Home / Romansa / Rahasia Cinta Tuan Jonas / BAB 1 Mimpi Buruk

Share

Rahasia Cinta Tuan Jonas
Rahasia Cinta Tuan Jonas
Author: Atik Poery

BAB 1 Mimpi Buruk

Author: Atik Poery
last update Last Updated: 2025-03-13 18:28:33

"Aarrgggghhh!" Alesha terperanjat dari posisi tidurnya, jadi terduduk. Napasnya terengah. Detak jantungnya tak beraturan. Keringat dingin pun membasahi sebagian wajah gadis cantik berkulit putih tersebut.

"Ya Tuhan, mimpi itu lagi," ucapnya lirih seraya mengusap pelan dadanya. Kemudian punggung tangannya menyeka keringat dingin yang mengalir di dahinya.

"Ck cowok sialan! Sampai kapan kamu berhenti menghantui hidup aku." Alesha menggeram kesal. 

Satu tangannya mengepal kuat, meremas selimut yang menutupi sebagian tubuhnya, sementara tangan satunya sudah berpindah menempel di dadanya. Berusaha menenangkan detak jantungnya yang menggila.

"Aku benci kamu, Jonas Pramudya! Aku sangat benci kamu!" Alesha berteriak lantang, meluapkan emosinya. 

"Lihat saja, suatu saat aku akan balas perlakuan jahat kamu ke aku!" tekad Alesha sungguh-sungguh. 

Efek dari mimpi buruk yang dialami, membuat suasana hati Alesha tak cukup baik. Kepalanya juga mendadak pening. Ingin berbaring saja di atas ranjang tidurnya yang nyaman, tapi tidak bisa. Ia harus datang ke cafe.

Cafe itu cafe miliknya. Ia datang hanya untuk menggantikan kasir yang izin berangkat siang karena ada urusan penting. Jadi mau tak mau ia harus menggantikan peran pekerjanya sementara waktu. Karena memang kasir di cafe miliknya ada dua saja. Yang satu bertugas pagi sampai sore dan satunya melanjutkan hingga malam hari. Sampai cafe tutup.

Dengan malas Alesha beranjak untuk bersiap-siap. Karena kedatangannya untuk menggantikan pekerjanya, ia mengenakan seragam kerja. Seperti karyawan lain.  

Dan disela waktunya itu, ia menyempatkan menerima panggilan telepon yang masuk di ponselnya.

"Iya, halo, Mama!" sapanya begitu telepon tersambung. 

"Tumben lesu sekali suara kamu, Sayang? Apa kamu sedang tidak dalam suasana hati yang baik?" tebak suara dari sambungan telepon yang Alesha panggil "mama" tersebut begitu mendengar suara Alesha. 

"Hm, sedikit tidak enak badan--"

"Eh, kamu sakit, Sayang? Cepat pulang ke rumah biar nanti diperiksa dokter keluarga kita!" seru mama Alesha ini memutus kalimat Alesha.

Alesha berdecak pelan, lalu menghela napas panjang. "Cuma pusing aja kok, Ma. Kurang tidur aja aku."

Sungguh tak ada niatan Alesha untuk berbohong, ia seperti itu karena memang harus menenangkan hati sang mama yang mudah khawatir jika menyangkut masalah kesehatan dirinya. Biar ia sendiri yang rasakan rasa tidak nyaman ini, daripada melihat kepanikan mamanya.

"Huh, kamu ini terlalu bekerja keras di cafe. Pulang malam terus, jadi kelelahan kan sekarang?" omel wanita paruh baya itu.

Alesha terkekeh pelan. "Mumpung masih muda, Ma. Memang harus bekerja keras, iya kan?"

"Susah payah Mama dari muda kerja keras mengelola perusahaan keluarga, biar kamu bisa menikmati semuanya dengan bahagia. Eh kamunya malah milih buka usaha dari nol. Harusnya kamu bergabung ke perusahaan dan menempati posisi yang tinggi di perusahaan!"

"Hm, jangan mulai lagi, Ma. Kan waktu itu Mama sudah setuju sama keputusan aku untuk membangun bisnis aku sendiri. Kenapa sekarang berubah pikiran sih?" Ganti Alesha yang protes. 

Desahan kasar terdengar dari ujung sambungan telepon. "Huh, bukan begitu, Sayang. Mama cuma enggak tega kamu terlalu sibuk di cafe sampai waktu istirahat kamu berkurang. Lagi pula, selalu pulang malam juga bahaya, bikin Mama selalu khawatir dengan keselamatan kamu. Kamu itu anak Mama satu-satunya!"

"Iya-iya, maaf Ma. Aku janji sama Mama akan lebih hati-hati dan menjaga kesehatan. Mama enggak perlu khawatir lagi ya?" Memaklumi perasaan sang mama, Alesha berusaha menenangkan wanita yang telah melahirkannya tersebut.

Tak ada yang salah dengan yang dikhawatirkan ibu Alesha. Sebagai anak tunggal orang tuanya, Alesha maklum dengan yang ditakutkan mamanya. Pilihan hidup yang ia pilih memang cukup beresiko.

Ia kerap pulang malam dari cafe. Ia juga sekarang tinggal seorang diri di rumah minimalis yang dibeli hasil kerja kerasnya membuka cafe selama ini. 

Cafe sudah berjalan sejak ia lulus dari sekolah menengah atas. Dengan bermodal uang tabungannya, ia membuka cafe kecil-kecilan. Ia mengelola seraya meneruskan pendidikan di bangku kuliah. Ia menolak tawaran mama dan papanya yang sudah menawarkan bisnis masing-masing untuk Alesha kelola. Alesha tak mau cara instan. 

Alesha orang yang tertutup, ia tak terlalu suka keramaian, makanya memutuskan untuk tinggal menyendiri di rumah sederhana miliknya. Sementara di rumah mewah keluarganya, ia seorang putri yang teramat dimanja. Apa pun yang ia inginkan, selalu dituruti dan diusahakan oleh mama atau nenek kakek yang sangat menyayanginya. Alesha jadi merasa kurang mandiri.

***

Sesaat setelah ia memarkir mobilnya di pelataran cafe, ia merasakan ada sesuatu hal yang mendadak membuatnya takut. Ada rasa tak enak, yang susah dijelaskan dengan kata-kata.

Tiba-tiba terpikirkan mimpi buruk yang dialami pagi tadi, takut dipertemukan lagi dengan sosok Jonas Pramudya. Sosok yang sangat tidak ingin Alesha jumpai lagi di sisa umurnya. Sosok yang membuat pengaruh besar dalam perubahan hidup Alesha. 

Butuh beberapa saat Alesha menyiapkan diri untuk turun dan masuk ke dalam cafe. "Bismillah!" ucapnya lirih namun penuh penekanan. Dengan harapan bisa lebih tenang lagi setelah ini. 

Rasa tak enak Alesha perlahan terabaikan, ia sibuk di balik meja kasir. Bersyukur karena pengunjung cafe ramai seperti biasa, hingga perhatiannya teralihkan. 

Alesha harus sering-sering menebar senyuman dengan rangkaian ucapan terima kasih pada para sumber uangnya. Sebagai salah satu pelayanan terbaik di cafenya. 

Cafe sejak awal buka memang selalu saja ramai. Tak pernah sepi. Alesha sebenarnya bingung. Ia merasa diberi kemudahan dalam menjalankan bisnisnya, seperti ada yang memberinya jalan untuk sukses. Terasa ada yang membantu langkahnya, tapi entah siapa. 

Tanya pada keluarga, mereka bilang tidak ada yang ikut campur pada bisnis Alesha, termasuk kedua orang tuanya. Hingga pada akhirnya Alesha setuju saja dengan kata-kata sang mama jika ini memang buah dari kerja keras Alesha selama ini.

"Ehm-ehm!" Alesha merasa tenggorokannya tiba-tiba terasa gatal, maka ia menundukkan kepala untuk meraih masker kesehatan dari laci meja di bawahnya.

"Mbak, kita mau pesan!"

Alesha yang masih menunduk dikejutkan dengan suara pria yang tiba-tiba sudah berdiri di depannya.

"Eh iya. Mau pesan apa...?" Kepala Alesha terangkat dan menatap lurus orang yang berdiri di hadapannya. Masker kesehatan yang diambilnya sudah terpasang sempurna menutup sebagian wajahnya. 

"Apa yang ingin Anda pesan, Tuan?" Orang di depan Alesha ini bersuara, namun bukan tertuju untuk Alesha, melainkan pria di sampingnya. 

"Menu terbaik di cafe ini!"

Seketika tubuh Alesha menegang. Suara ini tak asing untuknya. Dengan takut-takut, Alesha melayangkan pandangan ke arah wajah pria tersebut.

Kedua bola mata Alesha membeliak lebar. Hampir-hampir lepas dari tempatnya karena sangat kaget. Tak menyangka dengan apa yang dilihatnya sekarang ini. 

Dengan suara bergetar, Alesha menyahuti. "Ee i-ya, t-tunggu sebentar, kami s-siapkan!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahasia Cinta Tuan Jonas    BAB 7 Negosiasi

    Jonas dibuat hampir frustasi dengan syarat-syarat yang diajukan Alesha. Semuanya ia keberatan. Syarat pertama yang dikatakan Alesha sudah membuatnya tak berdaya. "Tidur di kamar berbeda", sungguh itu hal yang sangat tidak ingin Jonas penuhi. Bukan ingin berniat macam-macam dengan istrinya saat tidur, namun Jonas ingin orang terakhir yang ia pandang sebelum dan sesudah bangun tidur adalah Alesha. "Ale, syarat kedua, ketiga, keempat dan kelima yang kamu minta masih bisa aku kabulkan. Tapi yang pertama...?" "Emang kenapa dengan syarat yang pertama?" protes Alesha memotong. Jonas mengusap kasar wajahnya. Tampak frustasi. Susah menjelaskan dengan kata-kata. "Enggak bisa penuhi syarat yang pertama, ya udah enggak usah ada aturan menikah kontrak. Kita cerai saja!" "No!" "Ya tapi syarat pertama saja kamu enggak mau!" Alesha merengut sebal. "Bukan enggak mau, Ale. Tapi di rumah aku banyak ART, kalau mereka tahu kita tidur di kamar berbeda, nanti mereka bisa laporan sama orang tua

  • Rahasia Cinta Tuan Jonas    BAB 6 Syarat Pertama

    Alesha mencerna apa yang Jonas tawarkan, memikirkan baik dan buruk untuknya jika ia setuju, hingga ia lengah dan Jonas berhasil merebut pisau yang terulur di depan lehernya. Belum sadar dari terkejutnya, pisau sudah terlempar ke lantai yang jaraknya agak jauh darinya. Alesha berdecak, "pisauku!" Jonas melotot garang, kemudian mendesis penuh peringatan. "Jangan main-main lagi dengan benda berbahaya itu, Alesha!" Bibir Alesha mengerucut sebal. Tak suka teguran dari pria itu. Jonas berjalan mendekat, sementara Alesha mundur sesuai langkah suaminya. "M-Mau apa kamu?" Jonas menjeda langkahnya, menghela napas panjangnya. "Kamu pikir aku mau berbuat apa disaat leher kamu terluka gara-gara pisau sialan itu?" Alesha tersadar. Lehernya terasa sedikit perih. Tangannya terulur untuk mengecek sendiri lukanya, namun Jonas menghentikannya. "Stop! Jangan sembarangan disentuh. Tangan kamu tidak steril, bisa infeksi!" "Ck apa sih, lebay!" Alesha mencibir tak suka. Tak ingin buang-buang

  • Rahasia Cinta Tuan Jonas    BAB 5 Ciuman Pertama Curian

    Alesha masih berharap jika acara pernikahan yang baru terjadi beberapa saat lalu hanya mimpi buruk, nyatanya cubitan di lengannya sendiri masih terasa sakit. Alesha meringis kesakitan sekaligus ingin menangis untuk kehidupannya setelah ini. Ya, Alesha dan Jonas baru saja menyelesaikan prosesi akad nikah di hadapan penghulu, kedua orang tua, saksi dan beberapa kerabat yang hadir di kediaman sang mama. Acara berlangsung sederhana, mengingat dilakukan mendadak sehingga persiapan waktu satu hari tak cukup untuk menggelar pesta meriah. Perihal tak ada pesta meriah, Alesha sama sekali tak masalah. Ia justru senang karena tak perlu memberikan senyum palsu di depan para tamu undangan, keluarga besarnya maupun keluarga Jonas. Ia ingin segera semuanya berakhir. Ia lelah. "Mulai sekarang, kamu tinggal di sini sama aku," kata Jonas setelah memasuki rumah pribadinya. Alesha tak menyahut. Ia malas berbicara pada pria yang sudah resmi menjadi suaminya itu. "Ayo, aku tunjukkan kamar kita." Jo

  • Rahasia Cinta Tuan Jonas    BAB 4 Perkara Balas Budi

    Pagi-pagi sekali, sebelum banyak orang beraktifitas, Alesha sudah meninggalkan rumahnya. Bukan untuk datang ke cafe, ini masih terlalu pagi, melainkan ia melarikan diri dari Jonas. Ia kabur ke luar kota. Beruntung semalam ia bisa lolos dari Jonas dan para penjaga berkat pisau buah yang ia ambil secara diam-diam dan ia tempelkan di lehernya. Sebagai ancaman. Awalnya ia ragu jika akan berhasil, mengingat sifat Jonas yang tidak mau kalah. Namun melihat reaksi panik luar biasa pria itu, berhasil membuat Alesha keheranan. Alesha terpaksa nekat, sungguh ia muak berhadapan dengan pria pemaksa dan tidak punya hati seperti pria itu. Ia tak ingin mengorbankan hidupnya untuk menikah dengan seorang Jonas Pramudya. Persetan dengan ketampanan serta kekayaan melimpah ruah yang dimiliki, Alesha tak tertarik. Keluarganya juga kaya raya. Mobil yang dikendarai melaju cepat di jalan raya yang masih sangat lengang, karena masih pukul 4 pagi. Dingin, namun Alesha menyukai sejuk dan segarnya udara p

  • Rahasia Cinta Tuan Jonas    BAB 3 Ancaman Alesha

    "Apa? Gila! Gila kamu, Jonas Pramudya!" Suara nyaring Alesha menggema di lantai dua cafe miliknya. Yang seketika menarik perhatian pengunjung dan juga beberapa pelayan yang sedang mengantar pesanan. Wajar jika Alesha bereaksi keras seperti itu. Sungguh Alesha sangat membenci sosok yang sekarang tengah berdiri di depannya dan yang baru saja mengajaknya menikah itu. Enteng sekali mulutnya! Sementara reaksi pria berbadan tegap itu tak tampak terkejut dengan umpatan Alesha. Pergerakan pria itu selanjutnya adalah mengeluarkan kotak kecil berisi cincin berlian bermata satu di depan Alesha. Mulut Alesha ternganga lebar. Ingin tak percaya tapi ini nyata. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba saja ia dilamar seseorang. Apalagi oleh orang yang sangat dibenci mati-matian. "Alesha ayo kita menikah!" Ajakan ini meluncur dengan mulus sekali lagi dan terdengar sangat memaksa di telinga Alesha, jujur ia jijik mendengarnya. Tak peduli sekarang ia jadi bahan tontonan beberapa pengunjung dan

  • Rahasia Cinta Tuan Jonas    BAB 2 Alesha, Ayo Kita Menikah!

    Ada untungnya juga Alesha mengenakan masker kesehatan, hingga ia yakin tak akan dikenali oleh orang yang dipanggil "tuan" tersebut. Sungguh ia tak ingin lagi berjumpa dengan orang ini."Ya Tuhan, kenapa dia...?" Alesha berbisik pelan seraya menatap punggung lebar kedua pria berbadan tegap yang sedang berjalan ke arah dalam untuk memilih kursi yang akan ditempati.Seketika ingatan Alesha kembali pada mimpi buruk yang mengusik tidurnya pagi tadi. Pria itu pria yang sama yang ada di mimpinya. Jonas Pramudya. "Enggak. Dia enggak boleh tau kalau aku ada di sini. Aku enggak mau berurusan lagi sama manusia jahat itu!"Buru-buru Alesha meninggalkan meja kasir dan menyuruh karyawan yang lain untuk bertugas menggantikannya. Alesha bergegas pergi."Huh Jonas Pramudya, mau apa kamu datang ke cafe aku? Belum puas kamu bikin hidup aku menderita selama ini?" Alesha mengomel sendiri setelah duduk di belakang kemudi mobilnya.Satu tangannya ia letakkan di atas dada, merasakan degup jantungnya yang be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status