Share

RHMD 135

Author: Ziya_Khan21
last update Huling Na-update: 2025-07-24 08:57:31

Malam menjelang di kota yang tak pernah benar-benar tidur. Lampu-lampu gedung menyala, menciptakan siluet indah di balik jendela kaca kantor Ruby. Suasana di dalam ruangannya sepi, hanya ada suara jemarinya yang menari di atas keyboard, menyelesaikan laporan terakhir hari itu.

Ruby meregangkan bahunya, memutar leher pelan dan menghela napas lega. Matanya melirik jam di sudut kanan bawah layar laptop pukul 20.47. Sudah sangat malam. Saat dia bersiap membereskan barang-barangnya, ponsel di meja bergetar pelan.

Nio.

Senyum langsung tumbuh di wajahnya. Dengan cepat dia mengangkatnya.

“Halo?” sapanya, suara lelahnya terselip nada gembira.

“Aku di bawah,” suara Nio terdengar tenang, hangat seperti biasa.

Ruby terdiam sejenak, kaget tapi senang. “Sekarang?”

“Aku ingin menjemputmu malam ini,” jawab Nio ringan. “Jadi, boleh aku menunggumu di bawah?”

Ruby terkekeh pelan. “Tentu saja. Tapi beri aku lima menit.”

“Sepuluh pun tak apa, asal kau turun dengan senyuman,” balas Nio sebelum menutup tele
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Elly Julita
tenang dan bahagia sejenak, di tengah hiruk pikuk bahaya,, aq masih takut bgt ih ada yg ngintai mereka
goodnovel comment avatar
Novi M Q
sekarang ga ada satu pun preman yang berani melakukan itu ke Ethan, justru mereka takut berurusan dengan Ethan wkwk
goodnovel comment avatar
Safitri Adibah
uhhh nio... bisa romantis juga yak, kenapa GK dari dulu² begini??
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 140

    “Takut bangun dan kau sudah tidak ada,” ucap Ruby dengan kepala yang tenggelam di dada Nio.Nio memejamkan mata. Pelukan Ruby terasa seperti pecahan luka yang diam-diam ingin disembuhkan.“Aku di sini,” ucapnya. “Aku tak akan kemana-mana malam ini. Tidurlah, Ruby.”Ruby mengangguk pelan, lalu mengeratkan pelukannya. Malam itu, di tengah keheningan yang terasa begitu personal, mereka berdua tertidur dalam dekapan yang seolah ingin menghapus semua jarak, semua waktu, dan semua luka yang sempat tercipta di antara mereka.*** Gerry berdiri di balik jendela besar apartemennya yang menghadap ke gemerlap kota. Kilau lampu menari di kaca anggur merah yang ia genggam, tapi pikirannya tak pernah tenang. Di baliknya, Sarah duduk santai di sofa berlapis beludru hitam, memutar perlahan gelas wine di tangannya, seolah tak ada yang perlu disembunyikan malam ini.“Kau akan terus berpura-pura?” Gerry akhirnya membuka suara, nadanya tenang tapi p

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 139

    Nio menatap Ruby, sedikit terkejut. “Aku tak tahu kau menolak perjodohan itu untukku.”Ruby tersenyum getir. “Tentu saja. Tapi sayangnya, setelah kabar bahwa pernikahan kita hanya kontrak tersebar, Ayah mulai ragu. Dia pikir aku telah gagal membuat pilihan yang benar. Dan saat rumor tentang keretakan kita menyebar, dia… mulai mempertimbangkan perjodohan dengan Gerry kembali.”Dada Nio mengeras. “Jadi… ayahmu berpikir untuk menikahkanmu lagi? Seolah semua ini tak pernah ada?”“Dia mengalami syok,” ucap Ruby cepat, mencoba menjelaskan. “Tekanan dari para pemegang saham dan petinggi perusahaan membuatnya limbung. Semua mempertanyakan diriku, mempertanyakan kesanggupanku sebagai pemimpin, apalagi sebagai istri.”Nio mengepalkan tangan di pangkuannya. “Aku tidak menyangka ayahmu bisa memikirkan itu.”“Dia hanya ingin melindungi apa yang sudah dia bangun,” ujar Ruby lembut. “Dan aku… aku juga ingin melindungi semuanya. Termasuk kita.”

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 138

    Mobil berhenti perlahan di depan rumah mereka, rumah yang dulu terasa kosong, namun malam ini tampak seperti rumah yang sesungguhnya. Lampu-lampu taman menyala temaram, dan suara jangkrik samar terdengar dari kejauhan. Ruby menoleh ke arah Nio yang masih menggenggam kemudi, lalu mengulas senyum kecil.“Terima kasih sudah mengantarku,” ucap Ruby lembut, jemarinya menyentuh lengan Nio.Nio menoleh padanya, mata mereka bertemu dalam keheningan yang mengandung seribu makna. “Tentu saja. Malam ini terlalu indah untuk tidak kuantar sampai pintu,” jawab Nio dengan senyum miring yang khas.Ruby mengangguk pelan. Ia sempat ragu, tapi akhirnya memberanikan diri. “Nio… kau tidak ingin masuk sebentar? Menginap mungkin?”Suara Ruby terdengar ragu, seolah ia sendiri takut dengan jawabannya. Tapi matanya penuh harap. Rumah itu memang milik mereka, tapi malam ini terasa lebih personal lebih seperti rumah dua orang yang saling mencintai, bukan sekadar tempat tinggal.Nio terdiam sebentar. Ia menatap r

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 137

    Nio menghapus air mata di pipi Ruby dengan ibu jarinya, kemudian menarik wajahnya mendekat dan mengecup bibirnya lembut. Ciuman yang tidak terburu-buru, tidak penuh nafsu hanya kehangatan, kerinduan, dan cinta yang akhirnya bisa bernapas kembali.Mereka saling berpelukan dalam keheningan yang nyaman. Tak butuh banyak kata. Segalanya kini terungkap lewat pelukan dan napas yang menyatu.Setelah beberapa saat, Nio menarik diri pelan dan tersenyum tipis.“Aku punya satu hal lagi,” katanya sambil melihat ke arah balkon yang sedikit lebih luas.Dari sudut restoran, seorang pemain biola yang sejak tadi memainkan musik latar mendekat ke arah mereka dan mulai memainkan lagu pelan dengan nada romantis. Cahaya remang-remang menari di sekitar lantai kayu, seakan memberi ruang hanya untuk mereka berdua.Nio mengulurkan tangannya. “Maukah kau berdansa denganku, Ruby?”Ruby tertawa kecil, meski air matanya masih membekas. “Kau tahu aku tak begi

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 136

    Makanan datang tak lama kemudian. Mereka makan dengan santai, menyuapi satu sama lain dengan candaan ringan yang membuat hati terasa damai.“Kadang aku rindu masa-masa awal kita,” ucap Ruby lirih, setelah menyuap sesendok pasta. “Saat segalanya masih sederhana.”Nio menatapnya. “Kita mungkin tak bisa kembali ke masa itu, tapi kita bisa menciptakan versi baru. Yang lebih kuat. Lebih jujur.”Ruby mengangguk pelan, menatap wajah pria itu lama-lama. Ada garis lelah di mata Nio, tapi ada juga kekuatan dan tekad. Pria ini, yang dulu selalu menyembunyikan segalanya di balik senyum, kini mulai terbuka. Dan Ruby bersyukur ia masih di sini.Setelah mereka selesai makan, pelayan datang membawa hidangan penutup, tiramisu seperti janji Nio namun belum sempat Ruby menyentuhnya, lampu restoran tiba-tiba meredup.Ruby menatap sekitar, bingung. “Apa—”Musik lembut mengalun dari speaker, dan pelayan lain muncul dari balik pintu, mendorong troli be

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 135

    Malam menjelang di kota yang tak pernah benar-benar tidur. Lampu-lampu gedung menyala, menciptakan siluet indah di balik jendela kaca kantor Ruby. Suasana di dalam ruangannya sepi, hanya ada suara jemarinya yang menari di atas keyboard, menyelesaikan laporan terakhir hari itu.Ruby meregangkan bahunya, memutar leher pelan dan menghela napas lega. Matanya melirik jam di sudut kanan bawah layar laptop pukul 20.47. Sudah sangat malam. Saat dia bersiap membereskan barang-barangnya, ponsel di meja bergetar pelan.Nio.Senyum langsung tumbuh di wajahnya. Dengan cepat dia mengangkatnya.“Halo?” sapanya, suara lelahnya terselip nada gembira.“Aku di bawah,” suara Nio terdengar tenang, hangat seperti biasa.Ruby terdiam sejenak, kaget tapi senang. “Sekarang?”“Aku ingin menjemputmu malam ini,” jawab Nio ringan. “Jadi, boleh aku menunggumu di bawah?”Ruby terkekeh pelan. “Tentu saja. Tapi beri aku lima menit.”“Sepuluh pun tak apa, asal kau turun dengan senyuman,” balas Nio sebelum menutup tele

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status