Rahasia Cinta

Rahasia Cinta

Oleh:Ā Ā SachieĀ Ā On going
Bahasa:Ā Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
55 Peringkat
18Bab
1.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:Ā Ā 

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Tari dan Bayu merupakan kakak beradik yang terlahir di keluarga sederhana. Mereka sekeluarga hidup bahagia dalam kehangatan hingga akhirnya kecelakaan yang menimpa Bayu menjadi awal dari terpecahnya keluarga mereka. Ayah dan ibu mereka bercerai dan keduanya pun hidup jauh terpisah. Sepuluh tahun berlalu, Tari yang ikut dengan sang ibu kini hidup dalam kekayaan lantaran sang ibu menikah dengan pria kaya. Di lain pihak, Bayu hidup sendirian lantaran sang ayah telah meninggal. Kakak beradik ini tanpa sengaja bertemu kembali. Selain itu, keduanya memiliki kisah cinta yang di dalamnya mengandung rahasia tak terduga.

Lihat lebih banyak
Rahasia Cinta Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Sepenuhnya.Manusia
Semangat kak nulisnya! Semoga banyak yg baca, Amin...
2022-03-18 20:51:40
0
user avatar
Firza Adibrata
Lanjut ka crtny
2021-09-29 21:10:30
1
user avatar
Cheruu
Ceritanya bagus thorr, semangat ngelanjutin ceritanyaa^^
2021-09-29 00:34:44
1
default avatar
suhardi316
bagusnya ceritamu Thor,, recommended ditunggu selanjutnya thor
2021-09-28 03:21:28
1
user avatar
Ryuzy_hdr
good luck! ditunggu kelanjutannya yaa
2021-09-23 14:43:02
2
user avatar
elhrln
ayo lanjutt
2021-09-21 06:33:34
1
user avatar
Andi Sasa
Good luck sis
2021-09-20 22:02:17
1
user avatar
Nicholas Underwood
Semangat update Kak.
2021-09-20 10:05:41
1
user avatar
Miss Yuka 85
keren kak, lanjut n semangat kak
2021-09-20 09:48:21
1
user avatar
Senja99
Semangat kakak
2021-09-20 05:21:52
1
user avatar
Penulis Lepas
Keren kak lanjutkan lagi ya!
2021-09-20 04:29:27
1
user avatar
I'm okay
Semangat terus!!
2021-09-19 22:38:54
1
user avatar
Biru Tosca
Bagus... semangat ya ...
2021-09-19 21:16:52
1
user avatar
Intan lestari
Ceritanya bagus...
2021-09-19 20:57:14
1
user avatar
Aksara Rindu
Semangat Thor
2021-09-19 14:44:14
1
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
18 Bab
Bab 1
Suara gamelan mengalun memenuhi setiap pelosok auditorium. Dari barisan kursi penonton, Tari tampak tidak dapat berhenti menggoyang-goyangkan tubuhnya. Gadis mungil berusia tujuh tahun tersebut terlihat berusaha mengikuti gerakan para penari yang bergerak dengan sangat lincah di atas pentas. Tidak ketinggalan, di sebelahnya kedua orang tuanya juga terlihat sibuk mengabadikan aksi para penari tersebut. Sang ayah sibuk merekam dan sang ibu membantu mengarahkan. Mereka seolah-olah tidak ingin sedikit pun melewatkan aksi dari sang penari.“Ayah, lebih ke kanan sedikit,” seru sang ibu.Sang ayah kemudian mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti. “Seandainya kita ada di barisan paling depan, kita pasti bisa mengambil gambar yang lebih bagus,” gerutu sang ayah ketika beberapa kali menangkap kepala orang di depan yang menghalanginya mengambil video sang penari.
Baca selengkapnya
Bab 2
Cuaca akhir-akhir ini sangat tidak menentu. Mentari seolah tak ingin menampakkan dirinya, digantikan dengan awan mendung serta diiringi dengan tiupan angin yang cukup kencang. Siang ini, seperti biasa Tari menunggu kedatangan kakaknya. Kali ini, ia menunggu sendirian karena teman-temannya bergegas untuk pulang, takut hujan terlebih dahulu mengguyur mereka. Untungnya Bayu tidak membuatnya terlalu lama menunggu. Tari menyambut kedatangan kakaknya dengan sangat gembira. Ia sangat ingin segera sampai di rumah. Sudah tidak tahan diterpa dengan tiupan angin. ā€œKenapa, Kak?ā€ tanya Tari ketika melihat Bayu sedikit mengguncang sepedanya. Bayu merasa ada yang tidak beres dan langsung mengecek keadaan sepedanya itu. ā€œSepertinya kita harus berjalan sampai menuju bengkel di seberang,ā€ kata Bayu sambil menunjuk ban sepedanya yang sedikit
Baca selengkapnya
Bab 3
Seminggu berlalu. Bayu sudah berhasil menenangkan diri. Selama seminggu belakangan, walau dengan sangat terpaksa, ia berusaha untuk menerima kenyataan. Ia berusaha untuk menerima kenyataan bahwa dunianya sudah tidak akan sama lagi seperti dulu. Ia harus menerima kenyataan bahwa mimpinya sudah pupus. Kenyataan bahwa bumi yang dipijaknya kini akan berbeda. ā€œBayu, saatnya pemeriksaan, Nak.ā€ Bayu hanya mengangguk mengikuti ayahnya. Selama ini, ayahnya berusaha dengan sangat keras untuk menenangkan hati Bayu yang terpukul atas kenyataan pahit bahwa ia sudah tidak dapat berdiri seperti dulu lagi. Kecelakaan itu telah ā€˜membunuhā€™ sosok Bayu yang piawai menari. Bayu sadar bahwa meskipun ia melakukan pemeriksaan dan menerima perawatan, ia tidak akan dapat berdiri di panggung lagi. Ia sudah cukup dewasa untuk mengerti hal tersebut. Namun, ia masih menuruti perkataan a
Baca selengkapnya
Bab 4
Sepuluh tahun kemudianā€¦ ā€œHei! Ngapain sendirian di sini?ā€ suara Natasya yang cempreng hampir membuat jantung Tari copot. ā€œNgagetin orang aja, deh. Ada apa?ā€ tanya Tari. ā€œYaelahā€¦ pake nanya ada apa. Yuk, buruan. Pertandingan basketnya udah mau mulai, tuh.ā€ Natasya menyeret Tari menuju lapangan basket. Sahabatnya yang satu ini memang sangat berbakat dalam memaksa Tari untuk melakukan segala hal. Mau tidak mau, Tari terpaksa ikut melangkah menuju lapangan basket. Pertandingan basket antara kelas XII IPA 1 melawan XII IPA 3 telah dimulai. Tampak pemain-pemain jangkung dari kedua tim berusaha untuk merebut bola dan memasukkannya ke dalam ring lawan. ā€œKok diem aja, sih! Kasi semangat dong buat Ryan,ā€ kata Natasya dengan keras di tengah gegap gempita teriakan 
Baca selengkapnya
Bab 5
Tari sibuk memandangi deretan buku yang berjajar di perpustakaan sekolahnya. Ia sedang mencari buku penunjang untuk mengerjakan tugas dari guru yang harus dikumpulkan dua hari lagi. Tari memang terkenal sebagai anak yang rajin. Ia mendapat peringkat tiga besar di kelasnya. Perpustakaan sekolah adalah salah satu tempat yang paling sering dikunjunginya selama jam istirahat. Ia biasa menghabiskan waktu sendirian di perpustakaan karena tahu benar bahwa pada jam istirahat seperti saat ini, perpustakaan merupakan tempat yang tidak akan pernah dikunjungi Natasya, teman sebangkunya di kelas XII IPA 2. Bayangkan saja, mana mungkin gadis yang tidak pernah kehabisan bahan obrolan dan bersuara nyaring seperti Natasya bisa ditahan lama-lama di perpustakaan yang sunyi senyap ini. Tari pernah mengajaknya mengerjakan tugas biologi di perpustakaan agar dapat dengan mudah mencari buku referensi. Bukannya mencari buku, Natasya malah mengacak-acak rambut sambil berkali-kali mendengus ke
Baca selengkapnya
Bab 6
Begitu jam pelajaran berakhir, Natasya langsung merapikan buku-bukunya. Ia bersiap mengikuti Bu Margareth ke ruang guru. ā€œDoakan semoga aku selamat,ā€ bisik Natasya ke arah Tari sebelum akhirnya pergi. Tari mengangguk sambil mengangkat tangan kanannya yang terkepal, tanda memberikan dukungan. Tari kemudian bergegas menuju kelas XII IPA 1. Mencari Ryan. Tari merasa tidak enak hati karena akhir-akhir ini ia secara tidak sengaja telah asyik dengan dirinya sendiri, tanpa memedulikan Ryan. Tari menunggu di depan kelas XII IPA 1, memerhatikan satu per satu siswa yang keluar dari ruangan tersebut. Ruang kelas tersebut pun akhirnya kosong. Namun, Tari tidak menemukan sosok Ryan. ā€œApa dia sudah pulang?ā€ tanyanya pada diri sendiri. Tidak mungkin. Mana mungkin Ryan pulang tanpa memberikan kabar sedikit pun padanya. Tari lantas melangkah menuju lapangan basket. Mungkin ia dapat menemukan sosok Ryan di sana. Benar saja. Dari kejauhan Tari da
Baca selengkapnya
Bab 7
Seminggu telah berlalu semenjak Tari melihat kejadian tidak menyenangkan itu. Selama seminggu belakangan pula, ia tidak bertemu dengan Ryan. Sebentar lagi mereka akan dihadapkan dengan ulangan semester ganjil. Belum lagi para guru yang seakan berlomba untuk memberikan tugas. Mungkin itu sebabnya Tari bisa sejenak melupakan Ryan. Ia terlalu sibuk berkutat dengan tugasnya. Perpustakaan masih menjadi tempat favoritnya untuk menghabiskan waktu istirahat.Ketika kembali ke kelasnya setelah menghabiskan waktu di perpustakaan, Tari mendapati sebuah kotak makan kecil ada di atas mejanya. Terdapat kertas kecil yang diletakkan di bawah kotak tersebut.‘ASYIK BELAJAR SIH BOLEH SAJA. TAPI JANGAN LUPA MAKAN, YA.’Tari tersenyum memandang tulisan di secarik kertas tersebut. Ia pun membuka kotak di atas meja dan mulai mengunyah sandwich yang ada di dalamnya.***Pak Budi baru saja keluar dari kelas XII IPA 2. Disusul kemudian oleh para murid
Baca selengkapnya
Bab 8
Bayu tengah duduk di salah satu sudut galeri. Ia tengah menyapu kanvas di depannya dengan berbagai warna. Kuasnya menari-nari di udara. Tangannya dengan lincah menggerak-gerakkan kuas tersebut. Ia pun berhenti ketika kanvas di hadapannya sudah penuh dengan warna. Ia tersenyum puas begitu melihat hasil lukisannya tersebut.“Apa yang sedang kamu lukis kali ini?” terdengar suara yang tak asing mendekatinya.Bayu pun memperlihatkan lukisannya. Terlihat gambar sembilan ekor ikan koi yang berenang dengan riang di dalam kolam. “Nggak terlalu spesial, ya?”“Hmm… sepertinya begitu. Lukisan sembilan ekor ikan koi emang bisa dibilang udah banyak di pasaran.”Bayu menatap sumber suara. Tidak percaya orang di sampingnya tersebut tega berkata seperti itu.“Hei, kenapa kamu jujur sekali sih kali ini? Bukannya di saat seperti ini kamu harusnya mencari kata-kata yang lebih bagus untuk memuji lukisanku?” ujar Ba
Baca selengkapnya
Bab 9
Sepuluh tahun yang lalu…Sudah lebih dari seminggu Shinta tidak melihat kehadiran Bayu di sekolah. Ia sangat merindukan sosok Bayu yang mampu menyejukkan relung hatinya. Membuat hatinya berdesir. Karena tidak tahan lagi, ia pun akhirnya memberanikan diri untuk bertanya pada teman satu kelas Bayu.“Bayu kecelakaan…” kata Indra, ketua kelas Bayu. Shinta terkejut mendengarnya. Dada Shinta terasa sangat sesak mendengar kabar tentang kecelakaan yang menimpa Bayu tersebut.“Kakinya cedera…” kata-kata Indra tersebut terdengar bagai petir di siang bolong.Shinta menggeleng-gelengkan kepalanya. Dirinya ingin menolak apa yang baru saja didengarnya itu.“Aa.. aappaa maksudmu?” tanya Shinta, tidak percaya dengan hal yang baru saja didengarnya.“Aku dengar kabar dari wali kelas kalau sekarang Bayu perlu bantuan tongkat untuk menyangga tubuhnya.”‘Kakinya cedera. …ton
Baca selengkapnya
Bab 10
“Kamu tahu, nggak? Aku bagaikan ada di surga!” kata Natasya menggebu-gebu. Ia menggeser letak ponsel di telinganya. Ia pun menceritakan berbagai hal menarik yang dialaminya. Ia sedang liburan! Deretan pertokoan dan restoran trendi, makanan khas yang telah membuatnya tak henti-henti meneteskan air mata karena tingkat kepedasannya, dan tentu saja pemandangan pantai yang sangat menakjubkan. Semua hal itu ia ceritakan pada Tari. Sengaja dilakukannya untuk menyadarkan sahabatnya itu bahwa liburan adalah waktu yang terlalu berharga untuk dilewatkan begitu saja.“Apa? Aku nggak berlebihan, kok! Serius!” ujarnya ketika mendengar tanggapan dari seberang sana. “Oh, ya. Jangan kaget kalau waktu aku pulang nanti kulitku kelihatan semakin gosong, ya. Satu hari kemarin aku berjemur di pantai. Banyak bule di sini, lho… Aku bahkan sempat lupa kalau masih ada di Indonesia. Maklum, saking banyaknya bule di sini.”“Hhmmm…nggak. Belu
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status