Share

Kisah kelam Damar.

Damar dan pengikutnya merasa sangat senang karena telah memberikan "santapan" enak untuk Ndoro.

Setiap bulan suro, Damar diwajibkan memberikan "santapan" lezat untuk Sang Junjungan.

Itu pun tak sembarang "santapan" yang bisa di beri untuk Ndoro Ratih.

Harus lah gadis berusia tujuh belas tahun dan memiliki weton legi.

Malam ini adalah kali pertama Damar memberi Junjungannya santapan lezat.

Damar merasa was-was mencari gadis belia dengan weton legi.

Tanpa fikir panjang, Damar dan Sang Istri pun sepakat untuk mengorbankan anak semata wayangnya.

Perjanjian dengan setan, dan ambisi akan kekayaan dan kedigjayaan yang Damar inginkan, telah membutakan nuraninya sebagai orang tua.

******

Saat itu, Damar merasa sangat kesulitan ekonomi.

Sang Istri yang sebentar lagi akan lahiran, membutuhkan biaya yang tak sedikit.

Damar kebingungan mencari biaya untuk persalinan nantinya.

Dengan tak tahu malunya, Damar meminjam uang kepada Juragan Karta, orang terkaya dan terpandang di Desa Panca.

Resiko yang harus di terima jika meminjam kepada Juragan Karta adalah tingginya bunga yang harus dibayarkan, juga kebengisan Juragan Karta serta anak buahnya untuk yang tak mampu membayar hutangnya.

Juragan Karta tak segan memeras, bahkan membunuh siapa saja yang berniat melarikan diri dari jeratan hutangnya yang menumpuk.

Tak sedikit warga yang terlilit hutang harus merelakan nyawanya sebagai penebus hutang yang dimilikinya.

Damar berjalan dengan tubuh gemetar menuju rumah Juragan Karta.

Dengan ragu dan tangan yang gemetar, Damar mengetuk pintu rumah Juragan Karta.

Tok ... Tok ... Tok ...

Ceklek.

Pintu terbuka, memperlihatkan sosok tinggi besar dan berotot serta wajah garangnya itu tengah memperhatikan Damar dari atas hingga bawah.

"Mau ngapain?" tanya Malih.

"Ma-mau bertemu Juragan Karta, Mas." jawab Damar dengan gemetar.

"Mau hutang? Memang sanggup bayarnya?" ejek Rasman.

"Tolong saya, Mas, saya tengah butuh uang untuk biaya persalinan istri saya. Saya ingin bertemu dengan Juragan Karta!" pinta Damar memelas.

Namun Malih dengan sengaja mendorong tubuh Damar hingga jatuh tersungkur.

"Udah pergi aja sana, kamu gembel bau yang gak akan pernah bisa membayar hutang sampai kapan pun. Berani sekali meminjam uang kepada Juragan kami, cuih!" Rasman mengejek lalu meludah tepat di wajah Damar.

Tangan Damar mengepal kuat, wajahnya merah bak tomat.

Rasa kesal bercokol di dalam hati Damar. Namun apa mau di kata, Damar harus menanggalkan harga dirinya demi Sang Istri.

Juragan Karta yang mendengar keributan pun akhirnya keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi.

"Ada apa ini?" tanya Juragan Karta dengan wajah kesal.

"Ampun Juragan, gembel ini berniat untuk meminjam uang kepada Juragan." ucap Malih menundukkan kepalanya.

Juragan Karta pun melihat Damar dari atas hingga kebawah lalu tersenyum sinis, "kamu yakin Mar, mau pinjam uang?"

"Yakin, Juragan." jawab Damar dengan berani.

"Mau bayar pakai apa, kamu? Ibumu itu kan janda miskin, rumah saja sudah mau roboh dan reot seperti itu, kok. Lah, kamu? Kamu sendiri pun gak punya pekerjaan tetap. Hidup luntang-lantung mengandalkan orang lain, kok." ejeknya.

Namun Damar tetap kekeuh dan meyakinkan Juragan Karta bahwa dirinya akan membayar hutangnya nanti.

Juragan Karta pun memberikan sejumlah uang sesuai permintaan Damar.

Namun, sebelum menyerahkan uang itu pada Damar, Juragan Karta terlebih dahulu memberikan syarat kepadanya.

"Ingat, uang sejumlah dua juta ini tentu saja tidak gratis, kamu harus mengembalikan uang itu sebanyak empat juta rupiah. Anak buah saya akan menagih kamu tiap bulannya. Ingat, jangan pernah kabur dari saya. Kalau kamu berani kabur, maka gantinya adalah, kamu!" ucap Juragan Karta.

Damar mengangguk faham. Setelahnya, Damar pulang dengan membawa uang sejumlah dua juta rupiah di kantong celananya.

Damar berteriak memanggil Sang Istri.

Namun saat di depan rumah, samar terdengar suara rintihan.

Damar yang panik segera menerobos masuk ke dalam rumah.

Dilihatnya Sang Istri tengah merintih kesakitan tiada siapa yang menemani.

"Dek!" serunya.

Risma tak dapat lagi menjawab pertanyaan Sang Suami, Risma hanya bisa mengerang dan merintih kesakitan.

"Mbok kemana, kenapa kamu di biarkan sendirian!" cercanya.

Dengan panik Damar terus mondar-mandir dan mengusap wajahnya kasar. Damar tak tahu apa yang harus dia lakukan.

Tak berselang lama, Mbok Mar datang bersama dengan seorang dukun beranak.

Tanpa banyak bertanya, Mbok Jum-dukun beranak itu masuk ke dalam ruangan kecil tempat di mana Risma tengah berjuang sendiri.

Mbok Mar dan Damar menunggu di depan pintu.

Do'a terus di panjatkan dari bibir tua Mbok Mar.

"Mbok kenapa gak kasih tahu aku kalau Risma sudah mau melahirkan!" ujar Damar.

"Mbok gak tahu kamu pergi kemana, kamu juga pergi gak kasih tahu Mbok mau kemana. Toh kejadiannya sangat cepat, daripada Mbok harus cari kamu yang gak tahu dimana, lebih baik Mbok pergi manggil Mbok Jum." jawab Mbok Mar.

Damar pun menyugar rambutnya kasar.

Tak berapa lama, terdengar jerit tangis bayi yang begitu kencang.

Kelahirannya diiringi oleh bunyi binatang malam. Hal itu membuat Mbok Jum dan Mbok Mar merasa was-was.

Damar yang melihat raut wajah Mboknya berubah pun bertanya, "Mbok kenapa cemas?"

Bukan menjawab, Mbok Mar justru menggeleng lalu tersenyum.

Mbok Jum keluar bersama dengan menggendong anak Damar.

Bayi merah dan terdapat bercak sisa darah masih melekat di tubuh bayi perempuan itu.

Mbok Jum membersihkan bayi itu, lalu di letakkan di atas dada Sang Ibu untuk segera di beri Asi.

Damar menangis haru, betapa cantik bayi yang di lahirkan oleh Sang Istri.

Pasangan suami istri itu terlalu menikmati hari bahagianya, tanpa sadar kedua wanita paruh baya itu sudah tak lagi ada di kamar itu.

Mbok Mar menarik tangan Mbok Jum menuju kamarnya lalu mengunci pintu kamarnya.

"Mbok Jum, apa tadi kamu merasakan sesuatu akan kelahiran anak itu?" tanya Mbok Mar.

"Iyo, Mar. Aku ngerasa bahwa anak tersebut akan memiliki sesuatu yang sangat dahsyat. Lebih lagi cucumu lahir di malam rabu legi, dan dia adalah seorang perempuan yang spesial. Aku merasa, akan ada kejadian besar di masa depan, dan itu ada hubungannya dengan anak itu." jelas Mbok Jum.

Mbok Mar merasa sangat terkejut Mbok Mar tak dapat menahan rasa terkejutnya itu.

"Mar, tak kandanono(aku bilangin), kalau suatu saat terjadi sesuatu yang buruk kepada cucumu itu, bahkan jika dia mati sekali pun kamu harus bisa menyembunyikan dia di tempat yang tak terjamah. Aku merasa, banyak yang mengincar dirinya, baik jiwa dan raga cucumu itu." imbuh Mbok Jum.

Mbok Mar merasa tak faham dengan apa yang di ucapkan oleh Mbok Jum.

Namun sebelum membuang banyak waktu, kedua wanita paruh baya itu kembali ke kamar Risma.

Di lihatnya Risma tertidur pulas bersama Sang Anak, dan di sampingnya Damar pun tertidur.

Mbok Jum mendekat, memberi gelang gaib untuk bayi itu.

"Untuk sementara bayi itu akan terlindungi, tapi semakin dewasa gelang gaib itu tak dapat melindunginya." jelas Mbok Jum.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status