Share

BAB 4

Penulis: Aphrodite
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-08 09:12:57

Dira berusaha menahan lontaran kasar yang sudah ada di ujung lidahnya. Kemarahan yang ia rasakan rasanya cukup untuk membuatnya kehilangan kendali. Dira menarik napas panjang dan dalam.

Jadi inilah balas dendam yang ingin di lakukan olehnya, pikir Dira getir. Kenapa hal itu bahkan tidak mengejutkannya? Dira mengikuti setiap langkah Ethan lewat tatapan matanya. Laki-laki itu tampil bak penguasa. Begitu angkuh dan penuh percaya diri.

Bu Hani berdiri, menyambut kedatangan Ethan bagai menyambut rombongan presiden. Dira mendengus. Ethan memang bisa membuat orang-orang mau melakukan apa yang dia ingin orang lain lakukan.

Bukankah itu juga yang terjadi padamu?

“Selamat datang Pak Ethan, apa Anda datang untuk melihat gedung ini? saya sudah memberitahu—“

Ethan mengangkat satu tangannya. “Jika diizinkan saya ingin bicara dengan penghuni lama gedung ini,” ucap Ethan dingin. Pria itu masih marah padanya. Itu jelas.

Bu Hani mengerjap, tampak tersinggung karena ucapannya di potong, tapi dia berhasil pulih dengan cepat.

“Tentu saja, sebagai pemilik gedung ini kurasa Anda memang ingin bicara dengannya. Kalau begitu permisi.”

Bu Hani melempar senyum minta maaf pada Dira sebelum menjauh dan menghilang dari pandangan.

“Apa-apaan itu, Ethan? Kurasa kau memiliki terlalu banyak uang daripada akal sehat?”

“Tutup mulutmu! Semua ini tidak akan terjadi seandainya kau tidak berbohong. Sekarang terima konsekuensi dari kebohonganmu,” balasnya sinis.

Wajah Dira memucat. Ia mencoba mengubah taktik. “Ethan kumohon, jangan melakukan ini.”

“Aku tidak akan luluh meski kau menangis darah sekalipun. Kau membohongiku Dira. Bukan hanya satu hari, tapi 5 tahun!”

Oh Tuhan!

Dira buru-buru menutup pintu tokonya. Toh ia tidak akan bisa berjualan lagi di tempat ini bukan? Pikiran itu membuat perasaannya terjun bebas.

“Aku tidak bermaksud membohongimu,” ucapnya lemah, bahkan di telinganya sendiri kalimat itu terdengar menyedihkan.

Sorot mata Ethan semakin kejam. “Satu dua hari adalah waktu ketika seseorang tidak bermaksud berbohong. Kau menyembunyikan keberadaan putraku selama 4 tahun. Menurutmu bagaimana perasaanku mengetahui hal itu, Dira?”

Dira gemetar disekujur tubuhnya, tapi Ethan sama sekali tidak melunak melihatnya sebaliknya kemarahannya semakin membumbung karena berpikir Dira sengaja melakukan taktik licik itu untuk membuatnya kasihan.

Mata biru seterang langit itu mengedarkan pandangan.

“Di mana… siapa nama putraku?”

“Noah, namanya Noah dan dia bukan putramu, putra kita. Dia sedang bermain dengan Gen. Anak-anak seusianya suka bermain dengan teman sebayanya, Ethan,” jelasnya panjang lebar.

Ethan mengedarkan pandangan, perasaan jijik yang terukir di wajahnya yang tampan membuat perut Dira melilit. Yah, tempat ini mungkin bukan yang terbaik tapi inilah tempat yang membuatnya merasa nyaman dan aman. Di sini, tidak ada yang mendikte apa yang harus dan tidak harus ia katakan dan kenakan.

“Jadi, kau membiarkan putraku—“

“Putra kita.”

“tinggal di tempat kumuh dan miskin ini?”

“Ini Tidak kumuh. Tempat ini mungkin sederhana tapi bersih dan nyaman.”

“Inilah putraku, pewaris kekayaan Alexander, hidup miskin dan menggelandang.”

“Ethan please… tempat ini tidak mewah, tapi aku dan Noah menyukainya.”

“Apa kau pernah menanyakan hal itu padanya?”

“Apa?”

“Itu asumsimu atau putraku benar-benar mengatakan hal itu?”

Dira terdiam dan itu memberi Ethan kepuasan.

“Dia bahagia di sini,” tambah Dira lemah seolah hal itu bisa membenarkan tindakannya.

“Aku ingin kau meninggalkan tempat ini segera.”

Detik kalimat itu diucapkan Dira merasa seseorang memukul ulu hatinya dengan kekuatan menakutkan. Matanya melebar panik.

“Apa maksudmu?”

Wajah Ethan datar tanpa ekspresi saat melanjutkan ucapannya.

“Seperti yang dikatakan mantan induk semangmu aku memiliki tempat ini sekarang dan seperti yang juga dia instruksikan kau harus meninggalkan gedung ini selambat-lambatnya besok.”

Dira merasa kepalanya berputar-putar. Bumi tempatnya berpijak tiba-tiba saja bergoyang. Ini tidak mungkin! Ethan tidak mungkin melakukan itu padanya. Itu kejam dan dan tidak berperasaan.

Saat menatap mata biru yang sewarna dengan lautan itu Dira sama sekali tidak melihat kalau pria itu bercanda. Wajahnya yang datar dan sorot mata penuh kebencian yang terlihat telah membenarkan apa yang dipikirkan oleh Dira.

Tubuhnya tiba-tiba gemetar, tapi ia tidak boleh menyerah. Belum. Tidak seorang pun yang bisa mengambil Noah darinya.

“Ethan,” ucapnya dengan suara bergetar. “Aku tahu kau membenciku, tapi kau tidak bisa melakukan ini. Bagaimana mungkin kau mengharapkan aku pergi dari sini besok? Ada banyak hal yang perlu kusiapkan. Selain itu Noah akan kebingungan jika tiba-tiba kami pindah dan—“

“Apa yang kau katakan?” potong Ehan. “Tentu saja aku tidak akan membiarkan putraku hidup terlunta-lunta.”

“Lantas kenapa…”

“Kau yang akan pergi karena aku akan mengambil putraku. Aku yang akan mengasuhnya.”

Dira kehilangan kemampuan bicaranya. Selama 5 detik penuh otaknya sama sekali tidak bekerja. Ia menatap Ethan seakan sedang melihat hantu.

“Kau apa?”

“Aku akan mengambil Noah darimu.”

“Kau tidak menginginkannya,” bantah Dira seakan kalimat itu akan membuat Ethan berubah pikiran.

Ethan melangkah dengan kekuatan pemangsa hingga Dira mengambil langkah mundur karena ketakutan.

Ethan sedikit menunduk agar bisa menatap Dira tepat di matanya. Senyumnya semakin bengis disetiap detiknya. “Dan dari mana kesimpulan lancang itu berasal? Aku akan melawanmu di pengadilan dan memastikan bahkan hakim sekalipun tidak akan memihakmu meski kau ibunya.”

Tidak, tidak, tidak.

Air matanya tumpah. Ketakutan akan kehilangan Noah membuatnya tidak mampu berpikir. Dira melakukan satu-satunya cara yang ia tahu. Ia berlutut di hadapan Ethan.

“Apa yang kau lakukan?” bentak Ethan. “Berdiri, Dira.”

Dira menggeleng, air mata mengaburkan pandangannya. “Kumohon, jangan mengambil Noah dari hidupku, dia satu-satunya alasanku hidup. Kalau kau mengambilnya….”

“Rasanya sakit bukan membayangkan putramu diambil paksa darimu? Bayangkan bagaimana perasaanku selama 5 tahun kebohongan yang kau ciptakan. Kau merampas kesempatan Noah mengenal ayahnya dan merampas kesempatanku untuk mengenali putraku sendiri. Pernahkah terpikir olehmu kalau Noah pasti bertanya-tanya kenapa dia tidak memiliki ayah seperti anak lainnya? Keegoisanmu telah merampas kesempatan itu dari kami berdua.”

“Aku tahu,” bisiknya lemah. Dira pernah mempertanyakan hal itu pada dirinya sendiri dan berjanji kalau suatu saat Noah akan mengetahui siapa ayahnya, tapi mungkin Ethan benar. Ia telah merampas 4 tahun kehidupan Noah mengenal sosok ayahnya.

“Kau tahu kenapa aku membeli gedung ini, Dira?” Ethan menunduk sehingga wajah mereka sekarang sejajar. Matanya berkilat-kilat.

“Karena aku ingin merampas kesempatan itu darimu. Hakim mana pun tidak akan pernah memenangkan kasus seorang ibu yang berbohong dan tidak mampu menghidupi putranya. Selama 4 tahun kau merampas hak itu dariku, Dira. Sekarang aku yang akan melakukan itu padamu.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Rahasia Dibalik Kepergian Istriku   BAB 133

    “Dahulu kala ada seorang pangeran yang tinggal di sebuah kastil mewah.” “Apa dia tampan Daddy?” Ethan menahan senyumnya. “Ya, dia tampan. Sangat tampan. Hari-harinya dipenuhi dengan kegiatan istana yang sangat membosankan. Dia kesepian, tapi tidak seorang pun yang tahu perasaannya.” Leandra mengerjap-ngerjap dengan penuh rasa ingin tahu. “Lalu, apa yang terjadi, Daddy?” “Pria itu memutuskan untuk berpetualang. Dia pergi tanpa memberitahu siapapun. Melakukan perjalanan panjang melewati samudera, menikmati setiap detiknya, tapi pangeran itu tetap saja kesepian.” “Apa dia pulang?” Ethan menggeleng. Ia memperbaiki selimut putrinya. “Tidak, dia tidak pulang, glyko mou. Dia meneruskan perjalanan, tapi pangeran itu memutuskan untuk berhenti. Dia butuh istirahat.” Theo yang sejak tadi hanya menjadi pendengar akhirnya bersuara. “Lagi, Daddy.” Ethan mengelus rambut halus putri kecilnya. “Keajaiban terjadi saat pangeran itu melakukan kesembronoan. Dia membuang sampah sembarangan. Saat it

  • Rahasia Dibalik Kepergian Istriku   BAB 132

    Lima tahun kemudian, Dira menatap putri kecil mereka Leandra sedang bermain pasir bersama ayahnya. Di samping keduanya, seorang bocah kecil berusia 4 tahun tampak diam mengamati. Mata cokelatnya yang tajam dan awas seperti sedang menilai setiap gerakan yang dilakukan oleh Kakak dan Ayahnya. Dira yang melihatnya merasakan dadanya membengkak oleh perasaan bahagia yang tak terungkapkan. Kebahagiannya, kini berada tepat di hadapannya, seperti sebuah potret abadi yang tak ternilai. Dira melilitkan pareo di sekitar pinggangnya sebelum akhirnya menghampiri keluarganya. Ketiganya begitu larut menikmati aktivitas membuat istana pasir hingga keberadaannya sama sekali tidak disadari. Dira ikut berjongkok, mencium puncak kepala Leandra dan Theo bergantian. Leandra yang memiliki warna mata persis seperti yang dimiliki oleh Ethan menatapnya berbinar. “Mommy! Lihat, kami berhasil membuat istana pasir.” “Oh iya! Siapa yang paling banyak berkontribusi?” Leandra menepuk dadanya dengan bangga. The

  • Rahasia Dibalik Kepergian Istriku   BAB 131

    Ethan tertawa sebelum akhirnya menyuapkan saus itu ke mulutnya. Dira mencecap rasa creamy alpukat yang lembut, berpadu sempurna dengan sedikit perasan lemon. “Bagaimana?” tanya Ethan. “Kalau kau membutuhkan pekerjaan katakan saja. Toko rotiku pasti akan menemukan tempat untukmu.” Ethan menyeringai. “Mungkin aku akan mempertimbangkannya.” Lima belas menit kemudian pasta buatan Ethan sudah siap disantap. Dira dengan penuh semangat mulai melahap makanannya. Dira baru saja menyuap satu sendok ketika gelombang rasa panas menyambar tubuhnya. Bukan panas biasa, tetapi sensasi teramat kuat yang membuat sendok di tangannya terjatuh dengan bunyi cling yang nyaring. Gelombang nyeri menjalar dari punggung bawahnya, menusuk hingga ke perut. Ia meringis, tangannya mencengkeram tepi meja. “Ethan…” suaranya mulai goyah. Ethan langsung menghampirinya dengan wajah tegang. “Kenapa? Apa yang sakit, Angel?” Dira mencoba menarik napas dalam. “Mungkin cuma kontraksi palsu…” Namun, belum sempat ia me

  • Rahasia Dibalik Kepergian Istriku   BAB 130

    Dira memejamkan mata, menikmati sapuan angin yang membelai kulit wajahnya. Ia menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan. Ia melakukannya selama beberapa kali dan dalam proses itu senyum sama sekali tidak pernah meninggalkan wajahnya. Ketenangan dengan cepat merasuk dalam dirinya. Sepasang lengan kokoh memeluknya dari belakang, membelai perutnya yang sudah membesar. Dira memiringkan kepalanya sedikit, memberi akses lebih mudah saat Ethan mendaratkan kepala di bahunya. “Apa yang kau lakukan?” tanya Ethan lembut di telinganya. “Menikmati pemandangan. Kita jarang ke tempat ini padahal laut ini tepat di depan rumah,” desahnya lambat. Dira menundukkan pandangan, menatap tangan Ethan yang sekarang sedang mengelus-ngelus perutnya dari balik gaun tipisnya. “Aku tidak sabar menunggu kedatangan Dut-dut.” “Aku juga,” balas Dira, menyandarkan tubuhnya pada Ethan. Memasuki usia kehamilan 36 minggu, dokter mengatakan dalam beberapa minggu ia akan melahirkan. Sejak saat itu

  • Rahasia Dibalik Kepergian Istriku   BAB 129

    Ethan berdiri terpaku di depan toko peralatan bayi seperti orang tersesat, matanya menyapu setiap sudut etalase yang dipenuhi berbagai barang berwarna-warni untuk kebutuhan bayi. Meski sudah membaca buku tentang kebutuhan bayi dan mencaritahu segalanya, ada perasaan aneh yang merayap dalam dirinya. Perasaan yang sulit ia definisikan—campuran antara keterkejutan, antusiasme, dan sedikit kegugupan, merasa seolah memasuki dunia yang benar-benar asing. Sekilas, ia melihat anak kecil yang sedang merengek dan meraung pada orang tuanya sambil menunjuk-nunjuk barang yang ada di etalase. Dulu pemandangan itu pasti membuatnya bergidik dan menjauh. Sekarang… ia tidak sabar untuk menghadapi situasi yang sama. Tanpa sadar sudut mulutnya terangkat. “Ethan?” Suara Dira menyadarkannya. Istrinya menatapnya dengan alis bertaut, mungkin heran melihatnya hanya berdiri di sana tanpa bergerak. Ethan mengangkat bahu, lalu meraih keranjang belanja. “Ayo masuk dan membeli semua yang dibutuhkan Dut-d

  • Rahasia Dibalik Kepergian Istriku   BAB 128

    “Aku mencintaimu.” Kedua kelopak matanya terangkat, sebentuk senyum tipis terukir di wajahnya yang cantik. Ia mengangkat kepala dan bertemu pandang dengan sepasang mata sebiru kristal yang paling ia sukai di dunia ini. “Kau bilang apa?” tanyanya serak, khas orang baru bangun tidur. Dira mengangkat sedikit kepalanya, menggunakan lengan Ethan sebagai bantal saat menunggu pria itu bersuara. Tentu saja ia mendengar apa yang dikatakan Ethan, ia hanya suka mendengar kata-kata itu keluar dari bibir suaminya. Ethan mendekat, menempelkan hidung mereka. “Aku mencintaimu, agape mou.” “Sekarang lebih mudah bagimu mengatakannya, ya ‘kan?” Ethan tertawa rendah. Memang, rasanya jauh lebih mudah mengatakannya sekarang. Setelah apa yang mereka lalui, rasanya penting mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Ketakutan itu masih ada, jauh bersembunyi dalam dirinya, tapi sekarang jauh lebih mudah menghadapinya setelah semua yang terjadi. Setelah menyadari bahwa cinta sungguh bisa memberikan kekuatan ya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status