Share

ROMANSA DESEMBER Season 1 : Daniel and Stefany
ROMANSA DESEMBER Season 1 : Daniel and Stefany
Author: Zemira Fortunatus

1. Daniel dan Stefany

last update Huling Na-update: 2025-11-21 18:48:11

Daniel Alexander dan Stefany Madison adalah dua orang anak remaja yang tinggal di desa Bibury, Cotswolds, Inggris. Persahabatan mereka telah tumbuh sejak keduanya masih balita, dan ikatan diantara mereka semakin kuat seiring berjalannya waktu.

Desa Bibury, terletak di jantung Cotswolds, dikenal karena keindahan alamnya yang menakjubkan. Rumah-rumah batu tradisional yang cantik berseliweran di sepanjang sungai yang mengalir tenang melalui desa. Pepohonan hijau menjulang tinggi di sekitar desa, memberikan tempat yang sempurna untuk petualangan Daniel dan Stefany.

Daniel, seorang anak lelaki remaja yang ceria dan penuh energi, senang menjelajahi alam di sekitar desa itu. Dia gemar bermain di hutan yang rimbun atau mengikuti sungai kecil yang meliuk-liuk di padang rumput hijau. Stefany, di sisi lain, adalah anak remaja perempuan yang kreatif dan penuh imajinasi. Dia sering kali membawa buku catatan dan pensilnya ke tepi sungai atau ke bawah pohon rindang untuk menggambar alam sekitar atau mencatat pengamatan tentang flora dan fauna yang tumbuh di sana.

Keduanya sering menghabiskan waktu bersama, menjelajahi setiap sudut desa dengan rasa keingintahuan yang besar. Mereka sering berpetualang ke Bukit Arlington yang menjulang tinggi di luar desa, menantang diri mereka sendiri untuk mencapai puncaknya dan menikmati pemandangan spektakuler Cotswolds yang terbentang di bawah mereka. Pada hari-hari yang cerah, keduanya sering membawa bekal dan piknik di tepi sungai, sambil menikmati hangatnya matahari dan suara gemericik air yang tenang.

Namun, persahabatan mereka tidak hanya tentang petualangan di alam. Keduanya juga saling mendukung dan menghibur satu sama lain di saat-saat sulit. Ketika Daniel merasa sedih karena kucing peliharaannya hilang, Stefany selalu ada di sana untuk menghiburnya dengan cerita lucu atau permainan yang menyenangkan. Begitu pula sebaliknya, ketika Stefany merasa cemas karena ujian di sekolah, Daniel dengan sabar membantunya belajar dan memberikan semangat.

Desa Bibury sendiri adalah tempat yang indah dan damai. Dikelilingi oleh perbukitan yang hijau dan padang rumput yang luas, desa ini menawarkan kedamaian dan ketenangan yang jarang ditemukan di tempat lain. Rumah-rumah batu yang klasik dan jalan-jalan kecil yang terpaving menambah pesona desa ini. Setiap sudut desa memiliki kecantikan tersendiri, mulai dari gereja kuno yang megah hingga toko-toko kecil yang menjual barang-barang kerajinan tangan lokal.

Daniel dan Stefany dilahirkan dan dibesarkan di desa ini, dan keduanya sangat mencintai tempat kelahiran mereka. Daniel dan Stefany merasa beruntung bisa tinggal di desa Bibury sebagai rumah mereka, tempat di mana petualangan tak terbatas menanti keduanya di sepanjang sungai yang mengalir tenang dan di bawah langit yang biru.

Dan persahabatan mereka, yang tumbuh subur di tengah keindahan alam dan kedamaian desa, akan terus berkembang menjadi sebuah ikatan yang tak tergoyahkan, mengikuti mereka dalam setiap langkah petualangan yang keduanya jalani.

Di suatu siang saat pulang sekolah,

Matahari bersinar terang di langit biru, menandakan jika musim panas masih merajai tempat itu. Daniel dan Stefany keluar dari pintu sekolah dengan tas punggung mereka yang tergantung santai di bahu. Langkah Keduanya penuh semangat, siap untuk menikmati sisa-sisa siang setelah hari yang panjang di sekolah.

Daniel yang baru saja keluar dari kelasnya sedang menunggu sang sahabat diantara kerumunan anak-anak yang mulai meninggalkan gerbang sekolah.

“Stefany ke mana ya? Kok nggak kelihatan dari tadi?”

Anak lelaki tampan itu, terus mencari-cari Stefany. Akhirnya Daniel merasa sangat lega saat melihat sahabatnya sedang berjalan bersama teman-teman wanitanya, Caroline dan Marsha. Senyum Daniel terlukis jelas di sudut bibirnya.

Dari kejauhan Marsha yang melihat Daniel yang sedang menunggu-nunggu Stefany di samping gerbang sekolah. Segera berkata,

“Wow, Stefany. Lihat siapa yang ada di samping gerbang sekolah!”

“Cie-cie yang ditunggui pacar ciliknya?” celetuk Caroline mencoba menggoda Stefany.

“Ih … kalian ini! Aku dan Daniel adalah sahabat dekat. Dia sudah seperti saudara bagiku,” sahut Stefany kepada keduanya.

“Oh .. yeah? Kok aku nggak percaya, ya?” sergah Marsha.

“Sama, Sha! Aku juga nggak percaya.” Caroline juga ikut berpendapat.

“Idih! Kalian ini. Mau aku jewer dulu telinga kalian berdua. Baru kalian percaya dengan omonganku?” ketus Stefany pura-pura marah.

“Ha-ha-ha! Ampun Stefany … kami percaya, kok!” sergah Marsha mencari aman dan dibalas anggukan oleh Caroline.

Ketiga gadis itu semakin mendekati Daniel yang sedang berdiri dengan sabar menanti kedatangan Stefany.

Anak lelaki remaja itu pun menyapa ketiganya dengan wajah riang gembira.

"Hai, Stefany, Caroline, Marsha!" seru Daniel dengan senyum cerahnya.

“Hai juga, Daniel!” sahut ketiganya serentak.

“Baiklah, karena tuan putri telah menemukan sang pangeran, maka tiba saatnya aku dan Caroline akan pulang ke rumah masing-masing,” ujar Marsha.

“Benar kata Marsha. Kami permisi pulang dulu. Daniel, ingat! Jaga Stefany baik-baik, awas saja kamu menyakitinya! Kamu akan berhadapan dengan kami berdua!” ultimatum dari Caroline.

“Ha-ha-ha. Kalian tidak perlu khawatir begitu. Stefany adalah sahabat terbaikku. Tentunya aku akan selalu menjaga dan melindunginya,” tegas Daniel.

Setelah Caroline dan Marsha pulang ke rumahnya. Daniel pun tersenyum manis ke arah Stefany. Dia pun berkata,

“Stefany, bagaimana kabarmu hari ini? Maaf tadi pagi aku telat masuk sekolah dan banyak tugas-tugas sekolah yang harus aku kerjakan jadi aku tidak bisa menghampiri dan menyapamu. Oh ya, apakah siang ini kamu sibuk?” tanya Daniel.

Stefany tersenyum balik kepadanya.

"Hai, Daniel! Aku baik-baik saja, kok. Hmm, aku belum punya rencana apa pun siang ini. Memangnya apa yang kamu pikirkan?"

Daniel mengedipkan sebelah matanya kepada Stefany dengan penuh semangat.

"Aku punya ide cemerlang! Bagaimana kalau kita pergi ke bukit di belakang sekolah? Aku membawa beberapa potong kue pie yang dibuat oleh Mommy. Pasti enak sekali!"

Wajah Stefany seketika berbinar penuh suka cita.

"Wow, kedengarannya sungguh seru dan mengasyikkan! Aku selalu suka kue pie buatan Aunty Miriam. Ayo kita segera pergi ke sana, Daniel!"

Mereka berdua pun berjalan menuju bukit itu dengan langkah yang penuh semangat, bercerita dan tertawa di sepanjang jalan. Setibanya di puncak bukit, keduanya melepas tas mereka dan duduk di bawah pohon rindang yang memberikan naungan menyenangkan. Daniel segera membuka tasnya dan mengeluarkan potongan-potongan kue pie yang terlihat menggiurkan.

"Silakan, ambil satu," ucap Daniel sambil tersenyum lebar.

Stefany dengan cepat mengambil sepotong kue pie dan memperhatikan dengan penuh kekaguman.

"Ini terlihat luar biasa! Terima kasih, Daniel. Aunty Miriam memang selalu sungguh jago memasak!"

Mereka berdua memulai santapannya dengan penuh kelezatan, menikmati setiap gigitan dari kue pie yang renyah.

"Pie ini sungguh enak, Daniel. Aunty Miriam benar-benar ahli dalam membuat kue," puji Stefany sambil mengunyah dengan nikmat.

Daniel tersenyum bangga.

"Iya, Mommy memang tak pernah gagal dalam memasak. Aku senang jika kamu juga suka!"

Daniel dan Stefany melanjutkan makan kue pie itu, sambil terus berbincang-bincang tentang rencana petualangan keduanya di akhir pekan dan hal-hal menarik yang mereka temui di sekolah hari ini. Suasana santai di bawah naungan pohon di puncak bukit membuat kedua anak remaja itu merasa bahagia dan tenang.

Setelah selesai makan, mereka duduk bersandar di atas rumput hijau, menikmati udara segar dan pemandangan indah yang terbentang di depan mata. Keduanya menikmati kebersamaan itu sambil merencanakan petualangan berikutnya. Keduanya sadar tak ada yang lebih baik daripada memiliki teman seperti satu sama lain untuk menemani mereka di setiap langkah perjalanan hidupnya.

Namun tiba-tiba dari arah belakang bukit ….

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • ROMANSA DESEMBER Season 1 : Daniel and Stefany    10. Larangan Dari Tuan Frank

    Keesokan harinya, di sekolah, Daniel, Hugo, dan Filbert menunggu dengan cemas kabar dari Marsha dan Caroline. Mereka berharap Stefany merasa lebih baik setelah kunjungan itu.Saat bel istirahat berbunyi, Marsha dan Caroline mendekati mereka di lapangan sekolah. Wajah keduanya terlihat ceria, memberikan harapan kepada Daniel dan yang lain.“Bagaimana keadaan Stefany?” tanya Daniel dengan nada penuh harap.Caroline tersenyum. “Dia sangat senang dengan kunjungan kami dan pesan-pesan dari kalian. Stefany tidak sakit, hanya dilarang keluar rumah oleh ayahnya sebagai hukuman.”Daniel menghela napas lega meski merasa sedikit marah pada Tuan Frank. “Jadi dia baik-baik saja?”Marsha mengangguk. “Ya, Stefany baik-baik saja. Dia hanya merasa kesepian karena tidak bisa bertemu dengan kita. Tapi dia sangat terharu dengan pesanmu, Daniel. Stefany benar-benar merindukanmu.”Daniel merasa hatinya hangat. “Aku juga sangat merindukan Stefany. Aku berharap dia segera bisa kembali ke sekolah.”Hugo m

  • ROMANSA DESEMBER Season 1 : Daniel and Stefany    9. Menjenguk Stefany

    Saat bel sekolah berbunyi menandakan telah berakhirnya pelajaran hari ini. Daniel, Hugo, dan Filbert berdiri di bawah pohon besar di sudut halaman sekolah bersama Marsha dan Caroline. Mereka berkumpul untuk membahas rencana menjenguk Stefany di rumahnya. Semua tampak bersemangat untuk melihat keadaan sahabatnya.Namun, sebelum mereka mulai berjalan, Marsha berbicara. “Kalian tahu kan, ada satu masalah yang harus kita perhatikan. Ayah Stefany, Tuan Frank, tidak suka jika Stefany berteman dengan anak laki-laki. Ini bisa jadi masalah kalau kalian ikut.”Daniel terlihat cemas.“Aku ingat itu. Stefany pernah cerita. Aku tidak mau membuat situasi menjadi lebih sulit untuknya.”Hugo mengangguk setuju.“Ya, kita tidak mau menambah masalah. Mungkin memang lebih baik kalau hanya Marsha dan Caroline yang pergi.”Filbert menambahkan,“Kita bisa menunggu di dekat sini, sambil bermain.”Marsha dan Caroline saling pandang, lalu mengangguk. “Baiklah, kami yang akan pergi,” ucap Caroline. “Kami akan

  • ROMANSA DESEMBER Season 1 : Daniel and Stefany    8. Ternyata Stefany Bolos Ke Sekolah

    Pagi hari yang cerah menyambut desa Bibury, Cotswolds, Inggris. Matahari terbit dengan gemilang, memancarkan sinar hangat yang memperindah pemandangan sekitar. Hari ini, Daniel begitu penuh semangat untuk pergi ke sekolah, karena dia tak sabar ingin bertemu sahabatnya, Stefany.Daniel begitu terburu-buru sehingga dia bahkan melahap sarapannya, sepotong pie selai kacang, dengan cepat. Ibunya, Nyonya Miriam, lalu menegurnya dengan lembut."Daniel, santai saja. Makanlah dengan tenang, jangan terburu-buru begitu," seru sang ibu."Maaf, Mommy. Aku hanya sangat bersemangat untuk bertemu dengan Stefany hari ini."Akan tetapi Tuan Carlos, ayah Daniel, memberikan nasihat kepada anaknya sebelum pergi ke sekolah."Daniel, ingatlah untuk berhati-hati dan bijak dalam bergaul dengan Stefany. Keluarga Madison memiliki reputasi yang buruk di desa ini," tegur sang ayah. "Tidak perlu khawatir, Daddy. Aku tahu bagaimana menjaga diri sendiri," sahutnya kepada Tuan Carlos.Berbeda jauh dengan sikap ayahn

  • ROMANSA DESEMBER Season 1 : Daniel and Stefany    7. Daniel Turut Dimarahi

    Setelah mencoba berbicara dengan Tuan Frank, Nyonya Emily merasa frustasi dan sedih. Dia berharap suaminya akan mendengarkan kekhawatirannya tentang pembatasan yang diberlakukan pada Stefany, akan tetapi sayangnya, usahanya gagal.Setelah memberikan secangkir kopi kepada Tuan Frank, Nyonya Emily mencoba lagi untuk membicarakan masalah tersebut. Dengan suara lembut, dia berkata, "Darling, aku mengerti kekhawatiranmu tentang Stefany. Tapi kita juga harus memberinya kesempatan untuk menjalani kehidupannya di luar rumah. Dia perlu belajar sungguh-sungguh. Apalagi sampai bolos sekolah selama seminggu. Stefany akan ketinggalan mata pelajaran."Tuan Frank menatap sang istri dengan pandangan tajam. "Aku sudah bilang, Emily. Stefany tidak boleh keluar rumah selama seminggu! Aku tidak ingin dia terkena pengaruh Daniel di luar sana."Nyonya Emily merasa putus asa. "Tapi Darling, Stefany perlu mengalami hal-hal di luar rumah. Dia perlu belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain, mengh

  • ROMANSA DESEMBER Season 1 : Daniel and Stefany    6. Nyonya Emily Mencoba Menghibur Putrinya

    Saat Tuan Frank marah kepada putrinya, Stefany, dan melarangnya keluar rumah selama seminggu. Nyonya Emily, ibu Stefany, ternyata sedang berada di depan pintu kamar anaknya dan mendengar semua perkataan yang diucapkan oleh suaminya. Hatinya terasa hancur karena melihat anaknya yang sedang dimarahi.Dengan hati yang berat, Nyonya Emily menunggu Tuan Frank keluar dari kamar Stefany sebelum memasuki kamar tersebut. Pintu kamar dibanting dengan keras, oleh suaminya yang menggema di seluruh rumah.Setelah tahu sang suami telah pergi dari kamar putri mereka.Nyonya Emily masuk ke dalam kamar Stefany dengan hati yang berat. Dia melihat putrinya duduk di tepi tempat tidur, wajahnya dipenuhi oleh air mata yang mengalir deras. Hatinya terasa hancur melihat anaknya seperti itu. Nyonya Emily duduk di samping Stefany dan memeluknya erat. "Stefany, Mommy ada di sini untukmu. Mommy tahu betapa sulitnya situasi ini bagimu," ucap Nyonya Emily dengan lembut, mencoba menghibur anaknya yang sedang bers

  • ROMANSA DESEMBER Season 1 : Daniel and Stefany    5. Kesedihan Stefany

    Di dalam kamarnya, Stefany duduk sendiri di tepi tempat tidurnya. Wajahnya basah oleh air mata yang tak henti-hentinya mengalir. Suara tangisnya yang tersedu-sedu memenuhi ruangan itu, mencerminkan kesedihan dan keputusasaan yang mendalam. Dia sangat kasihan melihat sahabatnya, Daniel, yang baru saja dimarahi oleh ayahnya, Tuan Frank.Stefany merasa hatinya hancur melihat bagaimana Tuan Frank memarahi Daniel dengan keras. Dia sangat mengerti jika sahabatnya itu tidak bermaksud membuatnya dalam bahaya atau melanggar aturan. Keduanya hanya ingin menghabiskan waktu bersama dan menikmati momen indah di bukit belakang sekolah, mereka sampai sore menjelang.Namun, Tuan Frank tidak mengerti atau menerima penjelasan itu. Dia terlalu protektif dan khawatir akan keselamatan putrinya. Tapi, Stefany merasa bahwa Tuan Frank tidak melihat sisi lain dari cerita ini, yaitu persahabatan yang kuat antara dirinya dan Daniel.“Daniel, semoga kamu kuat menghadapi amarah ayahku,” harapnya dalam hati.Stef

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status