/ Romansa / Rahasia Di Balik Tatapan CEO / Bab 4. Kebenaran Yang Terpendam

공유

Bab 4. Kebenaran Yang Terpendam

작가: Miarosa
last update 최신 업데이트: 2025-11-10 05:21:11

Elena berjalan keluar dari restoran dengan langkah cepat. Udara sore terasa sedikit menusuk, tetapi tidak sebanding dengan perasaan yang mendidih di dadanya.

Kata-kata Alexander tadi terus terngiang di kepalanya. Elena berhenti di tepi jalan dan mengepalkan jemarinya. Ingin rasanya ia berbalik, menuntut jawaban, dan menanyakan semua hal yang selama ini menggerogoti pikirannya, bahkan setelah lima tahun, Alexander selalu merasa benar dan selalu percaya bahwa dunia harus mengerti dirinya tanpa perlu menjelaskan apa pun dan Elena tidak akan jatuh ke dalam perangkap itu lagi.

Sebuah mobil hitam berhenti di depan restoran. Elena tahu itu adalah mobil Alexander. Jendela belakang terbuka dan suara dingin pria itu terdengar.

"Masuk, Elena!"

Elena menghela napas panjang. Ia bisa saja menolak dan pulang dengan taksi, tetapi mereka masih dalam jam kerja, jadi tanpa berkata apa-apa, ia masuk ke dalam mobil.

Perjalanan kembali ke kantor dipenuhi dengan keheningan yang nyaris menyiksa.

Alexander duduk di sampingnya dan menatap lurus ke depan, sementara Elena menatap keluar jendela dan mencoba mengabaikan keberadaan pria itu.

Elena tidak tahu apakah ia ingin mendengar alasannya atau justru lebih baik tidak pernah tahu. Mobil berhenti di depan kantor. Elena hampir membuka pintu untuk keluar ketika suara Alexander menghentikannya.

"Kita harus bicara."

Elena memejamkan matanya sejenak, lalu menoleh. "Aku rasa tidak ada yang perlu dibicarakan, Pak Alexander."

"Datang ke ruanganku setelah ini," ucapnya dengan suara rendah.

Elena ingin menolak, tetapi ada sesuatu dalam tatapan Alexander yang membuatnya ragu, jadi dengan perasaan enggan, ia mengangguk pelan.

Lima belas menit kemudian, Elena berdiri di depan ruangan Alexander. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya mengetuk dan masuk.

Alexander berdiri di depan jendela besar yang memperlihatkan pemandangan kota. Cahaya matahari senja menyoroti siluetnya dan membuatnya tampak lebih sendu.

Elena tidak ingin terpengaruh. "Apa yang ingin Anda bicarakan?" tanyanya dingin.

Alexander menoleh dan lagi-lagi menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Lima tahun lalu aku tidak pergi karena aku menginginkannya."

Elena terkesiap, tetapi ia menahan diri untuk tidak bereaksi lebih jauh. Alexander berjalan mendekat, lalu berhenti tepat di hadapannya.

"Ada sesuatu yang terjadi."

Elena tertawa kecil dan nada suaranya sarkastik. "Sesuatu yang cukup penting sampai kau memilih menghilang tanpa sepatah kata pun?"

Alexander tidak langsung menjawabnya. Tatapannya melembut, tetapi ada sesuatu yang gelap di sana.

"Ya."

Jawaban singkat, tetapi cukup untuk membuat Elena terdiam, karena ia melihat sesuatu yang berbeda di mata Alexander, kesedihan, dan itu membuat hatinya mencelos.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Alexander?" bisiknya dan hampir tidak sadar bahwa ia baru saja menyebut nama pria itu tanpa embel-embel formalitas.

Alexander menatapnya, lalu akhirnya berkata dengan suara yang hampir tidak terdengar, "Aku terpaksa pergi, karena seseorang mengancam nyawamu."

Elena membelalak. "Apa?"

Alexander menghela napas panjang, lalu melanjutkan, "Lima tahun yang lalu, seseorang memberiku peringatan. Jika aku tetap bersamamu, mereka akan menyakitimu."

Elena merasakan tubuhnya melemas.

"Dan kamu mempercayainya begitu saja?" tanyanya dengan suara bergetar.

Alexander menatapnya dengan mata penuh penyesalan. "Aku tidak bisa mengambil risiko. Aku lebih memilih kamu membenciku daripada melihatmu terluka."

Elena merasakan dadanya sesak. Selama ini, ia berpikir bahwa Alexander pergi karena sudah tidak mencintainya lagi, tapi kenyataannya jauh lebih rumit. Ada seseorang di luar sana yang ingin memisahkan mereka entah apa alasannya.

Selama ini, Elena berpikir bahwa Alexander meninggalkannya karena bosan dan sudah tidak menginginkannya lagi.

"Elena."

Suara Alexander membuyarkan lamunannya.

"Katakan sesuatu."

Elena menelan ludahnya dengan susah payah. "Siapa?"

Alexander mengerjap. "Apa?"

"Siapa yang mengancamku?" suaranya lebih tajam dari yang ia maksudkan, tapi ia tidak peduli.

Alexander menghela napas panjang, lalu berjalan ke belakang meja kerjanya. Ia menekan jemarinya ke pelipisnya seolah tengah bergelut dengan pikirannya sendiri.

"Aku tidak tahu pasti."

Elena mencibir. "Jadi kamu pergi hanya, karena seseorang melempar ancaman tanpa tahu siapa mereka sebenarnya?"

Tatapan Alexander mengeras. "Aku tidak bisa mengambil risiko, Elena."

"Dan kamu pikir meninggalkanku tanpa penjelasan adalah pilihan yang lebih baik?" suara Elena meninggi. "Kamu tidak tahu apa yang terjadi padaku setelah kamu pergi! Aku ...."

Ia menggigit bibirnya, menahan emosi yang hampir meluap. Ia tidak akan menangis di depan Alexander.

"Elena."

Alexander melangkah ke arahnya dan Elena secara refleks berjalan mundur. Pria itu menghela napas berat. "Aku tahu aku salah."

Elena tertawa sumbang. "Salah? Itu saja?"

Alexander menatapnya dengan rasa bersalah.

"Aku tidak bisa menghubungimu saat itu," katanya pelan. “Aku tidak tahu siapa yang memburuku, siapa yang menginginkan kamu pergi dari hidupku, tapi mereka memberiku bukti bahwa mereka bisa menyakitimu."

Elena mengerutkan kening. "Bukti?"

Alexander mengangguk, lalu berjalan ke lemari di sudut ruangan. Ia membuka laci, mengeluarkan sebuah amplop cokelat, lalu meletakkannya di atas meja.

Elena memandangnya ragu sebelum akhirnya mengambil amplop itu dan mengeluarkan isinya. Saat ia melihat foto itu, dadanya langsung terasa sesak.

이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Rahasia Di Balik Tatapan CEO   Bab 7. Siapa Dia?

    Alexander berbalik pada Elena. "Namanya Ethan. Dia adalah orang yang membantuku lima tahun lalu."Elena merasakan dadanya menegang. "Membantumu dalam hal apa?"Ethan menatapnya lama sebelum akhirnya berkata, "Membantunya menghilang."Elena terkejut. "Apa?"Ethan mengabaikan keterkejutannya dan melanjutkan, "Lima tahun lalu, seseorang menginginkan Alexander pergi. Mereka tidak hanya mengancammu, Elena, tapi mereka juga menginginkan dia mati."Mata Elena membelalak. "Apa maksudmu?"Alexander mengepalkan tangannya. "Elena aku tidak hanya pergi, karena ancaman padamu. Aku pergi karena ada seseorang yang ingin menyingkirkanku juga."Elena merasa kepalanya berputar tiba-tiba semuanya menjadi semakin rumit."Siapa mereka?" tanyanya pelan.Ethan menghela napas panjang. "Aku belum tahu pasti, tapi aku bisa memberitahumu satu hal."Elena menelan ludah dan menunggu. Ethan menatapnya tajam, lalu berkata dengan suara rendah, "Orang yang mengancammu adalah Lucedra."Elena merasakan tubuhnya menegan

  • Rahasia Di Balik Tatapan CEO   Bab 6. Dalam Dekapan Bahaya

    Alexander berdiri dan ekspresinya mengeras. "Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu."Elena mengangkat wajahnya dan menatap mata pria itu yang penuh dengan tekad.Dulu Alexander memilih untuk pergi, tapi kali ini, ia memilih untuk bertahan.Elena hanya berharap bahwa itu bukan sebuah kesalahan. Ia masih menatap foto di layar ponsel Alexander dan tubuhnya masih membeku. Seseorang benar-benar mengawasinya.Ia merasakan tengkuknya meremang. Tadi malam ia pikir itu hanya paranoia, tapi sekarang bukti nyata ada di hadapannya."Elena," suara Alexander lebih lembut dari sebelumnya, "Kenapa kamu tidak meneleponku?"Elena menelan ludah. "Aku aku tidak ingin merepotkanmu."Alexander mengepalkan rahangnya. "Merepotkanku?"Nada suaranya meninggi dan berbahaya membuat Elena sedikit mundur, karena pria itu terdengar benar-benar marah."Ada seseorang yang mungkin mengincarmu, mengirimiku foto ini sebagai peringatan, dan kamu berpikir itu bukan sesuatu yang perlu kamu khawatirkan?"Elena menggi

  • Rahasia Di Balik Tatapan CEO   Bab 5. Bayangan Masa Lalu

    Itu adalah dirinya lima tahun yang lalu yang sedang berjalan sendirian di depan apartemennya dan tanpa sadar bahwa seseorang sedang mengamatinya dari kejauhan. Elena menahan napas saat mengambil foto lain. Ia sedang duduk di kafe dan membaca buku.Foto berikutnya lebih buruk. Itu adalah dirinya yang tertidur di kamar dan diambil dari luar jendelanya."Ya Tuhan!" bisiknya."Sekarang kamu mengerti?" suara Alexander terdengar berat.Elena merasa mual. Seseorang telah mengawasinya selama ini dengan cukup dekat untuk bisa mengambil foto-foto ini tanpa ia sadari."Siapa yang memberimu ini?" suaranya hampir tidak keluar.Alexander menggeleng. "Aku tidak tahu. Foto-foto ini dikirim kepadaku bersama pesan anonim."Elena menatap pria itu dengan nanar. "Dan kamu tidak berpikir untuk memberi tahuku?"Alexander mengepalkan tangannya. "Aku tidak bisa, Elena! Aku takut jika aku mencoba menghubungimu, mereka akan tahu dan benar-benar menyakitimu!"Elena menggeleng masih tidak percaya. "Kenapa sekaran

  • Rahasia Di Balik Tatapan CEO   Bab 4. Kebenaran Yang Terpendam

    Elena berjalan keluar dari restoran dengan langkah cepat. Udara sore terasa sedikit menusuk, tetapi tidak sebanding dengan perasaan yang mendidih di dadanya.Kata-kata Alexander tadi terus terngiang di kepalanya. Elena berhenti di tepi jalan dan mengepalkan jemarinya. Ingin rasanya ia berbalik, menuntut jawaban, dan menanyakan semua hal yang selama ini menggerogoti pikirannya, bahkan setelah lima tahun, Alexander selalu merasa benar dan selalu percaya bahwa dunia harus mengerti dirinya tanpa perlu menjelaskan apa pun dan Elena tidak akan jatuh ke dalam perangkap itu lagi.Sebuah mobil hitam berhenti di depan restoran. Elena tahu itu adalah mobil Alexander. Jendela belakang terbuka dan suara dingin pria itu terdengar."Masuk, Elena!"Elena menghela napas panjang. Ia bisa saja menolak dan pulang dengan taksi, tetapi mereka masih dalam jam kerja, jadi tanpa berkata apa-apa, ia masuk ke dalam mobil.Perjalanan kembali ke kantor dipenuhi dengan keheningan yang nyaris menyiksa.Alexander du

  • Rahasia Di Balik Tatapan CEO   Bab 3. Pergi Tanpa Alasan

    Elena berdiri di depan cermin di apartemennya, menatap cukup lama bayangan dirinya dengan ekspresi kosong. Rambutnya masih sedikit berantakan setelah terburu-buru pulang dan ia bisa melihat sorot kelelahan di matanya. Hari pertama bekerja di bawah Alexander sudah cukup melelahkan bukan hanya secara fisik, tapi juga emosional. Elena menghela napas, lalu melepas jas kerjanya dan menggantinya dengan kaus longgar serta celana pendek. Ia berjalan ke dapur, menuangkan segelas air, lalu meneguknya perlahan. Pikirannya masih penuh dengan pria itu. Jari-jari Elena mengenggam erat gelasnya, karena Alexander telah memberi kesan seolah-olah bahwa ia sudah meninggalkan Alexander dan seakan-akan ia yang bersalah padahal dia-lah yang pergi tanpa penjelasan satu kata pun. Elena masih ingat hari itu dengan sangat jelas, hari di mana ia menunggu, berharap Alexander akan kembali, dan berharap semuanya hanya kesalahpahaman, tapi tidak pernah ada pesan atau pun telepon. Setelah lima tahun, ia kembali s

  • Rahasia Di Balik Tatapan CEO   Bab 2. Luka Yang Belum Sembuh

    Napasnya masih tersengal meski ia mencoba mengendalikan dirinya. Semuanya terlalu mendadak dan terlalu tuba-tiba bagi hatinya yang selama ini ia coba lupakan.Ia bersandar di dinding lorong eksekutif dan kembali mencoba menenangkan detak jantung yang masih berdegup kencang. Lima tahun berlalu sejak perpisahan mereka, tapi pertemuan ini langsung merobek luka lama yang belum benar-benar sembuh."Elena."Sebuah suara lembut menariknya kembali ke kenyataan. Elena menoleh dan melihat seorang wanita paruh baya berdiri di depannya."Oh! Maaf!" Elena buru-buru menegakkan tubuhnya.Wanita itu tersenyum ramah. "Saya Erika, kepala sekretaris di sini. Maaf, saya belum memperkenalkan diri tadi."Elena berusaha tersenyum meskipun emosinya masih kacau. "Senang bertemu dengan Anda, Bu Erika."Erika mengangguk, lalu menurunkan suaranya sedikit. "Kamu baik-baik saja?"Elena terdiam. "Apakah wajahnya terlihat begitu kacau sampai-sampai Erika bisa menyadarinya?" pikir Elena."Ah aku hanya sedikit terkeju

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status