Share

KAMU DI MANA

Author: Hanin Humayro
last update Last Updated: 2022-11-03 07:38:02

MITA

Dari gaya bicara mertua, kelihatannya tidak sedang berbohong. Dan memang tipe mertuaku bukan pembohong. Baik malah. Apalagi sejak aku suka memberinya uang bulanan yang cukup banyak.

"Mita buru-buru, Mah. Ada urusan penting sama mas Dodi."

Mama tak bisa mencegah kepergian menantunya. Ia hanya menjawab dalam dan mengucapkan kata-kata agar aku berhari-hari di jalan.

Dari rumah mama mertua, aku pergi ke rumah ipar. Kakak mas Dodi ini yang pinjam motor gak dibalik-balikin. Sekarang, aku malah pakai yang paling buruk rupa.

Rumah kakak ipar letaknya satu kelurahan dengan rumah mama mertua. Jadi tak perlu waktu lama untuk sampai ke sana.

Di rumah yang pagarnya berwarna silver, aku bertanya hal sama pada kakak ipar. Kataku apakah mas Dodi menginap di sini semalam.

"Dodi sebulan ini gak ke rumah Mba. Udah sombong dia, jadi gak mau nengok ke sini lagi."

Jawaban mba mas Dodi membuatku harus kembali kecewa. Rasanya jalan keluar atas masalah ini sulit sekali ditemukan. Mencari mas Dodi sudah seperti mencari buronan korupsi yang lolos terus menerus.

Duh, sepertinya di adiknya pun tak ada. Apa sembunyi ke rumah temannya. Parah banget ini orang. Rahangku sampai memggembung ketika bayangan wajah mas Dodi masuk ke cerukan otak.

"Mba, aku ambil motor, ya. Ada perlu, nih!"

Kebetulan sekali motorku yang dipinjam nangkring di teras. Ini kesempatan untuk mengambii hak yang lama tak didapat. Aku yang beli, orang yang pakai seenaknya. Padahal suaminya punya motor juga.

"Eh, tapi, Mba mau pake, loh! Ini mau jemput Risma!"

Aku tak peduli, terus saja mendesaknya agar menyerahkan STNK dan kunci. Karena aku bersuara tinggi di teras rumah, mau tak mau ia memberi yang dipinta. Pasti bakal malu didengar tetangganya tentang pinjaman motor.

Minjem, kok, udah enam bulan gak dibalik-balikin. Biar belunya udah lama, tapi'kan masih bagus. Beda banget dengan motor jadul itu. Lumayan bisa dijual untuk nambah setoran. Nanti motor mas Dodi yang kupakai.

"Mba boleh pake yang itu untuk jemput Risma, ya!"

Setelah berkata begitu, aku menyalakan motornya. Suaranya juga masih oke ini. Mesin pastilah bagus juga.

"Ta, Mitaaa!"

Suara mba Winda tak terdengar lagi sebab motor sudah melesat membelah jalanan. Aku yakin dia tengah meradang setengah mati. Terserahlah mau marah atau mengadu pada mas Dodi dan mamanya. Yang penting motor ini kembali.

Akan kucari mas Dodi ke rumah teman-temannya. Terserah apa pandangan orang-orang itu, yang penting uang bisa diselamatkan.

Hari ini juga mas Dodi harus ditemukan.. Kalau ditunda sampai besok dan beaok lagi bakal ludes itu uang. Untung ATM nya sudah kublokir kemarin, jadi sisa sepuluh juta itu bisa diamankan. Kalau tidak, kemungkinan besar diambil lagi olehnya.

Bisa jadi 'kan dia menghabiskannya untuk foya-foya. Traktir sana sini, beli ini dan itu. Atau yang paling mengerikan dihabiskan dengan wanita lain.

Jika itu terjadi, aku takkan memaafkannya. Enak saja uangnya dipakai untuk memanjakan wanita lain. Memang aku dianggap apa.

Uang itu hasil jerih payah dari menjualkan tanah, rumah dan kendaraan orang. Juga menjual barang apa saja yang diamanahkan padaku. Masa iya mau diem aja dipakai selingkuh. Aku bukan wanita bodoh yang nerima dizolimi bagaimanapun juga. Lebih baik hidup tanpa suami kalau hanya jadi sapi perah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • REKENING RAHASIAKU   MOBIL BARU

    Hari ini aku dan mas Dodi pergi ke showroom. berniat membeli mobil secara cash. Aku Tidak akan memilih yang harganya terlalu mahal. cukup melihat secara fungsi saja. Lagi pula kami akan mengalokasikan uang yang dimiliki untuk membesarkan usaha. Biar harta pemberian orang tua berputar. Kalau dipakai untuk membeli barang konsumsi semua tentu habis tak tersisa. Karenanya aku juga menahan diri dari godaan benda-benda yang sebenarnya tidak terlalu penting. Sebagai wanita kadang aku ingin memiliki benda-benda tersebut. Tapi tetap berpikir ulang akan kepentingannya. Jangan sampai uang dihamburkan untuk hal-hal yang sebenarnya tidak diperlukan. Mas Dodi juga memiliki prinsip yang sama. Dia tidak lagi mementingkan gengsi seperti saudara-saudaranya. Katanya hidup dalam gengsi itu mahal. Bahkan cenderung menyiksa diri sendiri. Perubahan suamiku benar-benar sudah jauh. Tentu saja aku sangat berbahagia mendapatinya menjadi lebih baik dari hari ke hari. Aku pun bukan hal yang sama yaitu menjadi

  • REKENING RAHASIAKU   JUJUR

    MITASelang sebulan dari pembongkaran kasus makar terdengar berita bahwa Ferdi diciduk polisi. Rupanya sudah ada bukti kuat terkait kejahatan kejahatan orang tersebut. Katanya, sih, dia terancam masuk penjara sepuluh sampai dua puluh tahun. Kekayaannya pun disita.Kejadian itu menyempurnakan ketenangan hidupku dan Mas Dodi. Tak ada lagi ketakutan akan ada gangguan dari Ferdi. Juga hilanglah campur tangan para ipar sebab mereka perlu pencitraan diri demi harta hibah.Meski kami sudah memaafkan kesalahan masa lalu, kewaspadaan tetap dikedepankan. Tak boleh lengah oleh makar dan bujuk rayu menyesatkan. Aku dan mas Dodi sepakat untuk tidak terlalu dekat dengan mereka sebab menghindari bahaya. Tapi tetap bersikap sewajarnya. Tinggal satu masalah lagi, aku masih menyimpan satu rahasia dari mas Dodi, yaitu soal rekening yang berisi uang dua ratus juta lebih. Kalau digabungkan dengan uang hibah milik mas Dodi akan bisa jadi modal usaha cukup besar. Andai terwujud suamiku bisa keluar dari pek

  • REKENING RAHASIAKU   HUKUMAN

    Setelah mereka menjelaskan giliran kami berdua ditanyai. Juga diminta bukti-bukti atas kesaksian ini. Tentu saja kami memilikinya hingga percaya diri ketika harus mempertanggungjawabkan tuduhan di hadapan ayah. Setelah persoalan menjadi gamblang barulah ayah menyampaikan petuah-petuah pada saudara-saudara mas Dodi. Tak ada satupun yang luput dari kemarahan ayah. Mereka hanya bisa mendengar sambil menundukkan kepala ceramah yang sangat panjang. Bahkan aku melihat ayah seperti ingin menghantamkan tangan kepada anak-anaknya. Tapi beliau berusaha sekuat mungkin untuk menahan diri dari segala amarah."Ayah benar-benar kecewa memiliki anak yang sanggup berbuat buruk pada saudara sendiri. Dodi itu saudara kandung kalian. Mita itu istri saudara kandung kalian. Mereka bukan siapa-siapa tapi bagian dari anggota keluarga. saudara saja kalian seperti itu, bagaimana pada yang lain!"Mama sampai harus menenangkan Ayah tatkala kemarahannya sulit dikendalikan. Bahkan nafas Ayah sampai tersengal-se

  • REKENING RAHASIAKU   SIDANG KELUARGA

    "Kalau kau tak mengganggu rumah tanggaku aku pun takkan mengusikmu. Jika kau ingin aku diam, berhentilah mengganggu kami, pergilah dari hidup kami!" balas mas Dodi. Ferdi menggebrak meja hingga alat-alat makan yang ada di sekitarnya berloncatan. Gebrakan itu tentu saja menimbulkan kekagetan pada diri sekutunya. Meski kaget, aku berusaha untuk tidak memperlihatkan."Kalian semua bodoh! Mudah sekali diperdaya mereka! Sudah dikasih duit gede, kerja gak becus, bangsat!"Ferdi nengarahkan telunjuknya pada Adi dan yang lain. Satu tangan lain diletakan di pinggang. Telihatlah wajah asli Ferdi hari ini. "Tenang, Bang, kita bicarakan baik-baik!" sanggah Adi. "Gak perlu, muak gue liat lo semua!"Setelah berkata begitu, Ferdi membalikkan badan. Ia pergi tanpa menoleh lagi ke arah kami. Dan, saudara - saudara mas Dodi pun berbicara satu sama lain. Mereka saling menyalahkan.. Benar-benar tak punya otak, bukannya malu atas kesalahan, malah mikir diri sendiri."Oke, karena tugas sudah selesai, ka

  • REKENING RAHASIAKU   MURKA

    Kursi kosong di lingkaran meja besar ini hanya tersisa dua. Untuk itu yang duduk hanya aku dan mas Dodi. Boni dan Meta berdiri sambil merekam kejadian. Mereka juga tengah siaga untuk mengantisipasi sesuatu yang tak diinginkan."Ka, kalian, apa maksud kedatangan kalian ke sini dan kenapa kalian bisa datang bersama, bukankah-?" tanya Mbak Winda dengan suara tergagap-gagap. Dia bertanya sambil tangannya berpegangan pada tangan mas Agus. Mungkin saking butuh pegangan agar tak jatuh dari kursi. "Harusnya aku yang bertanya, ada apakah gerangan hingga kalian makan-makan besar tanpa mengundang kami?" tanya mas Dodi.Orang-orang yang duduk di hadapan kami saling pandang. Lalu mereka bicara satu sama lain. Aku dan mas Dodi membiarkan dulu orang-orang tersebut menetralisir kekagetannya."Do, bukannya kamu sedang menggugat cerai Mita, kenapa sekarang kalian datang berdua?" tanya mas Agus."Kami melakukan apa yang kalian lakukan, yaitu main drama. Hubunganku dan Mitha baik-baik saja sebab kami ta

  • REKENING RAHASIAKU   SIAPA SANGKA

    Kami akan menuntaskan drama ini dengan menggerebek komplotan tukang fitnah. Langkah yang benar-benar matang telah digariskan. Semua memiliki tugas penting untuk dijalankan.Planing ini sudah disusun sedemikian rupa hingga bisa dibilang sempurna. Kami tak mau ada kegagalan. Prinsip yang dipegang adalah harus sukses. Komplotan penjahat itu harus diringkas dan diberi pelajaran berharga.. Jika mereka dibiarkan melenggang, tentu saja tidak baik untuk perkara ke depan. orang-orang tersebut tidak akan pernah berhenti mengganggu dan menganiaya kami. Untuk itulah perlu pemberian pelajaran yang sanggup menghentikan kejahatan. Aku sampai ngakak ketika mas Dodi mengirim foto selfienya di pengadilan agama. Apalagi ketika sambil pegang berkas. Itu aku yang siapkan. Isinya kertas kosong.Bukan hanya satu pose yang dilakukan tapi banyak lagi. Dia mengambil spot-spot yang akan mewujudkan kepercayaan orang-orang. tampang pun dibuat kusam dan menyedihkan. aku yakin para begundal itu akan percaya bahwa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status