Share

BAB 5

Author: Aphrodite
last update Huling Na-update: 2025-01-08 09:13:41

Ethan meneguk minumannya banyak-banyak. Bagian dari dirinya yang selama ini ia abaikan atau bahkan tidak ia ketahui ia miliki, mengatakan kalau tindakannya benar-benar kejam dan tidak berperasaan, tapi sisi lain yang selama ini membuatnya bertahan menghadapi orang-orang yang hanya tahu bagaimana memanfaatkan orang lain demi kepentingan pribadi dengan puas menyetujui tindakannya.

Lima tahun!

Selama 5 tahun wanita itu membohonginya? Ethan tidak memedulikan saat Dira menghilang. Benar, ia pernah mencari wanita itu selama beberapa waktu, tapi akhirnya ia sadar, wanita yang memutuskan untuk melarikan diri tidak berhak mendapatkan perhatiannya. Wanita itu ingin pergi, maka Ethan akan melepasakannya.

Semudah itu.

Sampai akhirnya ia tahu alasan dibalik kaburnya Dira. Untuk menyembunyikan putra mereka. Ahli warisnya! Kemarahan yang ia rasakan begitu besar hingga membuatnya merasa tercekik.

Ethan belum pernah semarah ini seumur hidupnya. Fakta Dira mampu menyembunyikan rahasia sebesar itu hanya menunjukkan kalau wanita itu tidak layak mendapat rasa hormatnya.

Dan yang lebih menjengkelkan dan membuat darahnya mendidih adalah fakta bahwa ia masih menginginkan wanita itu. Ia masih ingat bagimana rasa Dia. Bahkan setelah 5 tahun wanita itu masih terlihat sangat cantik, pikirnya getir. Rambutnya yang dulu hitam panjang berkilau kini dipotong menjadi sebahu. Kulit cokelat bak porselennya masih terlihat seperti yang terakhir kali ia ingat. Halus dan bersinar. Bahkan setelah semua yang dilakukan wanita itu tubuhnya masih bereaksi terhadap kehadirannya.

Dan itu satu hal yang membuatnya semakin membenci wanita itu. Fakta bahwa ia masih menginginkan seorang Nadira Olivia terasa seperti menginjak kotoran yang menimbulkan rasa jijik.

Ethan masih ingat bagaimana pertemuan pertama mereka. Saat itu ia sedang berlayar dan sedang beristirahat saat kapal miliknya menepi sebentar sebelum melanjutkan perjalanan. Di sanalah ia melihat Dira dalam balutan bikini yang membuat tubuhnya seketika bereaksi. Wanita yang kehadirannya telah mencuri perhatiannya sejak pertama kali mereka bertemu.

Perasaan mereka menggebu-gebu hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Pernikahan yang hanya manis selama beberapa bulan sebelum Dira bertingkah dan meminta hal-hal yang membuatnya merasa terganggu.

Kenapa wanita selalu tahu bagaimana merusak suasana?

Dira berkeras ingin masuk dan melihat jiwanya yang gelap, bagian dirinya yang tidak akan pernah ia tunjukkan pada siapapun bahkan ibu dari putranya sekalipun.

Dibesarkan oleh orang tua yang sama sakitnya telah memberikan Ethan pelajaran kalau mengharapkan kasih sayang dan juga cinta sama halnya dengan menginginkan penderitaaan dan juga luka. Dan Ethan tidak akan pernah membiarkan perasaan mengerikan itu mengendalikan emosi dan juga hidupnya.

Dan seperti bom yang dijatuhkan tepat di depannya, tiba-tiba saja ia sudah menjadi seorang ayah. Ethan ingat bagaimana syok membuatnya terguncang kala melihat bocah kecil itu—replika masa kecilnya yang begitu mirip.

Bunyi bel yang terdengar menyentak Ethan dari lamunan gelapnya. Ia menoleh, mengerutkan kening. Siapa yang datang malam-malam seperti ini?

Tapi Ethan bisa menebak siapa yang ada dibalik pintu. Ia bergerak malas untuk membuka pintu dan melihat Dira berdiri dengan wajah pucat dan tubuh yang gemetar. Sebagian dari dirinya merasa terusik melihat tampilan menyedihkan wanita itu, tapi sekali lagi Ethan mengusir pemikiran itu dengan ganas.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya dingin, meski ia bisa menebak alasannya.

Dira memilin-milin tangannya. “Kita harus bicara.”

“Aku tidak.”

Mata hitam kelam yang sewarna dengan kegelapan malam itu tampak berkaca-kaca.

“Kumohon Ethan, aku hanya akan bicara setelah itu kau boleh mengusirku.”

Ethan menghela napas, membuka pintunya lebih lebar. “Masuklah,” ujarnya enggan.

Dira melangkah masuk dan Ethan bisa melihat bagaimana pergulatan terjadi di matanya.

“Bagaimana kau tahu aku menginap di hotel ini?” tanya Ethan saat mereka terus berjalan menuju dapur. Ethan membuka kulkas dan mengeluarkan sebotol jus.

“Ini hotel paling mahal di sini,” balas Dira sederhana.

Masuk akal.

“Minumlah, kau terlihat seperti akan roboh kapan saja. Apa kau sudah makan?”

Dira menggeleng. “Aku tidak lapar. Kita harus bicara Ethan.”

Ethan berdiri di hadapan Dira, keduanya dipisahkan meja panjang. Ethan melihat lewat ekor matanya bagaimana Dira mencengkeran gelas jusnya dengan sangat erat seolah sedang berpegangan pada tali penyelamat.

“Aku masih marah padamu, tapi itu saja. Aku akan mengatasi kemarahanku segera, jadi tidak perlu ketakutan begitu seakan aku akan melahapmu hidup-hidup.”

Ucapan itu bukan hanya mengejutkan Dira, tapi juga dirinya. Ingatannya tentang melahap sama sekali tidak sama dengan apa yang ia maksud. Dulu hubungan mereka penuh gairah dan menggebu-gebu sebelum Dira menghancurkan segalanya.

Dan dilihat dari semburat merah di wajah Dira, Ethan tahu wanita itu memikirkan hal yang sama dengannya.

“Apa…apa kau tetap akan membawa Noah bersamamu?”

“Kurasa itu bukan sesuatu yang ingin kupertimbangkan. Aku akan merawatnya jika itu yang ingin kau tanyakan.”

Dira menggeleng. Wajahnya campuran putus asa dan juga kesedihan.

“Noah akan sedih dan merasa kehilangan jika aku tidak bersamanya, tidak, jangan memotongku, kumohon. Aku dan Noah selama ini hidup bersama. Kami memiliki satu sama lain, Ethan. Bisa kau bayangkan bagaimana perasaannya saat menyadari ibunya tidak ada lagi di sampingnya? Dia akan merasa kehilangan. Dia akan sedih dan terluka dan kita berdua tahu kalau itu bukan sesuatu yang akan kita lakukan pada Noah.”

Ethan menatap Dira lekat, tidak memberikan komentar apa pun selain mengatakan, “Lanjutkan.”

“Seperti yang kau tahu aku anak yang dibesarkan di panti asuhan, aku tidak ingin Noah merasakan apa yang kurasakan. Kehilangan sosok orang tua yang bisa memberikan kasih sayang untuknya. Aku selalu ada di sisinya selama ini Ethan. Akan sangat membingungkannya jika aku tiba-tiba menghilang. Maukah…maukah kau mempertimbangkan kembali rencanamu? Aku akan melakukan apa saja sebagai gantinya, kumohon?”

“Apa kau tahu kalau kau yang menyebabkan semua kekacauan ini?” sahutnya pedas.

Dira mengangguk, tampak seperti seorang tahanan yang mendapat hukuman mati.

“Aku tahu,” bisiknya lemah.

“Seharusnya kau tahu setiap tindakan memiliki konsekuensinya, Dira. Inilah akibat yang kau timbulkan dari keputusan egoismu. Pernahkah kau bayangkan bagaimana perasaan Noah saat menyadari ayahnya tidak pernah hadir dalam hidupnya?”

Kemarahan yang ia rasakan terus menerus mendorong Ethan memuntahkan kata-kata kejam tidak berperasaannya. Tidak peduli jika sekarang wajah Dira begitu pucat dan menyedihkan. Dorongan untuk memojokkan wanita itu menguasainya dengan cara yang menakutkan.

“Kenapa kau menyembunyikannya dariku, Dira? Dan jangan katakan karena aku tidak menginginkannya karena jika aku tahu kau hamil aku tidak akan pernah membiarkanmu mengugurkannya. Harusnya kau tahu hal itu seandainya sedikit saja kau mau meluangkan waktu untuk mengenalku.”

“Mengenalmu? Bagaimana bisa aku mengenalmu saat pembicaraan mengarah pada kehidupanmu kau memblokirnya dengan cara yang hanya membuatku semakin menjauh darimu?”

“Aku tidak suka seseorang mengusik kehidupan pribadiku!”

“Ya, karena kau takut aku akan membongkar rahasiamu dan menceritakannya pada pembuat gosip mungkin?”

“Kaulah yang pergi Dira bukan aku.”

“Dan apa kau tahu kenapa aku pergi?”

“Karena kau mengkhianatiku, tapi itu tidak penting untuk dibicarakan. Aku tidak membutuhkanmu sebagai istriku, tapi kau benar kalau Noah membutuhkanmu. Dia akan sedih jika kau tiba-tiba menghilang.”

Tidak ada yang bicara untuk waktu yang seolah selamanya. Dira menahan napas penuh antisipasi.

“Kurasa tidak ada jalan lain bukan? Kau harus ikut bersamaku dan Noah. Dan bagaimanapun caranya Noah harus tahu jika aku ayahnya. Kau seharusnya tahu bagaimana mengatasi hal itu.”

Dira mengerjap. Mata hitam legamnya membulat. “Kau… mau aku ikut denganmu?”

Ethan mengangguk enggan. “Apalagi yang bisa kulakukan? Tidak sepertimu aku tidak egois. Aku akan selalu mementingkan kebutuhan anakku daripada keinginanku. Pergilah, katakan apa pun pada Noah. Besok kita akan pergi dari tempat ini.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Rahasia Dibalik Kepergian Istriku   BAB 133

    “Dahulu kala ada seorang pangeran yang tinggal di sebuah kastil mewah.” “Apa dia tampan Daddy?” Ethan menahan senyumnya. “Ya, dia tampan. Sangat tampan. Hari-harinya dipenuhi dengan kegiatan istana yang sangat membosankan. Dia kesepian, tapi tidak seorang pun yang tahu perasaannya.” Leandra mengerjap-ngerjap dengan penuh rasa ingin tahu. “Lalu, apa yang terjadi, Daddy?” “Pria itu memutuskan untuk berpetualang. Dia pergi tanpa memberitahu siapapun. Melakukan perjalanan panjang melewati samudera, menikmati setiap detiknya, tapi pangeran itu tetap saja kesepian.” “Apa dia pulang?” Ethan menggeleng. Ia memperbaiki selimut putrinya. “Tidak, dia tidak pulang, glyko mou. Dia meneruskan perjalanan, tapi pangeran itu memutuskan untuk berhenti. Dia butuh istirahat.” Theo yang sejak tadi hanya menjadi pendengar akhirnya bersuara. “Lagi, Daddy.” Ethan mengelus rambut halus putri kecilnya. “Keajaiban terjadi saat pangeran itu melakukan kesembronoan. Dia membuang sampah sembarangan. Saat it

  • Rahasia Dibalik Kepergian Istriku   BAB 132

    Lima tahun kemudian, Dira menatap putri kecil mereka Leandra sedang bermain pasir bersama ayahnya. Di samping keduanya, seorang bocah kecil berusia 4 tahun tampak diam mengamati. Mata cokelatnya yang tajam dan awas seperti sedang menilai setiap gerakan yang dilakukan oleh Kakak dan Ayahnya. Dira yang melihatnya merasakan dadanya membengkak oleh perasaan bahagia yang tak terungkapkan. Kebahagiannya, kini berada tepat di hadapannya, seperti sebuah potret abadi yang tak ternilai. Dira melilitkan pareo di sekitar pinggangnya sebelum akhirnya menghampiri keluarganya. Ketiganya begitu larut menikmati aktivitas membuat istana pasir hingga keberadaannya sama sekali tidak disadari. Dira ikut berjongkok, mencium puncak kepala Leandra dan Theo bergantian. Leandra yang memiliki warna mata persis seperti yang dimiliki oleh Ethan menatapnya berbinar. “Mommy! Lihat, kami berhasil membuat istana pasir.” “Oh iya! Siapa yang paling banyak berkontribusi?” Leandra menepuk dadanya dengan bangga. The

  • Rahasia Dibalik Kepergian Istriku   BAB 131

    Ethan tertawa sebelum akhirnya menyuapkan saus itu ke mulutnya. Dira mencecap rasa creamy alpukat yang lembut, berpadu sempurna dengan sedikit perasan lemon. “Bagaimana?” tanya Ethan. “Kalau kau membutuhkan pekerjaan katakan saja. Toko rotiku pasti akan menemukan tempat untukmu.” Ethan menyeringai. “Mungkin aku akan mempertimbangkannya.” Lima belas menit kemudian pasta buatan Ethan sudah siap disantap. Dira dengan penuh semangat mulai melahap makanannya. Dira baru saja menyuap satu sendok ketika gelombang rasa panas menyambar tubuhnya. Bukan panas biasa, tetapi sensasi teramat kuat yang membuat sendok di tangannya terjatuh dengan bunyi cling yang nyaring. Gelombang nyeri menjalar dari punggung bawahnya, menusuk hingga ke perut. Ia meringis, tangannya mencengkeram tepi meja. “Ethan…” suaranya mulai goyah. Ethan langsung menghampirinya dengan wajah tegang. “Kenapa? Apa yang sakit, Angel?” Dira mencoba menarik napas dalam. “Mungkin cuma kontraksi palsu…” Namun, belum sempat ia me

  • Rahasia Dibalik Kepergian Istriku   BAB 130

    Dira memejamkan mata, menikmati sapuan angin yang membelai kulit wajahnya. Ia menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan. Ia melakukannya selama beberapa kali dan dalam proses itu senyum sama sekali tidak pernah meninggalkan wajahnya. Ketenangan dengan cepat merasuk dalam dirinya. Sepasang lengan kokoh memeluknya dari belakang, membelai perutnya yang sudah membesar. Dira memiringkan kepalanya sedikit, memberi akses lebih mudah saat Ethan mendaratkan kepala di bahunya. “Apa yang kau lakukan?” tanya Ethan lembut di telinganya. “Menikmati pemandangan. Kita jarang ke tempat ini padahal laut ini tepat di depan rumah,” desahnya lambat. Dira menundukkan pandangan, menatap tangan Ethan yang sekarang sedang mengelus-ngelus perutnya dari balik gaun tipisnya. “Aku tidak sabar menunggu kedatangan Dut-dut.” “Aku juga,” balas Dira, menyandarkan tubuhnya pada Ethan. Memasuki usia kehamilan 36 minggu, dokter mengatakan dalam beberapa minggu ia akan melahirkan. Sejak saat itu

  • Rahasia Dibalik Kepergian Istriku   BAB 129

    Ethan berdiri terpaku di depan toko peralatan bayi seperti orang tersesat, matanya menyapu setiap sudut etalase yang dipenuhi berbagai barang berwarna-warni untuk kebutuhan bayi. Meski sudah membaca buku tentang kebutuhan bayi dan mencaritahu segalanya, ada perasaan aneh yang merayap dalam dirinya. Perasaan yang sulit ia definisikan—campuran antara keterkejutan, antusiasme, dan sedikit kegugupan, merasa seolah memasuki dunia yang benar-benar asing. Sekilas, ia melihat anak kecil yang sedang merengek dan meraung pada orang tuanya sambil menunjuk-nunjuk barang yang ada di etalase. Dulu pemandangan itu pasti membuatnya bergidik dan menjauh. Sekarang… ia tidak sabar untuk menghadapi situasi yang sama. Tanpa sadar sudut mulutnya terangkat. “Ethan?” Suara Dira menyadarkannya. Istrinya menatapnya dengan alis bertaut, mungkin heran melihatnya hanya berdiri di sana tanpa bergerak. Ethan mengangkat bahu, lalu meraih keranjang belanja. “Ayo masuk dan membeli semua yang dibutuhkan Dut-d

  • Rahasia Dibalik Kepergian Istriku   BAB 128

    “Aku mencintaimu.” Kedua kelopak matanya terangkat, sebentuk senyum tipis terukir di wajahnya yang cantik. Ia mengangkat kepala dan bertemu pandang dengan sepasang mata sebiru kristal yang paling ia sukai di dunia ini. “Kau bilang apa?” tanyanya serak, khas orang baru bangun tidur. Dira mengangkat sedikit kepalanya, menggunakan lengan Ethan sebagai bantal saat menunggu pria itu bersuara. Tentu saja ia mendengar apa yang dikatakan Ethan, ia hanya suka mendengar kata-kata itu keluar dari bibir suaminya. Ethan mendekat, menempelkan hidung mereka. “Aku mencintaimu, agape mou.” “Sekarang lebih mudah bagimu mengatakannya, ya ‘kan?” Ethan tertawa rendah. Memang, rasanya jauh lebih mudah mengatakannya sekarang. Setelah apa yang mereka lalui, rasanya penting mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Ketakutan itu masih ada, jauh bersembunyi dalam dirinya, tapi sekarang jauh lebih mudah menghadapinya setelah semua yang terjadi. Setelah menyadari bahwa cinta sungguh bisa memberikan kekuatan ya

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status