Share

Penyesalan Diri.

Angel terbangun dari tidur sekitar jam tujuh pagi. Helaan napas panjang mengawali kehidupan barunya. Dengan bermalas-malasan ia beranjak dari tempat tidur, lalu ke kamar mandi untuk membasuh wajah dan menyikat gigi. Setelah itu, ia menyisir dan mengikat rambut panjangnya. Dan ia keluar dari kamar tidur. Ia berjalan menuju suara sahabatnya.

Terlihat Siska sedang berada di dapur bersama asisten rumah tangganya.

“Pagi Sis, sorry aku kesiangan.”

Siska yang berada di dapur menoleh ke arah Angel, tersenyum dan menjawab, “Jangan pakai sorry begitulah.. slow aja....”

Angel duduk di kursi meja makan melihat Siska yang sedang memasak di dapur.

“Sedang masak apa Sis?” Tanya Angel berjalan menuju dapur dan melihat makanan yang dibuat oleh Siska.

Siska menoleh ke arah Angel dan berkata,” Ini aku sedang masak makanan buat anakku.”

Melihat kesibukan Siska dengan tanggung jawabnya sebagai ibu, membuat hati Angel menyesali perjalanan yang telah ia jalani. Angan-angannya untuk memiliki keluarga seketika sirna. Tetapi hinaan yang diterima tetap akan melekat dalam ingatannya.

Setelah Siska selesai membuat makanan untuk anaknya, ia mengajak Angel untuk sarapan pagi. Di meja makan itu, Angel menceritakan keinginannya untuk mencari pekerjaan, dan Siska akan membantu membicarakan pada suaminya, ketika kembali dari luar negeri.

Selesai makan, Angel berkata pada Siska, kalau besok ia akan pulang ke rumah dan ia akan menceritakan pada mamanya kalau ia terkena PHK (pemutusan hubungan kerja). Karena itu, selesai sarapan pagi, Angel menghubungi mamanya lewat ponsel.

“Pagi Maa..., apa kabar?” tanya Angel membuka pembicaraan pada mamanya.

“Pagi, kabar mama baik, kamu sudah sampai di kantor?” tanya mama ketika di lihatnya jam telah menunjukkan pukul sembilan pagi.

Dengan suara sedikit bergetar, Angel berupaya menyusun kebohongan dengan berkata, “Ma, hari ini ada beberapa karyawan yang diberhentikan. Karena penjualan mobil tidak tercapai dalam beberapa bulan ini, maka Angel juga diberhentikan.”

Isak tangis Angel terdengar ketika berbicara, dan mamanya memberikan semangat. Dengan penuh cinta kasih mama menghiburnya serta ingin Angel pulang ke rumah.

“Sudah jangan menangis, nanti kamu coba melamar di tempat lain, kapan kamu balik ke rumah?”

“Iya Maa, besok Angel pulang ke rumah, terima kasih ya maa.”

Angel pun menutup pembicaraan di ponsel, dan duduk di hadapan Siska dengan isak tangis. Ia menangis bukan karena diberhentikan dari pekerjaannya, tetapi karena kebohongannya selama setahun lebih ini pada mamanya. Padahal mama adalah seorang wanita yang penuh dengan cinta kasih dan perhatian padanya selama ini.

“Sis... aku selama ini berbohong pada mama, dan mungkin ini buah dari kebohonganku pada mama.”

Siska dengan lemah lembut memegang kedua tangan sahabatnya, memberikan dukungan atas kejadian yang pasti membuat hati, perasaan dan waktunya terbuang sia-sia.

“Angel, sekarang ini... kamu harus bangkit dari kesedihan, aku sadar, melupakan semua itu bukan hal yang mudah, tetapi hidup ini akan terus berjalan, aku harap ini jadi pelajaran berharga.”

Kata-kata bijak Siska, merupakan obat mujarab untuk kesembuhan hati dan pikirannya.

Meratapi semua yang telah terjadi adalah perbuatan yang sia-sia. Seharusnya ia bersyukur, karena tidak menikah dengan lelaki yang tidak punya tanggung jawab terhadap keluarga, seperti Tito, lelaki yang dicintainya.

Tetapi, cinta memang sulit di pahami jalan nalarnya. Terkadang, walaupun seseorang telah melukai hati kita sedemikian dalamnya, masih saja kita terombang-ambing dalam cinta dan kepalsuannya.

Karena itu, banyak orang-orang di sekitar kita sering berujar [Kalau cinta sudah melekat, t*i kucing rasa coklat].

“Angel, karena besok kamu akan balik ke rumah, hari ini kamu temani aku jalan-jalan ke Mal yaa.”

Angel mengangguk dengan senyum kecil. Setelah itu terdengar ponsel Siska berdering, dan ternyata suami Siska menghubungi, untuk menanyakan keadaan ia dan anaknya.

Siska pun menyalakan loudspeker pada ponselnya. Ia ingin Angel mendengar pembicaraan ia dan suaminya. Angel pun mendengar bagaimana cara Siska berbicara dengan sangat mesra pada suaminya.

“Bagaimana kabar papi disana? Ingat jaga kesehatan di negeri orang,” ujar Siska dengan nada manja pada suaminya.

“Semua baik-baik saja sayang..., Bagaimana dengan mami dan jagoan kita disana, sehat-sehat juga kan?” Suami Siska balik menanyakan kabarnya.

“Kabar mami dan jagoan papi sehat, bagaimana hasil chek-up kesehatan kak Nirma, semua berjalan lancar kan Pii?” kali ini Siska berbicara dengan nada cemas.

“Setelah dilakukan pemeriksaan, semua masih bisa di atasi dengan baik, ini kak Nirma titip salam untuk mami.”

“Syukurlah kalau masih bisa di tangani dengan baik, mami senang dengarnya, salam kembali untuk kak Nirma, semoga cepat pulih,” ujar Siska memberikan salam untuk istri pertama, yang saat ini sedang berobat keluar negeri.

“Mami kangen enggak sama papi, kedinginan enggak tidur sendiri?” terdengar suara suami Siska agak berbisik ketika mengatakan hal itu. Mungkin saja tidak enak jika istri pertamanya mendengar, pikir Angel.

“Kangen banget, cepat pulang... Iyaa kedinginan, hehehehe,” ujar Siska tertawa kecil lalu menutup sambungan ponsel.

Mendengar percakapan penuh cinta diantara keduanya, kembali hati Angel seperti tercabik-cabik. Bukan karena ia cemburu dengan kebahagiaan Siska, hanya saja ia merasa tidak ada satu lelaki pun yang tulus mencintai dirinya. Walaupun bibir Angel tersenyum turut merasakan kebahagiaan rumah tangga sahabatnya, tetapi dalam hati ia meratapi nasibnya. Ia benar-benar menyesali keputusannya dekat dengan lelaki pengecut seperti Tito.

“Angel... kenapa? Koq kamu melamun?” tanya Siska melihat wajah sahabatnya.

“Ooh...enggak, aku hanya membayangkan kegiatan apa yang akan aku lakukan ketika diam saja di rumah,” sahut Angel berbohong akan kegalauan hatinya.

“Sudah sana mandi dulu, jangan dipikirin... Jalani aja dulu, kita siap-siap untuk jalan yaaa,” Siska merangkul pundak Angel menuju kamarnya untuk membersihkan diri.

Setelah Angel masuk kedalam kamarnya, Siska pun ke kamarnya untuk membersihkan diri. Tiga puluh menit kemudian, Siska keluar dari kamar. Dilihatnya Angel telah berada di ruang keluarga duduk menunggu dirinya.

“Tunggu yaa, aku mau kasih tahu baby-sister untuk jaga anakku,” ucap Siska berlalu dari hadapan Angel menuju kamar baby-sister.

Tak lama kemudian, Siska telah berjalan menuju ke tempat Angel duduk dan mengajaknya berangkat ke Mal.

“Ayoo Angel, kita jalan-jalan berdua, mumpung enggak ada suami, hehehehe.”

Kembali Siska memperingati baby-sister dan asisten rumah tangganya.

“Mbak Tina, ingat yaa.. kalau Arya bangun, baru diseduh susunya, dan jangan terlalu panas,” panjang lebar Siska memberikan wejangan pada baby-sisternya.

“Baik ibuu,” jawab baby-sister itu.

“Mbok Yem, ingat bantu liat Arya juga, jangan nonton televisi terus.”

“Iyaa ibuu,” jawab asisten rumah tangganya.

Setelah itu, Siska mengeluarkan mobilnya dari garasi, dan meminta Angel untuk masuk ke dalam mobil. Lalu mobil itu pun keluar dari pekarangan melaju ke jalan raya.

Di dalam mobil, Angel yang tidak bisa menggunakan mobil seperti Siska, kembali mengutuk dirinya yang terlalu bodoh. Ia terlena dalam cinta palsu. Dan ia menghabiskan waktu untuk hal yang tidak bermanfaat.

“Sis, aku bahagia melihat kehidupan rumah tanggamu.”

Suara Angel memecah konsentrasi Siska yang sedang mengendarai mobilnya. Dan Siska yang mendengar penuturan dari Angel hanya tersenyum memandang sesaat ke arah Angel dan kembali fokus ke jalan raya.

Ketika mobil itu berada di lampu merah, Siska pun berkata,” Angel, dalam setiap rumah tangga ada saja kerikil yang menimpa perjalanan rumah tangga, hanya saja, aku sekarang seorang ibu bagi putraku, sehingga aku harus bisa menekan keegoisanku.”

Siska tersenyum ke arah Angel, lalu meneruskan perjalanan ke Mal. Ia kembali menelaah kata-kata sahabatnya. Dalam hati ia berkata, ‘Benar juga di dalam rumah tangga siapa pun, pasti ada masalahnya, dan sahabatnya terlihat lebih dewasa dibandingkan dirinya dalam menyikapi setiap masalah.

‘Sepertinya ia harus belajar banyak pada Siska,' bisik hatinya

Mereka pun sampai di Mal, setelah Siska memarkir mobil, ia berjalan lewat lantai dasar menuju lantai Mal. Mereka berjalan bergandengan tangan menyusuri tangga darurat di basemen parkir menuju Mal.

Sesampai di lantai dua, mereka berjalan menyusuri beberapa toko berkaca, yang berjejer di sepanjang blok Mal, dengan beragam jenis mereka yang di jual.

Siska masuk ke sebuah toko pakaian dalam. Disana dia memilih lingerie dan beberapa pakaian dalam yang selaras dengan warna lingerie. Lalu Siska juga memfoto beberapa potong.

Melihat hal itu, Angel bertanya padanya,” Sis... Koq pake di photo segala?”

Mendengar perkataan sahabatnya Siska pun berkata, “hehehehe...ini looh Angel, aku harus tanya suamiku, senang enggak dengan lingerie yang aku pilih, soalnya dia akan semakin hot di ranjang, kalau melihat aku memakai lingerie yang terlihat seksi.” setengah berbisik Siska menjawab dengan mencondongkan dirinya ke arah telinga Angel.

Mendengar hal itu Angel hanya bisa tersenyum. Dan sempat terbersit dalam pikirannya, 'Apakah memang suami Siska masih mampu memuaskannya? Apakah memang mereka benar-benar bahagia?'

Ada beberapa lagi pertanyaan yang bergelayut di pikiran Angel. Hanya saja ucapan Siska membuyarkan berbagai pertanyaan dalam benaknya.

“Angel, kamu pilihlah yang kamu suka,” ucap Siska meminta Angel memilih lingerie.

“Hmmmm aku untuk apa beli seperti itu Sis, memangnya ada yang mau aku perlihatkan pakaian ini?”

“Simpan aja dulu...next pasti ada yang akan meminangmu, yakin aja.”

Karena di paksa untuk memilih satu sampai tiga buah lingerie, akhirnya Angel pun memilih dengan ukuran tubuhnya. Dalam hati ia berkata, ‘Semoga saja, kelak lingerie dari sahabatnya ini bisa ia kenakan ketika malam pertama.’

Senyum-senyum sendiri Angel mendengar kata hatinya. Untung saja Siska tidak melihat, ketika ia sedang tersenyum sendiri.

Dilihat, Siska sedang menerima panggilan telepon pada ponselnya. Ketika ia memanggil dengan sebutan papi, Angel pun sudah tahu kalau yang menghubungi Siska adalah suaminya. Setelah itu, Siska mengajak Angel jalan menuju kasir dan membayar belanjaan.

Setelah itu, mereka kembali menyusuri beberapa toko untuk menghilangkan rasa lapar mata Siska yang ingin shopping. Siska lalu mengajak Angel untuk melihat pakaian bermerek yang lagi ada penawaran discount.

“Wow..., Angel discountnya lumayan banget, yukk kita pilih-pilih barang satu atau dua potong,” Siska menarik tangan Angel seakan takut kehabisan pakaian disana.

Angel hanya mengikuti langkah sahabatnya, bagaikan kerbau dicocok hidungnya. Sedangkan Siska terlihat seperti orang yang kalap, ia memilih beberapa pakaian bermerek yang menjadi favorit dirinya.

Yang awalnya satu atau dua potong, terlihat lima potong pakaian telah masuk dalam kantung belanjanya. Melihat hal itu Angel mengingatkan sahabatnya.

“Sis, enggak kebanyakan kamu membeli pakaian ini, jangan-jangan kamu lagi lapar mata yaa,” seloroh Angel.

Yang di tegur hanya tersenyum, dan tetap melanjutkan kesenangan untuk berburu pakaian bermerek, tanpa memikirkan budget yang akan dikeluarkan.

Seperti inilah kehidupan Siska yang menjadi istri ketiga, dari seorang pengusaha.

Tugasnya hanya mengurusi suami dan putranya saja serta menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tidak terlalu penting.

Mereka terus melanjutkan acara berbelanja, hingga lupa waktu. Namun setidaknya, untuk Angel, walaupun sesaat hal itu bisa menjadi penghiburan, bagi hatinya yang terluka.

Parikesit70

Hai...pembaca yang baik hati🥰 Mohon bantu tanda love nya yaa ❤️❤️❤️❤️❤️ Dan komentarnya juga yaa✍️ Ditunggu kelanjutan cerita RWP🌺 yang pasti seruuuu Terima kasih banyak 🙏🙏 Dan ingat jaga kesehatan💪

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status