Share

Bab 4

Penulis: Siti_Rohmah21
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-03 02:32:02

Bab 4

Lebih baik aku ke rumah Mas Reno saja, memberikan informasi ini, bahwa istrinya ada main dengan suamiku. 

Akhirnya aku suruh taksi online untuk kembali ke lokasi penjemputan. Ya, aku akan labrak istrinya Mas Reno nanti. Begitu juga dengan Mas Taka, jika ia pulang nanti, akan kumarahi abis-abisan di rumah. Sudah lama mulut ini tidak memberikan ceramah panjang padanya.

Aku duduk bersandar sambil melipat kedua tangan. Teringat masa-masa bersama Mas Taka, ia orang yang sabar, tidak pernah neko-neko, tiap kali aku memarahinya, pasti ia hanya diam, justru malah berbalik memelukku. Namun, bayang-bayang nama Amira kini tersemat di hatiku, otak ini tak berhenti berprasangka buruk padanya. 

Setibanya di rumah Mas Reno, aku pun segera masuk, khawatir ada tetangga depan atau samping yang melihat kedatanganku.

Aku ketuk pintunya, kulihat Mas Reno sedang menggiling pakaian di mesin cuci, ternyata ia rajin sekali di rumah, melakukan aktivitas wanita saja ia tidak malu.

"Kok kamu ke sini?" tanya Mas Reno sambil menarik lenganku, kemudian menutup pintunya dengan cepat.

"Aku ke sini mau bicara sesuatu," ucapku sambil melipat kedua tangan, sedangkan Mas Reno sibuk membuka bajunya yang terlihat basah. "Pakai baju sana! Ada aku malah buka baju, nanti aku kepengen gimana?" ejekku membuat Mas Reno justru menarik lenganku ke sofa hingga jatuh di pangkuannya. 

Jantungku berdetak kencang sekali, pesonanya mulai menggoda lagi. Namun, kali ini aku masih ingat dan sadar bahwa tujuanku saat ini justru membicarakan istrinya.

"Kok malah menghindar?" tanyanya di saat aku turun dari pangkuannya.

"Aku ke sini mau kasih tahu kamu, bahwa Amira ada hubungan gelap dengan Mas Taka," ujarku membuat Mas Reno tertawa lepas.

"Nggak mungkin, Amira itu istri penurut, dia nggak neko-neko, Amira sangat mencintaiku, buktinya aku nganggur sebulan ini saja ia tidak mempermasalahkan hal itu," sanggahnya membuatku sedikit cemburu. Ia memuji Amira di hadapanku, sedangkan aku adalah wanita yang pernah tidur dengannya juga.

"Kan ada video juga ia sedang duduk berdua," timpalku.

"Duduk doang, itu nggak masalah, dia nggak mungkin melakukan itu," sanggahnya lagi.

Aku menggelengkan kepala, lalu duduk kembali di sebelahnya.

"Kamu puji-puji Amira di hadapanku, Mas. Berati selama ini aku hanya jadi pelampiasanmu? Hah!" sungutku di hadapannya persis. 

"Nggak begitu juga, maksud aku tuh, kalau kamu nilai istriku mau dengan suamimu, itu salah. Amira tidak akan berbuat kotor seperti itu, ia wanita karir, ettitude nya sangat baik, sebelum berangkat kerja ia membuat sarapan layaknya seorang istri, jadi sepertinya kamu salah," timpal Mas Reno masih memuji Amira. Kali ini aku benar-benar emosi, kenapa ia bandingkan aku dengan Amira?

"Kenapa kamu bandingkan aku dengan dia, Mas? Bukankah kamu menikmati saat bersamaku?" tanyaku memastikan. Sembarangan saja mulutnya membandingkan aku dengan Amira.

"Buktikan kalau memang kamu lebih baik dari Amira, ayolah Sayang, aku sudah buka baju nih," ajaknya. 

Benar-benar Mas Reno menantangku, tujuan awal mau melaporkan Amira dan Mas Taka, justru sekarang aku terjebak dengan rayuannya.

Perasaanku saat melihat ketampanannya memang tidak bisa diajak kompromi, akhirnya aku dan Mas Reno malah bermesraan lagi di rumahnya. Hingga aku terbuai dalam dekapannya.

Waktu sudah hampir sore, sudah beberapa jam aku berada di rumah Amira. Mas Reno mengintip jendela supaya aku bisa keluar dari rumah ini. Namun, ibu-ibu sedang kumpul di depan rumah Mas Reno sambil menyuapi anak-anak mereka.

"Aku nggak mungkin keluar, malah sudah sore gini," bisikku pelan.

"Iya, di sini aja dulu, lagian Taka kan ke luar kota," celetuknya membuatku teringat apa yang dikatakan orang kantor tadi.

"Mas, kan tadi aku ke sini karena tahu dari orang kantor bahwa suamiku tidak ada jadwal ke luar kota hari ini, justru ia meeting dengan PT. Jaya Kosmetik, tempat istrimu bekerja," jelasku dengan suara pelan. Sebab, khawatir tetangga dengar.

 "Kenapa kamu nggak bilang dari tadi?" tanya Mas Reno balik.

"Tadi sudah mau bilang, tapi kamu tuh yang malah ngajakin," timpalku gemas. 

Kemudian, Mas Reno melihat ke arah jadwal istrinya. Lalu sambil menghela napas, ia menepuk keningnya.

"Ternyata Amira tuh ke luar kota bulan depan, aku salah lihat bulan," tuturnya membuatku kesal.

"Lalu suamiku? Kenapa ia pamit ke luar kota?" Pertanyaan yang kulontarkan membuat bola mata Mas Reno berputar.

Kemudian, aku coba hubungi Mas Taka sekali lagi. Namun, ponselnya masih tidak aktif. Begitu juga dengan Mas Reno, ia melakukan hal yang sama sepertiku, menghubungi Amira, tapi hasilnya juga sama.

"Berati kita selingkuh, malah dibalas selingkuh?" tanya Mas Reno membuatku merengut.

"Kita nggak selingkuh, aku hanya nyaman di dekat kamu, untuk masa depan, aku tetap ingin bersama Mas Taka," sanggahku. Ya, aku memang salah telah bermain api, tapi aku tidak rela jika Mas Taka menduakanku, apalagi dengan Amira, beda jauh kelasnya, aku cantik dan modis, makanya Mas Reno pun mengejarku, yang jelas-jelas stri orang.

Mas Reno menarik pergelangan tanganku. "Kamu pikir, aku menggodamu karena cinta? Nggak! Aku hanya ingin memuaskan n*fsuku saja," celetuknya membuatku marah.

"Kamu ...." Ucapanku terhenti karena dengar suara berisik di depan. Mas Reno pun segera mengintipnya, kulihat matanya membulat dan tubuhnya terlihat kaku ketika melihat ke arah luar. Kemudian, ia menghampiriku dan menarik pergelangan tangan ini.

"Kenapa, Mas? Di depan ada apa? Ada tamu, ya?" tanyaku padanya yang terlihat panik dan sontak menyeretku setelah melihat ke depan.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 50

    Bab 50Mas Taka sontak melepaskan dekapan Diana. Begitu juga sebaliknya, Diana segera mundur dan mengedarkan pandangannya ke arahku. Kemudian, ia tersenyum lekat sambil menghapus air matanya.Aku menghampiri Mas Taka, lalu menggandeng lengannya yang masih terdiam kaku di depan pintu."Maaf, aku bikin suasana rumah ini jadi kacau, sekali lagi maaf," ucap Diana sambil menunduk.Mas Taka menatapku, ia masih terdiam membisu."To the point aja, ada apa Diana? Kenapa datang-datang langsung nyergap suami orang?" cecarku sedikit sinis. Sebab, kecemburuan suatu hal yang wajar terjadi jika menyaksikan kejadian singkat tadi.Tidak lama kemudian, Mas Reno muncul turun dari mobil, membawa Dika dengan menggendongnya. Ada tawa yang terdengar renyah di ujung sana.

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 49

    Bab 49"Siapa itu Taka?" tanya mertuaku pada anaknya. Dengan jawaban yang sama, ia hanya menggelengkan kepalanya.Kemudian, kami melepaskan seat. Setelah itu terlihat kaki seseorang turun dari mobil tersebut. Dari high heels yang dikenakan sudah terlihat ia adalah wanita.Aku coba tarik napas, lalu menoleh ke arah Mas Taka sesekali, dan memusatkan perhatianku padanya."Rosa kah itu?" tanyaku. Mamaku yang masih berada di dalam mobil, berusaha menepuk bahu ini dari belakang."Jangan emosi dulu, bicarakan baik-baik di dalam rumah," pesan Mama Silvi, mamaku. Seharusnya ia tidak berada di sini. Namun, karena aku khawatir dengannya, jadi meminta mama ikut ke rumah lebih dulu.Aku melontarkan senyuman pada mama dan mertuaku. Kemudian, kembali menyorot Mas Taka."

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 48

    Bab 48"Apa, Amira? Barusan kamu bicara apa?" tanya mamaku seperti meringis kesakitan.Tiba-tiba saja aku teringat, bahwa mama lemah jantung. Astaga, apa yang aku lakukan barusan?"Mah, Amira tidak bicara sungguhan, ia hanya main-main supaya diizinkan tetap bersama Taka, percayalah," lirih Mas Taka menghampiri. Aku baru tersadar, bahwa inilah tujuan Mas Taka menyuruhku ikut bersama mama, hanya ingin menjaga kondisi mertuanya baik-baik saja. Namun, aku sendiri yang membuyarkan rencana Mas Taka.Bruk!Mama ambruk seketika, ia jatuhkan bobot tubuhnya ke lantai."Mah!" teriakku ketika melihat sosok wanita yang membesarkanku kini jatuh lunglai ke lantai.Mas Taka membantu mengangkat mama dan membawanya ke rumah sakit. Aku yang selepas operas

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 47

    Bab 47"Nanti kita lihat saja di rumah ya, aku nggak bisa bicara sambil nyetir," ucap Mas Taka membuatku tambah penasaran. Apa yang sebenarnya ia rahasiakan dariku? Kenapa nunggu sampai di rumah?Aku terus menerus mempertanyakan dalam hati. Sesekali mataku melirik ke arahnya. Ia terlihat agak pendiam, tidak banyak bicara dan bersikap mesra seperti yang dilakukan biasanya. Dingin, kini Mas Taka berubah sedingin es, lelaki yang sudah berjanji telah memaafkan kini sikapnya berubah lagi.Otakku terus berputar, mengingat apakah ada kesalahan yang kuperbuat namun belum diketahui olehnya. Aku ingat-ingat tapi tidak ada satu pun yang melintas di kepala ini."Mas, jika ada satu kesalahan yang belum kusadari, tolong beritahu, aku ingin memperbaikinya," pintaku membuat ia menoleh. Sayup matanya memandangku diiringi senyuman tipis.&nbs

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 46

    Bab 46"Taka, kamu pindahin aja istrimu ke kelas 2, ngapain di VVIP," sindirnya membuatku menelan ludah. Tidak seperti biasanya ia bersikap seperti itu.Aku hanya tertunduk, sebab sebelumnya aku juga sudah memintanya untuk memindahkan aku ke ruangan yang sesuai dengan asuransi, supaya tidak menjadi beban keluarga."Mah, dua hari lagi juga sudah boleh pulang kok, nggak apa-apa di sini dulu," jawab Mas Taka membelaku.Diva hanya menunduk, sesekali wajahnya menatapku juga, tapi tidak seperti biasanya. Ada apa dengan mereka?"Mah, kalau aku ada salah, maafin aku," ucapku coba berlapang hati meminta maaf lebih dulu."Nggak, Amira, ini bukan tentang minta maaf, tapi tentang harga diri!" celetuk mertuaku membuatku sedikit mencerna ucapannya."Apa maksud Mam

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 45

    Bab 45"Kenapa bisa banyak darah, Sus? Padahal saya tidak merasakan sakit apa-apa?" tanyaku penasaran. Sebab, jika pendarahan, tentu aku mengalami nyeri hebat."Sebentar, Bu. Saya mau cek bagian saluran air seninya dulu," balasnya.Suster itu sangat sibuk memeriksa kenapa banyak darah yang berceceran di selimut hingga baskom untuk air kencing. Dengan cekatan ia membuang lebih dulu isi baskomnya. Kemudian, memeriksa kembali.Mas Taka yang trauma melihat darah ketika kemarin aku pendarahan pun pamit keluar."Sebentar ya, Bu. Kita ulang kembali masang kateter lagi. Sama pembalutnya diganti," ujar suster."Apa nggak bisa dilepas saja, Sus?" tanyaku balik."Nunggu 24 jam, Bu," jawabnya."Tapi ini kenapa kok bisa ba

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status