Home / Rumah Tangga / RANJANG PANAS KAKAK IPAR / Bab 192. Jangan Rewel, Sayang!

Share

Bab 192. Jangan Rewel, Sayang!

Author: weni3
last update Last Updated: 2025-10-14 18:23:26

Pipi Sinta masih memerah dan memanas ulah Bara tetapi harus menolong Ibu mertua yang tergeletak di lantai. Sinta menatap wajah Ibu yang memucat dan tak sadarkan diri sedangkan Bara nampak nanar menatap Ibu yang sudah tak sadarkan diri.

"Mas cepat tolong Ibu! Jangan egois seperti itu! Kamu boleh mengkasari aku tetapi tidak dengan Ibu! Kamu tidak boleh tega pada Ibu. Cepat bawa Ibu ke rumah sakit!" teriak Sinta padahal harusnya wanita itu sedang sangat marah pada suaminya tetapi tidak dengan situasi seperti sekarang. Sinta bahkan tidak bisa marah karena Ibu mertuanya tengah lemah dan membutuhkan bantuan.

"Mas! Kenapa malah mematung di sana? Kamu dengar tidak? Cepat bawa Ibu ke rumah sakit!" kata Sinta lagi yang membuat kedua mata Bara semakin memerah.

Seorang anak pasti kena hatinya kala melihat Ibu yang sudah melahirkan dan membesarkan tergeletak lemah. Apalagi jelas sang Ibu sedang sakit. Sudah pasti akan sangat khawatir tetapi kali Ini Ibu sakit dibuat anak itu sendiri.

A
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 194. Lepaskan!

    "Cukup, Mas! Kalian ini apa-apaan? Kalian ini anggota keluarga yang pantas berada di sini. Jangan membuat kegaduhan! Kasihan Ibu sedang kritis. Kamu juga Mas! Masih bisa kamu menantang Gama? Gama yang dicari Ibu sejak tadi. Kamu harusnya memberikan kesempatan untuk Gama masuk. Tidak cukup tadi kamu sudah membuat ibu sampai sakit dan sekarang kamu ingin membuat keributan lagi yang membuat kondisi beliau semakin parah? Apa kamu sudah sangat siap kehilangan Ibu, Mas?" Santi akhirnya turun tangan atas apa yang terjadi sedangkan Zoya lebih menenangkan suaminya dan tidak berani melerai apalagi Bara begitu sangat menyeramkan. Zoya sendiri tidak ingin sampai kena amuk oleh Bara yang nantinya justru semakin membuat Gama murka dan gelap mata. Tadi saja Gama sudah hendak mengayunkan tangan. Beruntung Bibi Santi segera mendekati dan menghentikan perdebatan ini yang sudah hampir berujung baku hantam. "Kamu membela dia, Santi?" tanya Bara dengan tatapan penuh emosi. "Lagi-lagi kamu bertan

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 193. Aku Cucu Di Sini

    "Mas bisa pelan nggak? Kamu akan membahayakan nyawa kita kalau ngebut begini! Kamu nggak inget ada nyawa di dalam perut aku? Astaga.... Gama!" sentak Zoya saking geregetannya. Zoya pun memukul lengan Gama yang tak mau mendengarkan sampai kecepatan mobil yang dikendarai pria itu pun mulai melambat. Gama menghela nafas lega melihat itu. Demi apa dia sudah ingin sekali memukul kepala Gama jika tidak kunjung melambatkan laju mobilnya. "Sayang maafkan aku. Aku sangat mengkhawatirkan Nenek." "Aku paham Mas tapi tetap tidak boleh terlalu kencang. Kita juga harus selamat sampai tujuan. Jangan sampai kita yang akan dijenguk oleh mereka nantinya. Kamu nggak sayang aku! Tidak ingat dengan anak kita, Mas." "Iya Sayang maaf, aku kalut. Sudah ya! Aku mau fokus bawa mobilnya. Aku nggak akan ngebut lagi." Gama kembali fokus dan Zoya cukup tenang dengan mengusap perutnya seraya memperhatikan jalan. Mereka sama-sama khawatir sampai rasanya ingin cepat-cepat sampai. Sesampainya di sana pun

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 192. Jangan Rewel, Sayang!

    Pipi Sinta masih memerah dan memanas ulah Bara tetapi harus menolong Ibu mertua yang tergeletak di lantai. Sinta menatap wajah Ibu yang memucat dan tak sadarkan diri sedangkan Bara nampak nanar menatap Ibu yang sudah tak sadarkan diri. "Mas cepat tolong Ibu! Jangan egois seperti itu! Kamu boleh mengkasari aku tetapi tidak dengan Ibu! Kamu tidak boleh tega pada Ibu. Cepat bawa Ibu ke rumah sakit!" teriak Sinta padahal harusnya wanita itu sedang sangat marah pada suaminya tetapi tidak dengan situasi seperti sekarang. Sinta bahkan tidak bisa marah karena Ibu mertuanya tengah lemah dan membutuhkan bantuan. "Mas! Kenapa malah mematung di sana? Kamu dengar tidak? Cepat bawa Ibu ke rumah sakit!" kata Sinta lagi yang membuat kedua mata Bara semakin memerah. Seorang anak pasti kena hatinya kala melihat Ibu yang sudah melahirkan dan membesarkan tergeletak lemah. Apalagi jelas sang Ibu sedang sakit. Sudah pasti akan sangat khawatir tetapi kali Ini Ibu sakit dibuat anak itu sendiri. A

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 191. Gagal

    "Bagaimana, Sayang? Enak?" tanya Gama kemudian mengambil tisu dan mengusap sisa makanan yang menempel di pinggir bibir Zoya. Akhirnya Gama bis melihat Zoya makan dengan sangat lahap. Zoya sampai tidak sempat menjawab dan hanya menggelengkan kepala saking enaknya dan mulut yang sibuk mengunyah. Ibu jarinya pun dia pamerkan pada Gama hingga membuat pria itu menatap gemas ke arahnya. Gama mengacak gemas rambutnya dan Zoya tidak perduli rambutnya berantakan yang terpenting adalah apa yang ia inginkan keturutan. Ditambah lagi apa yang dia bayangkan melebihi apa yang dia dapatkan. Bumil satu ini sangat puas dengan makanan yang yang sedang ia makan. "Nasi uduknya tidak ada duanya, Mas. Aku suka. Enak bangeeeeetttt." "Benget?" "Hhmmm...." Zoya tersenyum dan kembali menganggukkan kepala. Dia pun sampai bergoyang saking enaknya hingga membuat Gama terkekeh melihat itu. "Sayang kamu menggemaskan sekali." "Ini ekspresi anak kita di dalam sini, Mas." Zoya mengusap perutnya yang mulai

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 190. Tuh 'Kan Manggil!

    "Sekarang bagaimana, Mas?" tanya Zoya yang kini sudah lebih tenang. Mendengar suara Gama yang menginginkan dirinya lebih memikirkan diri sendiri membuat Zoya berusaha melupakan apa yang terjadi tadi walaupun ada rasa khawatir di hati Zoya. Yang ditakutkan Zoya justru bagaimana jika Paman Bara akan melakukan sesuatu yang akan menyakiti suaminya. Hanya itu yang Zoya takutkan. Namun Gama tidak sama sekali takut akan hal itu karena Gama lebih takut jika dirinyalah yang akan celaka. Segitunya memang pria itu mencintainya. "Sekarang kita pergi ke kantor dan beli nasi uduk yang kamu mau tadi. Ayo! Jangan sampai anakku nanti menyalahkanku karena tidak menuruti maunya kamu, Sayang," ajak Gama dan seketika kedua ujung bibir Zoya terangkat mendengar itu. Zoya pun mengangguk setuju kemudian dengan sangat bersemangat sekali meraih lengan Gama. "Nanti kamu bisa makan sepuasnya," kata Gama yang semakin membuat kedua mata Zoya berbinar. Mood bumil kembali. Kalau sudah begini Gama pun lega

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 189. Semua Harus Ada Buktinya

    "Dasar anak kurang ajar! Kamu sudah menghinaku, menghina anakku dan juga menghina keluarga Atmanegara. Keluargamu itu kamu tetapi kamu menghina dan menginjak-injak kami. Apa rencana kamu sebenarnya? Kamu sudah sangat tidak bisa dipercaya. Kemana kamu sembunyikan Sena? Didikan macam apa yang kamu berikan? Jangan macam-macam, Gama! Kamu sedang berurusan dengan Bara bukan orang biasa!" sentak Bara yang saat ini benar-benar sangat tidak terima akan apa yang Gama katakan. Namun Gama tetap tenang menanggapi. Gama sama sekali tidak takut akan apa yang Bara katakan. Apalagi hanya ancaman Bara. Sama sekali tidak Gama gubris sama sekali. Gama justru menyeringai menatap Bara yang terlihat sangat marah. "Mas sudah! Jangan ribut! Ingat Mas, mereka itu kedua orang tua Sena dan juga paman kamu. Bagaimana jika sampai Nenek tau? Kamu akan membuat beliau semakin sakit, Mas." Zoya mencoba mengingatkan tetapi Gama hanya menoleh singkat kemudian kembali memperhatikan Bara. "Justru aku sedang me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status