Home / Romansa / Rahasia Malam Itu / Bab 77 - Untuk Dia

Share

Bab 77 - Untuk Dia

Author: iskz08
last update Last Updated: 2025-11-17 22:02:57

Sejak luapan emosinya ia rasakan di gedung lama beberapa lalu. Anthony memutuskan kembali ke kantor.

Satu jam sudah ia berjibaku di dalam ruangan CEO Reynard Group, Ruang kerjanya hening, hanya suara kipas komputer yang terdengar samar.

Anthony berdiri di depan jendela tinggi, menatap kota seperti predator yang sedang menghitung jarak loncat.

Tangannya gemetar sedikit saat meraih tablet di meja, bukan karena takut, tapi karena terlalu banyak adrenalin yang menabrak tulangnya sekaligus.

Ia membuka folder rahasia. Sederhana. Bersih. Berjudul:

“R-Downfall.”

Folder itu kosong sejak lima tahun lalu, ketika ia memutuskan untuk tetap mempercayai ayahnya.

Sekarang ia mengisinya.

Pelan. Metodis. Tanpa berkedip.

File Data Keuangan

Anthony duduk. Mengetik cepat.

Mengakses jalur yang hanya bisa dibuka oleh seseorang se-level CEO operasional.

Beberapa file terbuka, menampilkan data rekening luar negeri atas nama perusahaan fiktif. Serta pembayaran konsultasi yang tidak pernah terjadi.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Rahasia Malam Itu   Bab 96 - Bram... Jangan Pergi!

    Blam!! Suara pintu ruangan CEO Reynard Group tertutup rapat. Netra hazel Bram spontam beralih atensi melihat Anetta keluar dari ruang CEO Saat ini, koridor lantai 15 terasa lebih dingin dari AC-nya. Atau mungkin itu cuma efek samping dari laki-laki setinggi Bram Wiratama yang berdiri di ujung lorong dengan kedua tangan disilangkan, seolah sedang menimbang keputusan penting, padahal ia hanya menimbang emosinya sendiri. Padahal ia datang kesini untuk menandatangani berkas proyek. Ya, sesederhana itu. Tapi langkahnya berhenti ketika pintu ruang CEO terbuka. Anetta keluar. Dan dunia yang tadinya tenang, mendadak langsung bergerak satu tingkat lebih cepat. Anetta tampak profesional, rapi, elegan seperti biasa. Tapi Bram melihat detail kecil yang mungkin orang lain lewatkan. Nafas Anetta terlihat sedikit berat. Bahunya menegang lebih dari biasanya. Dan jari kanan Anetta masih menyisakan bayangan tinta—bekas tanda tangan.Bram tahu apa artinya itu. Ia tahu siapa yang ada di dalam ru

  • Rahasia Malam Itu   Bab 95 - Kita Perlu Bicara

    "Ayo kita bicara." Ajak Bram pada Anetta, setelah Dion baru saja berangkat sekolah di jemput oleh Karin. Anetta mengangguk pelan, sambil kakinya melangkah mengikuti arah Bram yang sudah terlebih dahulu duduk di di sofa. Netra hazel milik Bram, tiada henti mengawasi tiap gerak-gerik dari wanitanya itu, bukan sebagai masa lalu…bukan sebagai orang yang seharusnya ia jaga jaraknya. Tapi sebagai perempuan yang ia cintai—dengan cara yang tidak lagi bisa ia tutupi. "Kenapa, hm" tanya Anetta canggung saat menyadari dirinya tak luput dari pandangan sang suami sirinya. Seketika Anetta menelan napas, sembari bergerak salah tingkah. Gerakan Anetta itu kecil, tapi Bram melihat semuanya. Melihat bagaimana bahu Anetta turun sedikit, bagaimana jemarinya mengencang di tepi counter, bagaimana pertahanannya bocor pelan-pelan. Dan itu…terlalu jujur. Cepat, Bram beranjak dari sofa, lalu berjalan pelan mendekati Anetta. Bram pun maju setengah langkah. Bukan langkah besar. Bukan pula langkah beran

  • Rahasia Malam Itu   Bab 94 - Kalo Kangen Harusnya Bilang

    Pagi itu hujan turun tipis, hujan yang tidak cukup deras untuk menenangkan, tapi cukup membuat kepala seorang Bram Wiratama terasa berat. Bram tidak tidur sejak semalam.Kejadian malam tadi, setelah bentrokan dengan Anthony, ia malah menghabiskan waktu di mobil sampai fajar, bukannya kembali ke penthouse. Sepanjang malam, Bram terus mengulang voice note yang ia kirim, bahkan memandangi berulang foto yang Anetta kirim, serta mengulang kalimat itu: “Ini harusnya ada di mana?” Bram tidak bisa menjawabnya semalam. Namun ia sadar, jika ia tidak bisa diam juga. Tepat pukul 6 pagi, Bram akhirnya memutar kunci mobil dan mengarah kembali ke apartemen Anetta. Ia tidak punya alasan jelas. Tidak juga punya rencana. Tidak tahu apakah itu tindakan bodoh atau tindakan jujur. Yang Bram tahu cuma satu, ia ingin memastikan Anetta baik-baik saja. Persetan dengan segala hal… ia tidak peduli lagi, apakah itu melanggar jarak yang ia sendiri ciptakan?? Yang Bram tau saat ini adalah perasaan cinta sud

  • Rahasia Malam Itu   Bab 93 - Gue Suami Anetta Aileya

    Bram duduk di kursi belakang mobilnya, mesin belum dinyalakan. Lampu parkir redup, membuat kabin terasa seperti ruang pengakuan dosa. Ponselnya masih ada di tangan, dengan layar menyilaukan mata yang sudah nyaris merah. Bram tahu jika batasnya sudah jebol. Ia menunggu tiga hari. Tiga hari yang rasanya seperti tiga tahun. Dan malam ini… Dia kalah. Jempol Bram menekan ikon voice note. Tak ada skrip. Tak ada perisai. Tak ada logika yang cukup kuat buat ia menahan. Rekaman berjalan. Suara Bram keluar, rendah… pecah… serak… dan jujur sampai telanjang: “Netta… kamu nggak harus bales. Aku cuma—aku cuma pengen dengerin suara kamu. Bahkan satu kata pun cukup. Aku cuma… kangen.”Bram berhenti sejenak. Napasnya mulai bergerak tidak stabil, seperti menahan sesuatu yang hampir bocor. “Aku tahu aku yang minta jarak. Tapi ternyata aku bodoh banget. Aku kira bisa kuat. Ternyata enggak. Setiap malam aku malah nunggu kamu nge-chat hal remeh, Net. Misalnya ngirim foto si Dion kek… komplain soal

  • Rahasia Malam Itu   Bab 92 - Kangen Payung Atau Orangnya?

    Anetta berjalan memasuki kamarnya. Tangannya merogoh ke dalam tas, dan mengeluarkan kotak beludru dari dalam sana. Senyum smirk tercipta dari sudut bibirnya, ketika ia membuka kotak itu. Sebuah cincin milik Bram, yang ia ketahui di kantor tadi. Kini sudah berpindah ke apartemen Anetta. Matanya menyoroti benda itu tajam, tapig tetap di tangan Anetta untuk beberapa detik yang terasa terlalu panjang. Nafasnya menahan diri seolah sedikit saja ia bergerak, sesuatu akan pecah. Anetta lalu menelungkupkan kotak itu kembali, menutup rapat-rapat, seperti orang sedang mencoba menahan rahasia yang bukan miliknya tapi entah kenapa… sangat mempengaruhinya. Jari Anetta bergetar pelan. Ia mendorong kotak itu ke sudut meja dengan cepat, bahkan terlalu cepat, dan juga terlalu defensif. “Kenapa kamu panik sih, Ta? Itu cincin orang,” gerutu otak Anetta. Tapi jantungnya membalas dengan suara lebih lirih, lebih jujur... “Kalau benar cincin orang… kenapa rasanya sesak?” Anetta menelan ludah kasar. Tida

  • Rahasia Malam Itu   Bab 91 - Bram Berubah

    Sejak pertemuan dengan Anthony saat itu, perilaku Bram berubah, khususnya hanya pada Anetta.Tidak ada jeda dramatis. Tidak ada perpisahan besar. Lelaki itu hanya… mundur. Dengan sunyi yang rapi, bersih, dan menyesakkan.Bram tetap selalu ngecek kondisi Dion. Tapi tidak ada lagi momen “aku nginap malam ini”. Tidak ada suara dentingan sendok kopi Bram saat pagi tiba di aprtemen Anetta. Tidak ada Bram di lift pagi-pagi, berdiri dengan rambut sedikit berantakan dan senyum yang cuma muncul setengah detik.Semua yang biasa… kini hilang begitu saja.Anetta memperhatikan pola itu. Semua tanda kecil yang dulu terasa remeh mendadak jadi bukti paling lantang bahwa Bram benar-benar menarik garis dari kehidupannya.Di kantor, Bram bicara seperlunya.Nada suaranya datar, bersih, aman—terlalu aman.Sementara itu, tidak ada yang tau, jika saat ini di dalam kepalanya sendiri, Bram bergulat.... Antara perasaan dan logika.“Kalau gue terlalu dekat… pilihan dia nanti akan berat ke gue.”“Kalau gue menja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status