Share

Bab 2 : Pindah Rumah

"Kenapa Ayah menyembunyikan ini semua? Kenapa Ayah tak berterus-terang padaku!" ungkap Zishu sambil menatap wajah Kay yang baru saja masuk kedalam Kamar.

"Maaf Zi, Semua ini untuk kebaikan mu." jelas Tuan Kay lalu bersimpuh di depan Zishu.

"Kebaikan Apa Ayah? yang jelas aku sangat kecewa dengan Ayah." ucap Zishu sambil menyeka air mata yang tiba-tiba jatuh tanpa permisi.

"Kamu Akan mengerti nanti, mulai sekarang kamu harus menerima Mahesa sebagai Suami mu. Dan tidak ada lagi pertanyaan-pertanyaan yang tidak penting seperti itu." pinta Tuan Kay lalu mengusap wajah sendiri dengan kedua tangan sangat Frustasi.

"Enggak! sampai kapan pun aku tak sudi menerima dia sebagai Suamiku. Dia cuma Suami Pengganti, dia Juga bukan pengantin yang sebenarnya" tolak Zishu lalu memperlihatkan Akta Nikah yang baru saja ia dapat.

Namun, kenyataannya Lain dengan apa yang diinginkan oleh Zishu. Tertera jelas nama Mahesa Bowen pada Akta Nikah yang di tunjukkan oleh Zishu.

"Dia Suami mu Zi. Sudah, Ayah lelah berdebat dengan mu" tutur Tuan Kay, lalu menatap Mahesa yang masih berdiri mematung di dekat pintu Kamar Zishu.

"Kamu bernasib beruntung Hari ini." gumam Tuan Kay pelan saat berjalan melewati Mahesa.

Mahesa hanya menghela nafas, setelah mendengar ucapan dari Tuan Kay, ia benar-benar tak mengerti apa yang akan terjadi setelah ini, Mahesa hanya bisa memasrahkan diri pada Tuhan.

"Sudah malam, istirahatlah besok kita harus bangun pagi, untuk berkemas." tutur Mahesa lalu membantu Zishu naik keatas ranjang.

"Berkemas? memangnya kita mau kemana?." tanya Zishu.

"Kamu akan tahu besok, sekarang istirahatlah." jawab Mahesa.

"Mau apa kamu?" tanya Zishu saat melihat Mahesa Hendak naik keatas ranjang.

"Tidur." Jawab Mahesa singkat, karena sudah teramat lelah.

"Tidur di sofa. Jangan harap bisa tidur satu ranjang dengan ku." perintah Zishu.

"Baiklah." jawab Mahesa mengalah. Kemudian berjalan menuju sofa dan langsung membaringkan tubuhnya diatas sofa. tanpa menghitung jam, Mahesa sudah terlelap dalam mimpi.

***

Keesokan harinya, Suara burung berkicau menambah ramainya suasana di pagi hari. Mahesa baru saja keluar dari kamar mandi dengan mengusap rambutnya yang basah menggunakan handuk.

Zishu membuka mata perlahan lalu menutupinya dengan tangan untuk menghalau sinar matahari yang menyilaukan. Setelah Mahesa membuka gorden jendela.

"Masih pagi juga. Ngapain sih ganggu orang yang sedang bermimpi indah." gerutu Zishu Kesal dengan Mahesa.

"Anda sudah bangun nona Zi, kita akan berpergian Jauh … kamu bersiap-siap lah, aku panggilkan P-R-T untuk membantu Anda." tutur Mahesa Dengan setengah membungkuk pada Zishu kemudian dia berjalan keluar dari kamar.

***

"Permisi Tuan, apa saya boleh menagih janji tuan?" sapa Mahesa menyapa Tuan Kay yang sedang menikmati segelas kopi di ruang utama, Sambil membaca koran.

"Janji.  Janji yang mana?" tanya Tuan Kay yang kini sudah menjadi mertua Mahesa.

"Maaf tuan, bukankah anda berjanji untuk memberikan saya Rumah. Setelah saya menjadi pengantin pengganti Suami Zishu?" lanjut Mahesa bertanya.

"Hahaha. Benarkah? tapi saya tidak merasa pernah mengatakan hal itu." sambung Tuan Kay setelah tertawa kecil.

"Tapi Tuan _ " ucap Mahesa.

"Kau. Atas dasar apa? kamu berani mengusik ketenangan ku!?" sahut Tuan Kay dengan memicingkan mata.

"Maaf tuan, saya tidak bermaksud begitu." tutur Mahesa mengalah dan pergi keluar.

"Dasar tidak tahu diri. Sudah dikasih tempat tinggal dan makan gratis. Semakin pula lupa diri." gumam Tuan Kay sambil menatap Mahesa berjalan keluar Rumah.

*10 tahun yang lalu*

Seorang pemuda malang berjalan tertatih-tatih sambil memegang perut yang sangat terasa lapar.

Ia mengorek-ngorek tempat sampah untuk mendapatkan makanan sisa dah hal itu sangat tidak layak untuk dikonsumsi. tapi, demi bertahan hidup ia sangat terbiasa dengan hal tersebut.

"Hey, apa yang kamu lakukan? itu tidak layak untuk di makan" ucap seorang gadis yang membuat pemuda itu menoleh kearah suara gadis tersebut, dan dia adalah Zishu.

"Jika aku tidak mencari makanan di tempat sampah, bagaimana aku bisa bertahan hidup." sambung pemuda itu sambil terus memegang perut yang sudah keroncong bahkan terdengar oleh Zishu.

"Kamu tunggu disini. aku akan segera kembali." tutur Zishu lantas berlari menuju Rumah makan terdekat.

tak berselang lama, Zishu kembali dengan membawa sekotak makanan dan air mineral.

"Ini untuk mu." ucap Zishu saat memberikan makanan kepada pemuda itu.

Zishu sangat senang melihat pemuda yang ia bantu begitu lahap menyantap makanan yang ia berikan.

"Aku belum tahu nama mu, nama mu siapa" tanya Zishu sambil terus menatap pemuda itu.

"Aku Mahesa Bowen. panggil saja Mahesa." sambung pemuda yang ternyata adalah Mahesa.

***

Mahesa tersenyum saat teringat akan kenangan, dan kenangan yang begitu indah nan membekas selalu di ingatan Mahesa.

"Aku masih tak menyangka 10 tahun lalu ia menolongku, tapi sekarang dia menjadi istriku. dan tidak mengenali aku sama sekali." gumam Mahesa lalu tersenyum bahagia.

"Apa yang terjadi jika dia tahu aku sebenarnya." lanjut Mahesa tersenyum lemah, kemudian dia mengambil ponsel yang ada didalam saku celana.

"Hallo Minzo, Carikan aku rumah yang sederhana tapi nyaman ditempati." ucap Mahesa pada seseorang yang ada didalam sambung tersebut.

"Ingat secepatnya." lanjut Mahesa lantas memutuskan sambungan telepon sepihak.

setelah berselang lama menunggu, ponsel Mahesa kembali berdering, buru-buru Mahesa mengangkat panggilan telepon itu. "Gimana Minzo?" tanya Mahesa saat panggilan terhubung.

"Semua sudah seperti permintaan Bapak, Pak Mahesa tinggal datang dan menempati Rumah tersebut. Dan kunci rumah ada dibawah pot bunga." jelas Minzo dari dalam panggilan telepon.

"Baiklah. Kerja bagus, nanti aku transfer bonus tambahan untukmu." sambung Mahesa lantas memutuskan sambungan telepon dan bergegas untuk menjemput sang istri untuk pindah ke rumah baru.

***

Setibanya di rumah, Mahesa langsung bergegas menuju kamar Sang istri.

"Apa semuanya sudah siap?" tanya Mahesa pada istrinya yang sedang menikmati sarapan.

Namun, Zishu tak mau menjawab dan ia hanya berdehem Menanggapi ucapan sang Suami.

"Aku tunggu di bawah." lanjut Mahesa lantas membawa koper-koper berisi pakaian.

"Mau kemana kamu?" tanya Tuan Kay saat melihat Mahesa menyeret koper.

"Kita mau pindah rumah tuan." sambung Mahesa kemudian di hentikan oleh Tuan Kay.

"Pindah kemana? apa Pindah ke kolong jembatan? " tanya Tuan Kay dengan tatapan menghina.

"Kontrakan Tuan. Saya juga mau mengajak Zishu, Istri saya." jelas Mahesa yang pasti dibumbui sedikit kebohongan, karena tak mungkin Ayah mertua akan mempercayai ucapan Mahesa.

"Tidak boleh, jika kau mau pergi– pergi sendiri. jangan ajak putriku hidup sengsara." ucap Tuan Kay penuh dengan penolakan.

"Tapi tuan, Zishu sudah menjadi tanggung jawab saya." sela Mahesa Membujuk.

Perdebatan antara menantu dan mertua akhirnya pun tak bisa dihindarkan. Sampai-sampai membuat suasana menjadi semakin panas dan hampir tidak terkendali.

Dan Mahesa berhasil meyakinkan Tuan Kay, bahwa dia akan membuat hidup Zishu bahagia.

"Baiklah saya pegang janji kami, tapi jika terjadi sesuatu pada putri ku.  Saya akan memenjarakan kamu, dan Akan membuat hidupmu lebih sengsara. camkan itu!" tuntut Tuan Kay dengan nada Mengancam.

"Terima kasih Tuan, saya akan membuat Nona Zishu bahagia bahkan Wanita paling bahagia di dunia." sambung Mahesa.

Selesai memasukkan semua koper di dalam mobil, Mahesa langsung menjemput sang istri yang masih berada diatas.

***

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, Mahesa dan Zishu pun sampai di rumah yang terlihat sederhana tapi masih terkesan Mewah.

"Ini rumah kita. Eh, maksudku Kontrakan kita. Apa kamu menyukainya?" tanya Mahesa lantas mendorong Kursi roda Zishu mendekat walau pun tak mendapati jawaban dari Zishu.

"Permisi." ucap Mahesa saat membuka pintu utama.

"Kamu suka dengan Rumah ini?" tanya Mahesa dan hanya diangguki oleh Zishu.

Wait For The Next Story…

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status