik ke ranjang. Kedua kaki mengkukung tubuh Sena dan mengunci pergerakan wanita itu. "Apa kamu tidak merindukan sentuhanku Sena?" "Kamu menjelma seperti singa jika berdua bersamaku, Dito!" Benar, Dito berubah menjadi seperti singa kelaparan saat bersama dengan Sena. Entah ada daya tarik apa pada wanita itu tetapi sejak awal bertemu, memang Sena yang mampu meluluhkan hati Dito. Terlebih Dito yang belum pernah memiliki kekasih dan tidak pernah mencintai seorang wanita. Hal pertama memang hanya Sena yang memberikan tantangan dan godaan, maka jangan heran jika Dito begitu sangat tak tahan jika melihat Sena. "Karena kamu yang pertama." Kedua mata Sena

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status