Share

Bab 3 Bagaimana Caraku Keluar?

"Gimana Jang? Apa kamu menemukan seseorang yang masuk kesini?!" tanya Ibu.

Rasanya jantungku berdetak sangat kencang. Aku hanya berdiri mematung menatap Mang Ujang dengan mata melotot.

"Tidak ada, Nyonya!" jawab Mang Ujang sembari menutup pintu lemari.

"Lalu siapa yang berani membuka pintu gudang ini tanpa perintahku, hah?"

"Maaf Nyonya, ta-di sa-ya yang buka," ucap Mbak Wati terbata.

Akhirnya aku bisa bernafas lega, Mang Ujang dan Mbak Wati sudah menjadi penyelamatku kali ini. Tetapi, mengapa mereka melakukan itu?

"Apaa? Kamu ngapain masuk kedalam gudang!? Apa aku menyuruhmu hah!?" bentak Ibu.

Ibu berteriak sangat lantang membuat tubuhku gemetar dan keringat bercucuran. Tak kusangka wanita yang selalu berlaku baik dan lemah lembut kepadaku itu memiliki kepribadian yang tegas dan pemarah.

"Maaf Nyonya, tadi perempuan itu berteriak sangat kencang. Saya terpaksa masuk dan menenangkannya. Tetapi tiba-tiba Non Sarah memanggil, karena saya takut dia datang kemari jadi saya buru-buru menemuinya dan lupa mengunci pintu kembali, maafkan saya Nyonya," jelas Mbak Wati panjang lebar.

"Benar begitu? Apa kamu tidak berbohong?" tanya Ibu lagi.

Kukira Ibu baik dan lemah lembut pada semua orang termasuk para pekerja, ternyata ia hanya baik kepada orang-orang tertentu saja.

"Benar Nyonya, saya tidak berbohong!" ucap Mbak Wati menyakinkan.

Hawa lemari yang begitu sesak serta perutku yang membuncit membuatku sudah tak tahan berlama-lama didalam lemari ini, apalagi betisku sudah terasa pegal saat ini.

"Baik, saya maafkan! tapi lain kali kamu jangan ceroboh seperti ini! saya tak ingin ada orang luar tahu rahasia ini termasuk menantu saya!"

"Baik Nyonya."

Akhirnya aku bisa bernafas lega. Ibu sudah percaya, itu artinya sudah tak ada lagi orang yang menggeledah ruangan ini. Akhirnya aku sudah aman. Tetapi apa maksud dari perkataan Ibu? Rahasia apa yang disembunyikan Ibu dariku?

"Lalu, dimana menantuku sekarang Ti?" tanya Ibu lagi.

"Di kamar Nyonya, sepertinya Non Sarah sedang mandi," jawab Mbak Wati.

Kenapa Mbak Wati rela berbohong demi melindungi ku? Ada apa ini sebenarnya?

"Hem, baiklah. Sekarang kita keluar dari sini dan jangan lupa kunci pintunya. Apapun yang terjadi jangan masuk ke gudang ini lagi tanpa seizin ku," titah Ibu.

Kali ini aku kembali menegang. Mereka semua akan keluar, lalu bagaimana denganku? Bagaimana caraku keluar dari ruangan ini?

Terdengar suara langkah kaki kian menjauh serta suara pintu yang ditutup. Setelah itu, hening tak ada lagi suara yang terdengar.

Aku membuka pintu lemari untuk mengintip keadaan sekitar. Benar saja, Ibu dan yang lainnya sudah keluar. Aku hanya bisa berjalan mondar-mandir didepan pintu memikirkan bagaimana caranya aku keluar dari sini?

Beruntung nasib baik masih berpihak padaku, diluar terdengar seseorang membuka kunci gembok. Tak lama kemudian pintu pun terbuka secara perlahan. Nampaklah wajah Mbak Wati dengan tatapan datar.

"Ayo cepat keluar, Non." ucapnya pelan.

Aku hanya mengangguk lalu keluar dengan cepat tanpa banyak bertanya. Setelah itu segera aku masuk kedalam kamar, untuk berganti pakaian. Jangan sampai Ibu tahu atau bertanya, kenapa bajuku penuh debu dan sarang laba-laba.

"Sarah,"

Terdengar suara Ibu memanggil dibarengi dengan ketukan pintu.

"Iya, Bu. Ada apa?" tanyaku sembari membuka pintu.

"Sudah makan, Rah?" tanya Ibu.

"Belum Bu. Ibu kapan pulang?"

"Baru saja, oh iya Ibu bawakan makanan buat kamu. Itu ada di dapur, lagi disiapin sama Mbak Wati. Nanti dihabiskan ya," ucap Ibu tersenyum ramah.

"Oh iya Bu, terimakasih. Kita makan sama-sama saja gimana Bu?" tanyaku.

"Tidak Rah, Ibu sudah makan. Lagian banyak yang harus Ibu kerjakan. Kamu makan sendiri saja ya!" jelas Ibu.

"Emm.... baiklah Bu."

Ibu bergegas pergi menuju kamarnya di lantai atas, sementara aku kedapur mencoba mendekati Mbak Wati. Kurasa wanita itu mengetahui apa rahasia yang disembunyikan keluarga ini dariku.

"Ini makanannya, Non." ucap Mbak Wati, seperti biasa ia sangat hormat dan kaku.

"Terimakasih, Mbak."

Aku menatap ayam bakar dengan sambal merah yang sudah tersaji diatas meja. Sementara Mbak Wati berjalan menjauhiku.

"Tunggu, disini saja Mbak. Temani saya makan ya!?"

"Iya Non." Ia pun berbalik dan berdiri disampingku.

Aku menyuapkan ayam bakar ini kedalam mulut.

"Saya ingin bicara sesuatu denganmu, Mbak!" ucapku dengan suara pelan.

Mbak Wati tak menjawab hanya menatapku sekilas.

"Sebenarnya siapa wanita yang berteriak meminta pertolongan dari dalam gudang itu, Mbak?" tanyaku dengan suara pelan, sambil celingukan kearah dalam.

Mbak Wati hanya diam. Dari ekspresi wajahnya, ia ingin menjawab tetapi dilanda keraguan. Berarti jelas sekali jika keluarga suamiku ini, menyembunyikan rahasia besar.

"Jawab saja singkat, Mbak! Tidak perlu dijelaskan secara rinci!" bisikku lagi.

Mbak Wati menggeser posisi agar lebih dekat denganku.

"Kalau Nona ingin tahu, malam ini Nona jangan sampai tertidur! Tetapi semua orang harus mengira jika Nona tertidur lelap. Dan jangan makan sampai habis ayam ini," bisiknya membuatku urung untuk menyuapkan makanan ini.

Aku terdiam memikirkan ucapan Mbak Wati, bagaimanapun juga aku harus faham tanpa harus dijelaskan secara rinci.

Mbak Wati pasti dalam keadaan terdesak dan tidak bisa banyak bicara. Bisa juga ini menyangkut pekerjaan atau juga nyawanya. Sehingga ia terlihat sangat ketakutan dengan Ibu.

Apa yang harus kulakukan? Setelah ini pasti Ibu akan bertanya makanan yang ia bawa habis atau tidak. Harus kubuang kemana makanan ini, agar Ibu tak melihatnya?

"Jika Nona ingin, saya bisa bantu membuang makanan ini dengan aman," bisik Mbak Wati.

Aku kembali celingukan kearah dalam, takut saja ada orang lain atau Ibu yang sedang memperhatikan. Dan saat keadaan aman, akupun menganggukkan kepala.

Segera Mbak Wati mengambil sebuah kantong kresek berwarna hitam, menumpahkan daging ayam dan setengah porsi nasi itu kedalamnya. Lalu ia pergi keluar lewat pintu belakang.

Kini dihadapanku hanya ada setengah porsi nasi yang tersisa dan segelas teh hangat. Dan kali ini aku sama sekali tak berani meminum teh hangat itu.

--

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status