Bab 28
"Mbak, maaf, boleh saya lihat cctv?" tanyaku padanya.
"Maaf, Mbak, atas keperluan apa?" tanyanya balik.
"Mau lihat mantan suami saya dengan istri barunya memperlakukan anak saya," sahutku.
"Saya tanya manager dulu ya, Mbak," timpalnya lagi.
Kemudian, karyawannya meminta izin. Namun, manager tidak mengizinkannya. Aku pun hanya bisa menghela napas berat. Harapanku sirna saat ini, kami tidak bisa memaksa pihak cafe, sebab tidak ada kepentingan penyidikan untuk kami. Alasanku dianggap hanya untuk kepentingan pribadi, dan dapat merugikan pelanggannya. Ya, aku salah bicara, seharusnya bilang saja istri baru suamiku telah melakukan penganiayaan.
Akhirnya aku dan Mas Reno keluar dari cafe itu dengan tangan hampa. Kami berjalan keluar, saat itu juga terlihat Mas Taka dan Amira j
Bab 29Amira tampak tegang seketika. Dahinya mengkerut ketika aku menuduhnya tadi. Bukan sekadar menuduh, bukti sudah kupegang, jadi jika ia mengelak pun akan kutantang dengan menunjukkan bukti-bukti.Seisi rumah tegang. Kulihat asisten rumah tangganya Amira pun mengintip kami yang sedang berdebat. Ia terlihat ada di balik kulkas dua pintu milikku. Ya, kulkas itu milikku ketika dulu menikah dengan Mas Taka.Amira memandang sudut mata Mas Taka sambil menggandengnya erat-erat. Sedangkan mantan suamiku itu terlihat menyoroti gelagat Amira, sebentar-sebentar bola matanya pun tampak pindah menyorotku.Mas Reno yang mendampingiku hanya diam, ia tidak mau turut campur jika masih di atas kewajaran. Pesanku sebelum masuk ke rumah Amira seperti itu. Biarkan ini menjadi urusanku dengan mereka. Jangan sampai ikut campurnya Mas Reno menjadi bulan-bulanan mer
Bab 30"Mbok! Apa-apaan sih?" Amira tampak marah ketika mendapati orang yang ia bayar mengkhianatinya. Mungkin karena sosok Dika yang jadi taruhannya."Cukup Amira. Kan aku sudah tanya pada kamu waktu mau merawat Dika. Kamu bersedia atau nggak, kalau nggak aku nggak maksa, kita sudah jadi suami istri, seharusnya jangan ada tekanan ketika melakukan sesuatu. Apalagi Dika masih memiliki Ibu, kan kamu yang memaksa Dika tinggal di sini," ungkap Mas Taka membuatku terkejut. Jadi Amira yang bersikeras untuk mempertahankan Dika? Maksudnya apa?"Mas, aku minta tolong berikan Dika padaku. Sekarang kamu pilih mau kulaporkan ke perlindungan anak, atau serahkan Dika?" tanyaku memberikan pilihan.Jadi ingat kata-kata Mas Reno beberapa hari yang lalu, jika Tuhan mengizinkan aku untuk merawat Dika, maka akan ada jalannya. Ya, dia berkata seperti itu di saat seorang pengacara
Bab 31POV AmiraKupikir mendapatkan suami yang mapan pekerjaan, itu membuat bahagia. Kupikir mengalihkan perasaan sesingkat mungkin, itu bisa melunturkan rasa cinta yang telah lama. Namun, semakin aku mencoba melupakan, semakin berat rasanya dan justru kini keadaannya berbanding terbalik.Benar kata pepatah, janganlah mencintai seseorang terlalu dalam. Begitu pula sebaliknya, jangan membenci seseorang sampai sebegitunya. Sebab, Tuhan akan dengan mudah membolak-balikkan hati manusia. Benci dan cinta itu beda tipis, jika berlebihan semua akan berbanding terbalik. Ya, semua yang berlebihan memang tidak akan baik.Menikah dengan mantan suami dari wanita yang telah menghancurkan rumah tanggaku, ternyata tidak seindah yang kupikirkan. Balas dendam hanya membuat lelah perasaan ini saja, semakin aku membalas, justru akulah yang menderita.Pernikahanku dengan Mas Taka tidak bahagia, itu menurutku, entahlah bagaimana dengan Mas
Bab 32"Oh gitu ya." Aku menjawabnya singkat."Iya, aku permisi beres-beres dulu ya," ucapnya. Kemudian, ia pergi bergegas dengan membawa Dika.Aku pulang kembali, lalu bicara dengan Mas Taka mengenai kepindahan mereka di belakang rumah."Kok bisa kebetulan gitu ya? Kenapa bisa persis kejadian dua tahun lalu, rumah kita saling membelakangi," ucap Mas Taka teringat masa-masa itu."Ya, tapi kan rumah sekarang sudah direnovasi belakang, apa belum juga?" tanyaku pura-pura. Padahal aku pun sudah tahu bahwa halaman belakang masih melompong. Aku pikir rumah kosong di belakang kami ini, ternyata justru rumah Mas Reno."Rumah ini tertutup meskipun ada pintu belakang. Tapi rumah tetangga belakang, halamannya masih kosong," sahut Mas Taka."Jadi, kamu jangan be
Bab 33Sepertinya Diana dan Mas Reno waspada, mereka sengaja memakai asisten rumah tangga agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.Aku perhatikan mereka berdua sangat dekat, Mas Reno tidak pernah diam-diam melirikku. Semudah itu ia melupakan wanita yang telah membersamainya saat terpuruk dulu? Namun, teringat Mas Taka juga dengan mudahnya melupakan Diana, aku jadi berinisiatif, bahwa Mas Reno harus dipancing dengan wanita lain, bukan aku."Mas, kita pamit aja yuk! Punggungku pegel nih," ajakku, bosan menyaksikan kemesraan mereka yang selalu menggenggam tangan berdua.Mas Taka mengernyitkan dahi, baru saja duduk dan minum, Dika pun baru pindah di pangkuannya setelah tadi aku pangku sebentar tapi nangis, tapi aku sudah ngerengek minta pulang.Mas Taka memberikan Dika pada Diana lagi, ia tidak perna
Bab 34Kemudian Gea pamit sebelum Mas Taka pulang. 'Maaf, Mas, kamu yang jadi korbannya lagi, aku tahu ini salah, tapi sudah dua tahun aku menahan perasaan hanya demi menghargaimu, Mas,' gumamku dalam hati.Ternyata selama ini aku salah, dulunya aku berpikir bahwa Mas Reno tidak bekerja hanya jadi benalu saja, tapi kenyataannya, ia masih punya rasa tanggung jawab terhadap wanita.Jam dinding telah menunjukkan pukul 17:00 WIB. Jam orang pulang kantor sudah terlewati. Aku menyiapkan makanan untuk Mas Taka. Sebentar lagi ia pulang ke rumah, aku harus menyiapkan semua. Namun, tiba-tiba aku teringat bahwa untuk memancing Mas Taka menceraikanku yaitu membuat ia jemu dengan sikap dan tingkah laku istrinya."Sebaiknya aku tidak usah menyiapkan makan malam untuknya," ucapku bicara sendirian sambil menyunggingkan senyuman. 
Bab 35"Mas Taka," gumamku sembari bangkit dan menghampirinya. Sungguh aku benar-benar tidak tahu lagi harus berbuat apa saat ini. Bibirku kaku, tak mampu mengelak karena suamiku menyaksikan telak di depan matanya aku menggoda suami orang.Aku berjalan setengah berlari, pakaian yang sudah sedikit terbuka pun aku tutup secepatnya. Mas Taka terdiam menyorotiku, ia seperti kecewa dengan tindakan yang aku lakukan.Sujud di kakinya hanya itu yang kulakukan, sebab aku tidak ingin malu di hadapan Mas Reno juga."Mas, maafin aku," lirihku padanya. Namun, ia tidak bicara sepatah kata pun."Mas, tolong maafkan aku, maaf sungguh aku minta maaf padamu, Mas," rayuku lagi."Cepat ikut aku!" perintahnya setelah aku sujud di kakinya. Tanpa berpikir panjang aku menuruti kata-katanya. Aku menol
Bab 36Aku coba membuka mata yang kututup dengan tangan. Kemudian, kulihat wanita yang memegang kayu, ternyata Diana, wanita yang kini jadi istrinya Mas Reno.Lelaki tadi jatuh tersungkur tak sadarkan diri. Sedangkan aku yang masih takut langsung dipeluk oleh Diana."Amira! Kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan nada panik. Kini aku berada tepat di bahunya, bahu wanita yang tadinya ingin kuhancurkan rumah tangganya."Terima kasih," ucapku dengan napas masih tersengal-sengal. Jantungku masih berdetak kencang saling berkejaran. Namun, Diana terus coba menenangkan."Tidak ada air minum di sini, ke mobilku yuk! Kamu harus minum untuk menenangkan diri," ajaknya sembari menuntunku ke mobil.Jarak dari tempatku ke parkiran mobilnya sangat jauh, aku dituntunnya sampai ke tempat ia parkir. Kemudian, Diana membuka pintu lalu menyuruhku duduk di mobilnya, tepatnya di sebelah sopirnya yaitu Diana.Aku teru