"Yah, hujan." Raina yang baru saja keluar dari minimarket harus mengurungkan niatnya untuk kembali ke rumah karena turun hujan. Ia pergi ke minimarket untuk membeli beberapa camilan. Tadi, Dian sudah menyuruhnya untuk membawa payung, tapi Raina menolak karena ia pikir langit hanya mendung dan tidak akan turun hujan. Ternyata dugaannya salah.
"Raina."
Merasa namanya dipanggil, ia pun menoleh ke arah samping. "Eh, Arka."
Ya, orang itu adalah Arka.
"Lo beli apa?" tanya Arka.
"Ini gue beli snack biar bisa nemenin waktu nonton film."
"Gue beli minum dulu. Tungguin, ya, gue gak lama kok."
"Oke."
Tak butuh waktu lama, Arka sudah keluar dari minimarket.
"Nih, buat lo." Arka memberikan sebotol minuman pada Raina yang langsung diterima oleh cewek itu.
"Makasih."
"Lo mau ke mana? Kok lewat sini?" tanya Raina. Karena yang ia tahu, rumah Arka bukan arah sini.
"Oh itu, gue lagi mau ke rumah teman gue. Kebetulan di
"Raina! Gawat," ucap Luna dengan wajah panik. Cewek itu baru saja tiba di kelas."Kenapa Lun?" tanya Raina."Rian.""Kenapa dia?""Dia lagi berantem sama adik kelas. Lo harus lerai dia.""Berantem lagi?" Raina geleng-geleng kepala. Tidak habis pikir dengan Rian. Setiap hari cowok itu selalu saja membuat keributan.Raina yang tidak mau ikut campur pun, terpaksa harus turun tangan. Agar Rian tidak memukul orang-orang secara berlebihan."Mereka berantem di mana?" tanya Raina."Di depan kelas X IPA 2.""Oke." Raina pun segera keluar dari kelas untuk menghampiri Rian.Setibanya di sana, Raina melihat kerumunan murid yang ada di depan kelas X IPA 2. Mereka tampak berteriak menyoraki nama Rian.Raina segera masuk ke dalam kerumunan tersebut. "Rian! Stop!" pekiknya.Rian menoleh pada Raina, namun hanya sejenak. Setelah itu ia kembali melayangkan pukulan pada adik kelasnya."Ayo Rian pukul aja."
"Eh, Non Raina. Mau ketemu Den Rian, ya?" ucap seorang wanita paruh baya yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah Rian.Raina memang kini sedang berada di rumah Rian. Ia datang ke sini karena disuruh Dian mengantarkan kue untuk Rian. Awalnya, Raina menolak karena ia sangat malas jika harus bertemu dengan Rian, namun karena Dian sudah terus memaksanya, mau tidak mau ia menuruti."Em, Rian ada gak Bi?" tanya Raina."Ada kok Non. Masuk aja ke dalam.""Gak usah deh. Aku mau nitip ini sama Bibi aja boleh, ya. Tolong kasih ke Rian." Raina memberikan kotak makan berisi kue pada asisten rumah tangga tersebut."Kalau gitu aku pulang dulu, ya, Bi."Saat Raina hendak pergi, tiba-tiba suara Rian menghentikan langkahnya."Ngapain lo ke sini?" tanya Rian.Raina membalikkan badannya lalu menatap Rian."Antarin kue dari nyokap gue. Terserah lo mau makan kuenya atau enggak. Itu udah bukan urusan gue lagi.""Eh, tunggu. G
Raina berjalan ke perpustakaan untuk mengembalikan buku yang kemarin dipinjamnya. Namun, saat di perjalanan, ia bertemu Wanda.Wanda segera mengadang jalannya."Minggir. Gue mau lewat." Wanda menggeleng."Guys," panggil Wanda pada kedua temannya yang sedari tadi berada di belakang Wanda. Mereka yang mengerti dengan panggilannya pun segera mendekati Raina lalu memegang kedua tangan Raina."Eh, lepasin! Kalian mau ngapain sih?" Raina mencoba memberontak agar mereka melepasnya, namun keduanya semakin memegang tangannya dengan erat."Bawa dia." Keduanya pun mengangguk lalu mengikuti Wanda sembari memegang Raina.Wanda menghentikan langkahnya tepat di depan toilet yang sudah tidak dipakai."Bawa dia ke dalam."Kedua teman Wanda membawa Raina ke dalam toilet tersebut."Kalian mau ngapain sih, hah?" tanya Raina yang sudah mulai curiga."Lo diam aja bisa gak?""Gue gak akan diam sebelum lo lepasin gue."Wand
Rian baru saja keluar dari kelasnya bersama Liam dan Andi."Eh, Raina. Tumben ke sini. Mau pulang bareng, Rian, ya?" tanya Andi melihat Raina yang kebetulan sedang berdiri di depan kelas mereka."Enggak. Cuma mau ngomong sama dia aja."Andi menyenggol lengan Rian. "Raina mau ngomong sama lo tuh. Buruan ajak ke cafe kek atau ke mana kek.""Bisa diam gak lo? Bacot mulu dari tadi.""Sorry."Rian beralih menatap Raina. "Mau ngomong apa? Buruan.""Bisa kita ngomongnya di tempat lain aja gak?"Rian berdecak. "Aneh-aneh aja sih. Ya udah ayo.""Yam, Di, gue duluan.""Hati-hati, Bro. Anak orang jangan lo apa-apain."Rian tidak peduli dengan ucapan Andi yang menggodanya. Ia terus berjalan membiarkan Raina mengejarnya.*****"Mau ngomong apa?" tanya Rian saat mereka sampai di sebuah taman yang tidak jauh dari sekolah.Raina memang meminta Rian untuk berhenti di taman. Ia ingin berbicara dengan Ria
"Rian!"Raina terkejut melihat Rian yang sedang duduk di kursi teras rumahnya. Untuk apa cowok itu datang pagi-pagi seperti ini?"Ngapain lo di sini?" tanya Raina."Jemput lo.""Jemput gue?""Nanya mulu lo. Buruan. Nanti telat.""Bukannya lo udah biasa kalau telat?""Emang lo mau dihukum sama Bu Ani?" tanya Rian balik.Raina segera menggeleng. "Enggaklah.""Ya udah buruan. Lama banget.""Iya, iya. Judes banget sih.""Bisa jalan sendiri?""Bisa."Rian memperhatikan Raina yang berjalan dengan sangat pelan karena kakinya masih sedikit sakit.Rian berdecak. "Lama banget."Rian berjongkok di hadapan Raina. "Ayo naik.""Gak usah. Gue bisa jalan kok.""Kalau lo jalan kayak siput gitu yang ada kita bisa telat.""Ya udah gue naik, tapi jangan ngeluh kalau gue berat, ya.""Buruan!"Raina pun naik ke punggung Rian. Setelahnya Rian bangkit, lalu berjalan ke
"Jadi kita mau nonton film apa, Lun?" tanya Raina pada Luna.Raina, Risa, dan Luna kini sedang berada di bioskop. Luna tadi meminta Raina dan Risa untuk menemaninya ke bioskop. Awalnya Raina ingin menolak ajakan Luna. Karena ia sedang malas keluar rumah, tapi karena Luna terus memohon dan Luna juga bilang kalau dia yang akan membayar tiket nonton membuat Raina mau tidak mau menerimanya."Jangan bilang lo mau nonton film romantis yang menye-menye," sahut Risa."Menye-menye apaan? Film yang bakal kita nonton itu bagus banget. Bahkan gue udah nonton tiga kali."Raina dan Risa melotot tidak percaya. Mereka pikir Luna memohon-mohon pada mereka untuk menemaninya karena cewek itu belum menonton film yang sangat ingin ditontonnya. Padahal, Luna malah sudah menonton tiga kali."Eh, serius lo, Lun?"Luna mengangguk. "Serius. Tiga rius malah.""Kalau lo udah nonton kenapa nonton lagi? Udah lah pulang aja. Gak usah nonton," ucap Risa. Ia hendak m
"RAINA!"Rian memasuki kelas Raina dengan wajah garangnya. Membuat seisi kelas ketakutan."Mana Raina?" tanya Rian pada seorang cewek berkacamata. Cewek itu tampak ketakutan karena Rian menatapnya dengan tajam."Jawab! Gak punya mulut, ya?" sentaknya membuat cewek itu semakin ketakutan."Ra-Raina be-belum datang," jawabnya terbata-bata.Rian pun berbalik badan hendak keluar dari kelas Raina. Namun, saat ia sampai di depan pintu, ia berpapasan dengan Raina yang hendak masuk ke dalam kelas.Tanpa sepatah kata, Rian langsung menarik tangan Raina dengan cukup kasar. Tidak peduli jika cewek itu mengadu kesakitan."Kenapa sih harus narik-narik segala? Sakit tahu." Raina mengusap-usap tangannya yang sedikit memerah karena ulah Rian.Rian membawanya ke rooftop sekolah."Jelasin ke gue yang kemarin.""Kemarin yang mana?" tanya Raina pura-pura tidak mengerti."Cowok yang ngaku tunangan lo itu.""Buruan jelasin
Rian menghentikan mobilnya saat mereka sampai di rumah Raina."Makasih buat makan malamnya dan makasih udah antarin gue," ucap Raina.Rian hanya mengangguk."Gue harap lo jangan kecewa sama orang tua lo, ya. Mungkin mereka sibuk banget makanya mereka gak bisa ninggalin pekerjaan mereka," ucap Raina mencoba menghibur Rian. Karena ia tahu betul Rian masih kecewa dengan kedua orang tuanya."Hm.""Kalau gitu gue masuk dulu." Raina melepas seat beltnya. Ia membuka pintu mobil. Saat ia hendak keluar dari mobil, Rian memanggilnya membuat Raina menoleh pada cowok itu."Makasih."Raina mengerutkan keningnya. "Makasih? Untuk?""Karena udah mau nemenin gue makan malam."Raina tersenyum simpul. "Sama-sama. Bye."Setelah Rian pergi, barulah Raina masuk ke dalam rumahnya.Raina melepas sepatu high heelsnya, tak lupa ia juga mengganti baju dan menghapus make up-nya. Setelah selesai, ia membaringkan tubuhnya di kasur.