/ Romansa / Rahasia Di Balik Tatapan CEO / Bab 3. Pergi Tanpa Alasan

공유

Bab 3. Pergi Tanpa Alasan

작가: Miarosa
last update 최신 업데이트: 2025-11-10 05:13:52

Elena berdiri di depan cermin di apartemennya, menatap cukup lama bayangan dirinya dengan ekspresi kosong. Rambutnya masih sedikit berantakan setelah terburu-buru pulang dan ia bisa melihat sorot kelelahan di matanya.

Hari pertama bekerja di bawah Alexander sudah cukup melelahkan bukan hanya secara fisik, tapi juga emosional. Elena menghela napas, lalu melepas jas kerjanya dan menggantinya dengan kaus longgar serta celana pendek. Ia berjalan ke dapur, menuangkan segelas air, lalu meneguknya perlahan. Pikirannya masih penuh dengan pria itu.

Jari-jari Elena mengenggam erat gelasnya, karena Alexander telah memberi kesan seolah-olah bahwa ia sudah meninggalkan Alexander dan seakan-akan ia yang bersalah padahal dia-lah yang pergi tanpa penjelasan satu kata pun. Elena masih ingat hari itu dengan sangat jelas, hari di mana ia menunggu, berharap Alexander akan kembali, dan berharap semuanya hanya kesalahpahaman, tapi tidak pernah ada pesan atau pun telepon.

Setelah lima tahun, ia kembali seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa. Elena tertawa kecil.

"Bajingan."

***

Keesokan harinya, Elena kembali ke kantor dengan tekad yang lebih kuat. Jika Alexander ingin bermain-main dengannya,  ia tidak akan kalah dan begitu ia tiba di kantor, Erika menyapanya dengan senyum ramah.

"Pagi, Elena! Bagaimana hari pertamamu kemarin?"

Elena tersenyum tipis. "Menarik."

Erika tertawa kecil. "Ya, itu kata yang tepat untuk menggambarkan bekerja dengan Pak Alexander."

Elena menahan diri untuk tidak bertanya lebih jauh lagi, tapi saat Erika berjalan pergi, pikirannya tetap tertuju pada satu hal. Apa yang sebenarnya terjadi pada Alexander selama lima tahun terakhir?

Saat ia masuk ke ruangannya, ia terkejut mendapati Alexander sudah lebih dulu ada di sana, duduk di balik mejanya sambil membaca sesuatu di laptopnya. "Tutup pintunya, Elena!" perintahnya tanpa mengangkat kepala.

Elena mengerjap. Ini tidak seperti kemarin di mana mereka masih bermain formalitas, tapi sekarang suaranya terdengar lebih pribadi, tapi Elena tidak punya pilihan. Ia menutup pintu dengan hati-hati, lalu berjalan mendekati meja.

"Pagi, Pak Alexander!"

Alexander akhirnya menatapnya. Mata gelapnya meneliti Elena dari kepala hingga kaki sebelum akhirnya bersandar ke kursinya.

"Kamu terlihat lebih siap hari ini."

Elena menegakkan punggungnya. "Aku selalu siap bekerja, Pak."

Alexander menyeringai tipis seakan menantang. "Kita lihat saja."

Ia menggeser sebuah dokumen ke arahnya. Elena kemudian mengambilnya dan membacanya dengan cepat. Itu adalah jadwal rapat dan beberapa proyek yang sedang berjalan.

"Kamu akan ikut denganku hari ini," kata Alexander santai.

Elena mengangkat alis. "Kemana?"

Alexander berdiri, mengambil jasnya dari sandaran kursi, dan mengenakannya dengan gerakan halus.

"Tentu saja rapat dengan investor," katanya. "Aku ingin melihat bagaimana kamu menangani tekanan."

Elena mengepalkan jemarinya di balik dokumen.

"Baik, Pak!"

Alexander tersenyum miring. "Bagus dan jangan mengecewakanku."

Pertemuan dengan investor berlangsung di salah satu restoran paling eksklusif di kota. Elena mengikutinya dengan langkah anggun dengan menyembunyikan rasa gugup yang tiba-tiba mulai merayapi dirinya. Seorang pria paruh baya dengan jas mahal menyambut mereka dengan senyum lebar.

"Alexander! Lama tidak bertemu."

Alexander menjabat tangannya dengan formal. "Senang bertemu dengan Anda, Pak Lawrence!"

Pria itu kemudian menoleh ke arah Elena dan mengamatinya dari ujung kepala hingga kaki. "Dan siapa wanita muda ini?"

Alexander melirik ke arahnya, lalu berkata, “Elena, sekretarisku."

Elena tersenyum sopan dan menjabat tangan Lawrence. "Senang bertemu dengan Anda, Pak Lawrence!"

Lawrence terkekeh. "Tampaknya cantik dan pintar. Apa kamu tahu, Alexander, aku selalu penasaran kapan kamu akhirnya akan membawa seseorang yang spesial ke meja pertemuan."

Elena membeku dan ia bisa merasakan Alexander menegang di sampingnya, tapi ia tetap menjaga ekspresi netralnya. Alexander hanya tersenyum kecil, tetapi dingin.

"Dia sekretarisku. Tidak lebih."

Elena tidak tahu kenapa ada sesuatu yang menusuk dadanya saat mendengar kata-kata itu.

Rapat berjalan dengan lancar. Elena mencatat setiap detail, mengatur dokumen, dan memastikan Alexander mendapatkan semua informasi yang dibutuhkannya. Saat semuanya sudah selesai, Pak Lawrence menepuk pundak Alexander.

"Seperti biasa, kamu selalu tahu cara menyakinkan orang."

Alexander tersenyum tipis. "Itu tugas saya."

Mereka bersalaman, lalu Pak Lawrence pergi meninggalkan mereka berdua di ruangan VIP restoran. Elena menutup buku catatannya dan bersiap untuk pergi, tapi suara Alexander menghentikannya.

"Kau tidak mengatakan apa pun selama pertemuan."

Elena mengangkat alisnya. "Aku pikir tugasku hanya mencatat."

Alexander menatapnya lama, lalu tiba-tiba bersandar ke kursinya dan menatapnya dengan cara yang membuat Elena tidak nyaman.

"Kamu masih sama."

Elena mengerutkan kening. "Sama bagaimana?"

Alexander memiringkan kepalanya. "Masih berpikir bisa menyembunyikan perasaanmu."

Elena mengatupkan rahangnya. "Dan Anda masih berpikir bisa membacaku."

Alexander tertawa kecil, tapi matanya tidak benar-benar tersenyum. Elena ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi ia tahu itu hanya akan membuat segalanya lebih rumit, jadi ia memilih untuk menghindarinya.

"Kita harus kembali ke kantor," katanya akhirnya.

Alexander tidak langsung menjawab, lalu dengan suara rendah, ia berkata, "Lima tahun, Elena."

Elena membeku di tempatnya.

"Lima tahun aku pergi, tapi sepertinya kamu tidak berusaha sekalipun untuk mencoba mencariku."

Elena terkesiap. Ia menoleh dan menatap pria itu dengan kemarahan yang ia tahan selama ini.

"Anda yang pergi, Pak Alexander," bisiknya tajam. "Tanpa satu pun penjelasan dan Anda menghilang begitu saja seakan-akan aku tidak pernah ada."

Alexander menatapnya, lalu berkata pelan, "Kalau aku bilang aku punya alasan?"

Elena terkekeh. "Alasan?"

Matanya berkilat penuh luka. "Kalau alasan Anda cukup penting, kenapa Anda tidak memberitahuku lima tahun lalu?"

Alexander terdiam dan itu sudah cukup sebagai jawaban dan tanpa mengatakan apa-apa lagi, Elena mengambil tasnya dan berjalan keluar meninggalkan Alexander dengan tatapan yang sulit dibaca.

이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Rahasia Di Balik Tatapan CEO   Bab 7. Siapa Dia?

    Alexander berbalik pada Elena. "Namanya Ethan. Dia adalah orang yang membantuku lima tahun lalu."Elena merasakan dadanya menegang. "Membantumu dalam hal apa?"Ethan menatapnya lama sebelum akhirnya berkata, "Membantunya menghilang."Elena terkejut. "Apa?"Ethan mengabaikan keterkejutannya dan melanjutkan, "Lima tahun lalu, seseorang menginginkan Alexander pergi. Mereka tidak hanya mengancammu, Elena, tapi mereka juga menginginkan dia mati."Mata Elena membelalak. "Apa maksudmu?"Alexander mengepalkan tangannya. "Elena aku tidak hanya pergi, karena ancaman padamu. Aku pergi karena ada seseorang yang ingin menyingkirkanku juga."Elena merasa kepalanya berputar tiba-tiba semuanya menjadi semakin rumit."Siapa mereka?" tanyanya pelan.Ethan menghela napas panjang. "Aku belum tahu pasti, tapi aku bisa memberitahumu satu hal."Elena menelan ludah dan menunggu. Ethan menatapnya tajam, lalu berkata dengan suara rendah, "Orang yang mengancammu adalah Lucedra."Elena merasakan tubuhnya menegan

  • Rahasia Di Balik Tatapan CEO   Bab 6. Dalam Dekapan Bahaya

    Alexander berdiri dan ekspresinya mengeras. "Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu."Elena mengangkat wajahnya dan menatap mata pria itu yang penuh dengan tekad.Dulu Alexander memilih untuk pergi, tapi kali ini, ia memilih untuk bertahan.Elena hanya berharap bahwa itu bukan sebuah kesalahan. Ia masih menatap foto di layar ponsel Alexander dan tubuhnya masih membeku. Seseorang benar-benar mengawasinya.Ia merasakan tengkuknya meremang. Tadi malam ia pikir itu hanya paranoia, tapi sekarang bukti nyata ada di hadapannya."Elena," suara Alexander lebih lembut dari sebelumnya, "Kenapa kamu tidak meneleponku?"Elena menelan ludah. "Aku aku tidak ingin merepotkanmu."Alexander mengepalkan rahangnya. "Merepotkanku?"Nada suaranya meninggi dan berbahaya membuat Elena sedikit mundur, karena pria itu terdengar benar-benar marah."Ada seseorang yang mungkin mengincarmu, mengirimiku foto ini sebagai peringatan, dan kamu berpikir itu bukan sesuatu yang perlu kamu khawatirkan?"Elena menggi

  • Rahasia Di Balik Tatapan CEO   Bab 5. Bayangan Masa Lalu

    Itu adalah dirinya lima tahun yang lalu yang sedang berjalan sendirian di depan apartemennya dan tanpa sadar bahwa seseorang sedang mengamatinya dari kejauhan. Elena menahan napas saat mengambil foto lain. Ia sedang duduk di kafe dan membaca buku.Foto berikutnya lebih buruk. Itu adalah dirinya yang tertidur di kamar dan diambil dari luar jendelanya."Ya Tuhan!" bisiknya."Sekarang kamu mengerti?" suara Alexander terdengar berat.Elena merasa mual. Seseorang telah mengawasinya selama ini dengan cukup dekat untuk bisa mengambil foto-foto ini tanpa ia sadari."Siapa yang memberimu ini?" suaranya hampir tidak keluar.Alexander menggeleng. "Aku tidak tahu. Foto-foto ini dikirim kepadaku bersama pesan anonim."Elena menatap pria itu dengan nanar. "Dan kamu tidak berpikir untuk memberi tahuku?"Alexander mengepalkan tangannya. "Aku tidak bisa, Elena! Aku takut jika aku mencoba menghubungimu, mereka akan tahu dan benar-benar menyakitimu!"Elena menggeleng masih tidak percaya. "Kenapa sekaran

  • Rahasia Di Balik Tatapan CEO   Bab 4. Kebenaran Yang Terpendam

    Elena berjalan keluar dari restoran dengan langkah cepat. Udara sore terasa sedikit menusuk, tetapi tidak sebanding dengan perasaan yang mendidih di dadanya.Kata-kata Alexander tadi terus terngiang di kepalanya. Elena berhenti di tepi jalan dan mengepalkan jemarinya. Ingin rasanya ia berbalik, menuntut jawaban, dan menanyakan semua hal yang selama ini menggerogoti pikirannya, bahkan setelah lima tahun, Alexander selalu merasa benar dan selalu percaya bahwa dunia harus mengerti dirinya tanpa perlu menjelaskan apa pun dan Elena tidak akan jatuh ke dalam perangkap itu lagi.Sebuah mobil hitam berhenti di depan restoran. Elena tahu itu adalah mobil Alexander. Jendela belakang terbuka dan suara dingin pria itu terdengar."Masuk, Elena!"Elena menghela napas panjang. Ia bisa saja menolak dan pulang dengan taksi, tetapi mereka masih dalam jam kerja, jadi tanpa berkata apa-apa, ia masuk ke dalam mobil.Perjalanan kembali ke kantor dipenuhi dengan keheningan yang nyaris menyiksa.Alexander du

  • Rahasia Di Balik Tatapan CEO   Bab 3. Pergi Tanpa Alasan

    Elena berdiri di depan cermin di apartemennya, menatap cukup lama bayangan dirinya dengan ekspresi kosong. Rambutnya masih sedikit berantakan setelah terburu-buru pulang dan ia bisa melihat sorot kelelahan di matanya. Hari pertama bekerja di bawah Alexander sudah cukup melelahkan bukan hanya secara fisik, tapi juga emosional. Elena menghela napas, lalu melepas jas kerjanya dan menggantinya dengan kaus longgar serta celana pendek. Ia berjalan ke dapur, menuangkan segelas air, lalu meneguknya perlahan. Pikirannya masih penuh dengan pria itu. Jari-jari Elena mengenggam erat gelasnya, karena Alexander telah memberi kesan seolah-olah bahwa ia sudah meninggalkan Alexander dan seakan-akan ia yang bersalah padahal dia-lah yang pergi tanpa penjelasan satu kata pun. Elena masih ingat hari itu dengan sangat jelas, hari di mana ia menunggu, berharap Alexander akan kembali, dan berharap semuanya hanya kesalahpahaman, tapi tidak pernah ada pesan atau pun telepon. Setelah lima tahun, ia kembali s

  • Rahasia Di Balik Tatapan CEO   Bab 2. Luka Yang Belum Sembuh

    Napasnya masih tersengal meski ia mencoba mengendalikan dirinya. Semuanya terlalu mendadak dan terlalu tuba-tiba bagi hatinya yang selama ini ia coba lupakan.Ia bersandar di dinding lorong eksekutif dan kembali mencoba menenangkan detak jantung yang masih berdegup kencang. Lima tahun berlalu sejak perpisahan mereka, tapi pertemuan ini langsung merobek luka lama yang belum benar-benar sembuh."Elena."Sebuah suara lembut menariknya kembali ke kenyataan. Elena menoleh dan melihat seorang wanita paruh baya berdiri di depannya."Oh! Maaf!" Elena buru-buru menegakkan tubuhnya.Wanita itu tersenyum ramah. "Saya Erika, kepala sekretaris di sini. Maaf, saya belum memperkenalkan diri tadi."Elena berusaha tersenyum meskipun emosinya masih kacau. "Senang bertemu dengan Anda, Bu Erika."Erika mengangguk, lalu menurunkan suaranya sedikit. "Kamu baik-baik saja?"Elena terdiam. "Apakah wajahnya terlihat begitu kacau sampai-sampai Erika bisa menyadarinya?" pikir Elena."Ah aku hanya sedikit terkeju

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status