Share

Rahasia Suamiku dan Keluarganya
Rahasia Suamiku dan Keluarganya
Penulis: Lia Safitri

Bab 1 Suara Tangisan Bayi

Sudah seminggu Aku dan Mas Rama pindah ke kerumah Ibu mertua. Karena merasa kesepian aku memutuskan untuk berkeliling disekitar rumah, saat melewati pintu yang kurasa ini adalah gudang aku mendengar suara tangisan bayi.

"Sarah, sini! kamu ngapain disitu?" tanya Ibu mengagetkanku.

Segera aku berjalan mendekati Ibu.

"Lain kali kamu jangan main diarea belakang rumah ya, dan jangan masuk ke dalam gudang," tambah Ibu.

Dapat dikatakan wajah sang ibu mertua amat cantik. Di usianya yang tak lagi muda, dia masih terlihat sangat segar dan memesona, terlihat sekali kalau dia merawat diri dengan baik.

"Berkeliling Bu, tadi Sarah bosan di kamar. Memangnya dibelakang, ada apa Bu?" tanyaku.

"Takut ada ular, udah kamu jangan banyak tanya!" ucap Ibu pergi meninggalkanku, padahal dari dalam gudang itu aku sangat jelas mendengar suara bayi menangis.

Rasa penasaran yang membuncah aku pun kembali memastikan keadaan, beruntung sekali tak kulihat Ibu di rumah ini, suamiku dan Bang Reza belum pulang dari perkebunan milik keluarganya.

Sekarang aku sudah sampai didepan pintu gudang, tetapi sayang sekali pintunya dikunci dengan gembok. Merasa kecewa akhirnya akupun keluar melalui pintu dapur, tampaklah sebuah kebun dibelakang rumah ini yang lumayan luas dan dikelilingi tembok yang menjulang tinggi.

Aneh sekali, Ibu bilang aku tak boleh menginjakkan kaki diarea ini, karena takut ada ular. Tapi disini tak ada pohon besar ataupun semak-semak belukar. Apakah mungkin disini ada ular?

Angin berhembus kencang sehingga membuat wajah dan tubuhku merasa segar, aku pun berjalan-jalan santai diarea yang ditumbuhi rerumputan liar.

"Aaaak,"

Kakiku tersandung sebuah gundukan tanah, tak bisa menyeimbangkan tubuh akupun terjatuh.

Karena perutku membesar diusia kehamilan menginjak sembilan bulan ini aku kesulitan untuk bangun. Harus benar-benar memposisikan kaki agar kuat untuk berdiri.

Saat kuperhatikan tanah yang aku pijak ini seperti baru digali, masih merah dan gembur bentuknya memanjang seperti sebuah kuburan.

Seketika jantungku berdetak kencang tatkala melihat area sekitar, hanya tanah ini yang tak ditumbuhi rumput liar dan nampaknya seperti baru digali.

Dengan perasaan panik, akupun masuk kedalam rumah membersihkan diri sebelum Ibu melihatku ada disini.

"Mas, tadi saat aku berkeliling terus lewat depan pintu gudang aku gak sengaja dengar suara tangisan bayi? Itu bayi siapa ya Mas?" tanyaku.

Mas Rama yang hendak terpejam pun membuka matanya kembali.

"Mungkin itu bayi tetangga," jawab Mas Rama santai.

"Loh, bukannya rumah ini jauh dari tetangga ya Mas?"

Mas Rama terkesiap dan membulatkan matanya, tetapi tak lama kemudian wajahnya kembali tenang.

"Emm, mungkin tadi ada orang yang lewat sambil bawa bayi. Oh ya, lain kali kamu jangan main-main diarea belakang apalagi sampai masuk kedalam gudang ya, Rah."

Aneh sekali, semakin aku dilarang semakin juga aku dilanda penasaran.

'Pokoknya aku harus cari tahu sendiri, sebenarnya ada apa didalam gudang itu. Aku yakin, suara itu dari dalam gudang bukan dari luar,' batinku.

"Memangnya kenapa sih Mas aku gak boleh masuk ke dalam gudang? aku cuma ingin tahu seluk beluk rumah ini. Lagian, aku bosan. Semenjak kita pindah kesini kamu belum pernah ajak aku jalan-jalan keluar," ucapku cemberut.

Aku memang baru satu minggu tinggal di desa ini, awalnya kami tinggal di kota, tetapi Ibu Mertua ingin aku melahirkan disini karena ini cucu pertamanya.

"Sudahlah, kamu jangan banyak tanya! Kamu itu lagi hamil, di desa ini kalau ada orang hamil banyak pantangannya. Jadi kamu nurut aja apa kata Mas ya!" ucapnya sembari memejamkan matanya kembali.

"Terus tadi aku di halaman belakang nemuin gundukan tanah mirip kuburan, tanahnya juga masih merah. Itu kuburan atau bukan sih Mas?" kali ini Mas Rama tampak terkejut seperti ketakutan.

"Bukan Rah, bukan. Disini mana ada kuburan? Mungkin itu kerjaannya Mang Ujang yang mengubur bangkai hewan disitu," ucapnya.

Mas Rama menyebut nama salah satu pegawai di rumah ini, tetapi rasanya semua pertanyaanku dijawab dengan asal-asalan olehnya, terlihat dari gelagatnya.

Malam ini aku benar-benar tak bisa tidur, memikirkan dua hal aneh tadi siang. akhirnya kusibak selimut dan berjalan menuju dapur untuk mengambil cemilan.

Di dapur ternyata ada Mang ujang yang sedang menyeduh kopi.

"Eh, Mang Ujang!" Ia menoleh.

"Iya Non. Ada yang bisa saya bantu?" tanya lelaki itu dengan sopan.

"Emm, tidak Mang, apa boleh saya bertanya?" Aku sangat penasaran apa yang disembunyikan suamiku dan keluarganya. Mengingat tingkah laku mereka yang begitu aneh.

"Iya Non, boleh. Tanya saja!"

"Apa Mang Ujang habis mengubur sesuatu di halaman belakang?"

"Tidak Non. Saya tidak ngubur apa-apa. Memangnya ada apa ya?"

Itu artinya ucapan Mas Rama tadi tidak benar, lalu jika Mang Ujang tidak mengubur apa-apa, lantas apa yang terkubur didalam sana? Kalau bangkai hewan, masa iya sebesar itu? Mirip Seperti kuburan manusia?

"Tapi tadi kata Mas Rama, Mang ujang loh yang ngubur bangkai hewan disitu? Tapi kok mirip kuburan ya Mang?" tanyaku menatap matanya.

Mang Ujang pun terkesiap, seperti ketakutan.

"Ii-iya, kemarin saya mengubur... bangkai kucing Non, di halaman belakang," ujarnya gelagapan.

"Bangkai kucing?"ucapku menelisik.

"Iya, iya bangkai kucing. Saya kedepan dulu ya Non, Permisi!" Mang Ujang pun keluar dengan terburu-buru, entahlah sepertinya ia menghindar dari tatapanku.

--

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
mau jadi detektif2an tapi mulut ember dan terkesan bodoh.
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Lha udah kayak genre horror aj
goodnovel comment avatar
PiMary
Bikin penasaran....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status