Share

Bab 5

Author: Sachie
last update Huling Na-update: 2021-08-23 22:32:24

Tari sibuk memandangi deretan buku yang berjajar di perpustakaan sekolahnya. Ia sedang mencari buku penunjang untuk mengerjakan tugas dari guru yang harus dikumpulkan dua hari lagi. Tari memang terkenal sebagai anak yang rajin. Ia mendapat peringkat tiga besar di kelasnya. Perpustakaan sekolah adalah salah satu tempat yang paling sering dikunjunginya selama jam istirahat.

Ia biasa menghabiskan waktu sendirian di perpustakaan karena tahu benar bahwa pada jam istirahat seperti saat ini, perpustakaan merupakan tempat yang tidak akan pernah dikunjungi Natasya, teman sebangkunya di kelas XII IPA 2.

Bayangkan saja, mana mungkin gadis yang tidak pernah kehabisan bahan obrolan dan bersuara nyaring seperti Natasya bisa ditahan lama-lama di perpustakaan yang sunyi senyap ini. Tari pernah mengajaknya mengerjakan tugas biologi di perpustakaan agar dapat dengan mudah mencari buku referensi. Bukannya mencari buku, Natasya malah mengacak-acak rambut sambil berkali-kali mendengus keras. Alhasil, mereka pun berhasil menarik perhatian murid-murid lain yang sedang asyik membaca. Bahkan, petugas perpustakaan sempat menegur dan memberi peringatan pada mereka sebanyak dua kali hanya dalam jangka waktu kurang dari dua puluh menit. Hal itu membuat Tari merasa jera untuk mengajak Natasya ke perpustakaan. Ia tidak ingin namanya di-blacklist dari tempat favoritnya ini.

Tari masih sibuk berkutat dengan tugasnya ketika bel tanda masuk kelas berbunyi. Ia pun dengan cepat merapikan buku-bukunya. Pelajaran selanjutnya adalah bahasa Inggris. Tari tentu tidak ingin terlambat pada mata pelajaran penting tersebut.

***

Jam istirahat. Ryan langsung menghambur keluar dari kelasnya, XII IPA 1, menuju kelas Tari yang terletak tepat di samping kelasnya. Ryan menyapu pandangan ke seluruh penjuru kelas XII IPA 2, mencari sosok Tari namun yang dicari tak terlihat batang hidungnya.

Akhir-akhir ini, Ryan sangat sulit menemukan Tari pada jam istirahat. Anak itu selalu saja menghilang ketika dicari. Padahal, Ryan ingin mengajaknya makan siang bersama di kantin.

“Hei, kamu tahu Tari di mana?” tanya Ryan ketika melihat Natasya sedang mengobrol bersama teman-temannya di lorong.

“Terakhir aku lihat, dia ada di kelas.”

“Dia nggak ada di kelas.”

“Hmm…” Natasya berpikir sejenak. “Mungkin di perpustakaan. Akhir-akhir ini dia jadi semakin sering ke sana.”

Ryan langsung menghilang dari hadapan Natasya begitu mendengar jawaban dari temannya itu. Ia segera beranjak menuju perpustakaan.

Benar saja, Ryan melihat Tari yang tampak sangat sibuk dengan buku-buku tebal di hadapannya. Apa boleh buat. Ryan tidak ingin mengganggu Tari. Ia pun mencari buku bacaan yang sekiranya dapat menarik minatnya. Namun tetap saja, Ryan lebih tertarik untuk mencuri-curi pandang ke arah Tari, berharap gadis itu secara tak sengaja bertemu pandang dengannya.

Menit demi menit berlalu. Tampaknya Tari terlalu sibuk untuk mengalihkan pandangan dari buku-buku tebal itu. Ia bahkan tak menyadari keberadaan Ryan.

TEETTTT… TEETTTTT…

Bel masuk berbunyi.

Ryan melihat Tari yang tampak terburu-buru merapikan buku-bukunya kemudian berlari-lari kecil menuju kelas XII IPA 2.

***

Tari sedang sibuk mendengarkan Bu Margareth menjelaskan tentang narrative text ketika Natasya menyenggol lengannya.

“Kamu tadi ke mana aja, sih?” bisik Natasya.

“Aku kan dari tadi ada di sebelahmu,” sahut Tari asal sambil tetap memerhatikan Bu Margareth yang sedang menjelaskan pelajaran.

“Bukan itu maksudku.” Natasya sedikit kesal mendengar jawaban Tari. Tari terkadang memang sangat susah diajak bicara. “Tadi, waktu jam istirahat kamu ke mana?” tanya Natasya lagi.

Tari mengernyitkan keningnya.

Hal itu membuat Natasya semakin gemas dengan Tari. “Kamu tadi dicariin…” ujar Natasya sedikit menaikkan suaranya.

“Ekhem,” deham Bu Margareth, menyadari bahwa ada murid yang tidak memerhatikan penjelasannya. “Siapa yang mencari saya?” tanya Bu Margareth pada Natasya.

Natasya hanya melengos ketika menyadari bahwa suaranya didengar Bu Margareth. Ia tidak dapat menghindari tatapan tajam Bu Margareth yang mengarah padanya.

“Maksud saya, saya ingin mencari Bu Margareth nanti setelah jam pelajaran. Saya ingin mendiskusikan beberapa hal, Bu,” elak Natasya.

Tari hanya menggeleng-geleng mendengar jawaban Natasya. Ia cukup takjub karena sahabatnya itu bisa menyusun alasan dalam tempo waktu yang sangat singkat.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Rahasia Cinta   Bab 18

    Natasya sibuk memasukkan barang-barang miliknya ke dalam koper. Entah kenapa kopernya itu seperti mau meledak saat satu per satu barangnya ia masukkan. Padahal, sebelumnya koper itu masih memiliki banyak ruang kosong.“Beresin yang bener. Jangan sampai ada barangmu yang tertinggal.”“Iya, Kak Bayu yang cerewet.”Natasya sudah lelah mendengar Bayu yang sejak siang tadi terus menceramahinya. Menyuruhnya memasukkan semua benda miliknya agar tidak ada yang tertinggal. Agar tidak membuat repot Bayu di kemudian hari. Agar Bayu tidak perlu bersusah payah mengirimkannya jika memang ada barang penting yang tertinggal.“Kakak pasti bakalan kangen aku, deh. Besok kan aku sudah balik ke Bandung.”“Nggak akan. Justru aku bahagia. Akhirnya besok aku akan mendapat kedamaian. Nggak ada lagi suara berisik yang mengganggu telingaku.”“Kalau Kakak kangen, jangan ragu untuk menghubungiku, ya.”&

  • Rahasia Cinta   Bab 17

    “Aku ikut!” ujar Tari akhirnya.“Hmm… Kamu yakin?”“Ya. Aku mau ikut kamu latihan.”Tari sendiri tidak paham kenapa kata-kata tersebut bisa keluar dari mulutnya. Saat ini, ia sedang menerima telepon dari Ryan. Pacarnya itu baru saja mengatakan bahwa ia akan pergi ke sekolah untuk latihan basket.Sejak dua hari yang lalu, Ryan tiba-tiba rajin menghubungi Tari. Tari merasa hal itu dilakukan Ryan karena sadar telah melakukan kesalahan, tidak memberikan kabar sama sekali selama liburan. Tari sendiri tidak ingin memperpanjang kasus menghilangnya Ryan dari radarnya selama liburan tersebut. Sesuai dengan saran Natasya, ia memutuskan untuk turut aktif menjaga keharmonisan hubungan mereka. Bagaimana caranya? Ia akan berada di dekat Ryan. Tidak akan dibiarkannya gadis lain dengan leluasa bermesra-mesraan ria dengan pacarnya itu.“Jangan diam aja. Kamu harus tunjukin ke mereka kalau kamu pacar Ryan!”,

  • Rahasia Cinta   Bab 16

    Keesokan paginya, Bayu duduk berhadapan dengan Natasya. Mereka berada di meja depan galeri Bayu.“Sampai kapan kamu akan menangis seperti itu?”Natasya tidak menjawab pertanyaan Bayu. Ia masih saja sesenggukan sambil berulang kali menghapus air matanya.Bayu hanya dapat menghela napas melihat pemandangan di depannya.“Berhenti menangis!”Bukannya berhenti, gadis di hadapannya malah menangis semakin keras.“Aku nggak akan tertipu olehmu. Meskipun kamu menangis seperti itu, kamu pikir aku nggak akan marah setelah semua perbuatanmu semalam?” tanya Bayu sambil menunjuk ke arah ruangannya. “Walaupun kamu menangis seperti itu, pintu ruang kerjaku nggak akan kembali seperti semula,” lanjut Bayu lagi.Mendengar perkataan Bayu tersebut, Natasya langsung teringat akan perbuatannya kemarin. Ia telah menghancurkan pintu ruang kerja Bayu. Pintu yang menjadi penghalang bagi orang-orang untuk masuk ke

  • Rahasia Cinta   Bab 15

    Krriiuuukkk… krrriiiiukkkk…Natasya dapat mendengar dengan jelas jeritan cacing-cacing di perutnya. Sudah hampir satu jam perutnya memberontak minta diisi. Apa daya, saat ini tidak ada makanan di rumah Bayu.Sejak sepuluh menit lalu, Natasya terus memelototi nasi di hadapannya. Berharap ada keajaiban sehingga nasi tersebut bisa berubah. Setidaknya menjadi nasi goreng. Lebih baik lagi jika berubah jadi nasi goreng ayam. Nasi goreng yang enak.Sadar bahwa keinginannya itu tidak mungkin terwujud, Natasya tidak punya pilihan selain mengambil tindakan nyata. Disendoknya nasi tersebut lalu diletakkannya di penggorengan. Tidak lupa ia memasukkan garam dan bumbu-bumbuan.Selama lima menit ia terus mengaduk aduk penggorengan di hadapannya. Saking semangatnya ia mengaduk, hampir setengah dari isi penggorengan tersebut kini memenuhi kompor di depannya. Natasya seolah tidak peduli. Ia hanya perlu mengisi kekosongan perutnya agar cacing di perutnya terse

  • Rahasia Cinta   Bab 14

    “Kakak mau ke mana? Kok tega ninggalin aku sendiri? Nggak takut aku hilang? Diculik? Lagian, kalau nanti ada yang datang ke sini aku harus bagaimana? Mau tanggung jawab kalau nanti semua lukisan di galeri ini dicuri?”Natasya langsung mencecari Bayu dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut setelah tahu bahwa Bayu akan meninggalkannya seorang diri di galeri. Bayu berniat menjenguk ibu Shinta. Tentu saja ia tidak berniat untuk mengajak Natasya ke sana. Ibu Shinta sedang sakit. Bisa dibayangkan kalau Natasya yang bersuara cempreng itu ikut dengan Bayu, bisa-bisa ibu Shinta tidak dapat beristirahat dengan tenang. Bayu jelas tidak ingin hal itu terjadi.“Aku kan sudah bilang, mau menjenguk ibunya teman. Kamu tidak kenal dia, jadi nggak ada gunanya kamu ikut,” jelas Bayu. “Lagi pula, kamu kan sudah dewasa. Nggak akan mungkin menghilang semudah itu,” ujar Bayu lagi. “Satu lagi, dengan suaramu yang seperti itu, para penculik pasti akan be

  • Rahasia Cinta   Bab 13

    Hari kelima liburan semester. Tari masih mengurung diri di kamar. Matanya tidak bisa lepas dari layar ponselnya. Ponsel itu tak kunjung berdering. Tari merasa kesepian. Natasya yang biasanya rajin menelepon untuk memamerkan kesenangan pengalaman liburannya pun hari ini tiada kabar. Tentu saja bukan telepon dari Natasya yang sebenarnya Tari nanti-nantikan. Hanya saja, bila temannya yang berisik itu menelepon, setidaknya ia tidak akan merasa kesepian seperti sekarang ini. Setidaknya, ia bisa melupakan sejenak kenyataan bahwa belakangan ini Ryan sama sekali tidak menghubunginya.Tari sudah tidak tahan lagi. Sedikit ragu, ia pun menyentuh layar ponselnya.Tutt… tutt… tutt…Orang di seberang sana tidak menjawab telepon darinya. Tari pasrah. Untuk kesekian kalinya, ia hanya bisa membenamkan wajahnya ke dalam bantal.***“Sudah cukup. Mari kita istirahat dulu.”Albert mengajak Ryan dan Randy beristirahat sejenak. Me

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status