Share

Dilabrak

Seminggu kemudian, Angel pamit pada mamanya, untuk kembali ke apartemen. Sebuah taxi membawa ke apartemen yang telah satu minggu ini di tinggal.

Sesampai di apartemen, seorang security menyapa, “Selamat pagi Non Angel.”

“Pagi Pak,” sahut Angel tersenyum ramah, berjalan menuju lift.

Angel lalu menghentikan langkahnya, ketika di dengar, security memberitahu, kalau sudah beberapa kali, seorang wanita datang ke apartemen mencari Angel.

“Maaf Non, sudah beberapa kali, ada seorang wanita mencari non Angel, karena non, sempat pesan pada saya, kalau pulang ke rumah orang tua, maka saya sampaikan pada wanita itu, seperti yang disampaikan non Angel kepada saya.”

“Ooh iya pak, terima kasih untuk infonya, mungkin teman senam saya.”

Lift pun terbuka, Angel melangkah masuk ke dalam lift dan menekan tombol nomor tujuh, untuk sampai ke apartemennya. Sesampai di lantai tujuh, Angel berjalan menuju pintu apartemen, membuka pintu dan masuk ke dalam.

Sesampai di dalam, Angel langsung mengganti pakaian yang dikenakan dengan pakaian renang. Di pagi ini, ia ingin berenang di kolam renang yang tersedia gedung apartemen. Biasanya dalam satu minggu tiga kali ia berenang. Kolam renang berada dilantai dasar, jadi ia kembali melangkah ke lift untuk turun ke lantai dasar. Sesampai di kolam renang, Angel menaruh botol minuman lemon pada meja, dan meletakkan handuk pada kursi panjang berwarna abu-abu, yang berjajar di sisi kolam renang.

Ia membuka kaos yang di rangkap dengan pakaian renang. Tampak bentuk elok tubuh indahnya dalam balutan baju renang berwarna ungu dengan bagian punggung yang terbuka dan belahan dada yang sedikit terbuka.

Kulit putih mulusnya, terpapar sinar mentari pagi. Beberapa pasang mata yang sedang berenang menatap keindahan tubuhnya tanpa berkedip, hingga tubuh itu masuk ke dalam air di kolam renang.

Angel berenang dari hulu ke hilir dengan gaya bebas, dan berbalik arah dengan gaya kupu-kupu. Berkali-kali ia melakukan hal itu. Dua puluh menit kemudian, Ia keluar dari kolam renang dalam keadaan basah. Terlihat jelas tubuh sexy miliknya melekat pada pakaian renang yang basah.

Kembali beberapa pasang mata menatap tubuhnya, ketika Ia berjalan mendekati kursi panjang yang ada disisi kolam renang. Ia meraih handuk yang ditaruh pada kursi, lalu menyeka bagian tubuh yang basah.

Ia pun duduk di kursi panjang sambil menikmati terpaan sinar matahari. Dan meneguk sebotol air lemon yang dibawanya. Sekitar lima belas menit kemudian, Angel kembali memakai baju dan celana kulot yang ia kenakan untuk merangkap pakaian renangnya yang sexy, ia lalu berjalan menuju lift untuk sampai ke kamarnya di lantai tujuh.

Sesampai di kamar, ia langsung ke kamar mandi. Di kamar mandi itu, ia teringat pada Tito, lelaki yang selalu memanjakannya dengan sentuhan cinta yang membara. Tanpa disadari, hasrat itu hadir setelah satu minggu ia tahan dalam kerinduan pada lelaki itu.

Di kamar mandi, Angel melakukan hasrat yang telah sampai ke ubun-ubun dengan menyentuh area sensitif miliknya. Ia melakukan hal yang pernah ia lihat, pada aplikasi di ponselnya.

Ia menekan bagian klitorisnya, dan memutarnya dengan lembut, ketika hasratnya kian membara, Ia melakukan putaran lebih cepat pada bagian klitorisnya. Terasa seluruh bagian tubuh bergetar. Ketika hasrat kian memuncak, yang terdengar hanya desahannya yang berpacu dalam kenikmatan pada dirinya sendiri.

“Oouhhhh...Eennakk...ahhh,” Angel merasakan kepuasan dan terasa geli pada bagian sensitifnya.

Itu adalah pengalaman pertama Angel melakukan hal gila yang selama ini tidak pernah terpikirkan sama sekali. Dalam hati ia bergumam, ‘Hmmmm gila juga aku sampai melakukan hal ini.’

Setelah kepuasan batinnya di tersalurkan, ia keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk berwarna biru. Ia mendekati cermin, tersenyum puas dan membuka handuk yang melilit pada tubuhnya. Ia mengamati bagian tubuh putih miliknya tanpa busana. Kembali hasrat gilanya muncul dalam benak. Ia membayangkan sosok lelaki yang dicinta menyentuh bagian sensitifnya. Lalu ia melakukan kembali hasratnya dengan memainkan klitoris yang masih terlihat membesar, sisa dari sensasi yang telah ia lakukan di kamar mandi. Di depan cermin itu, kembali ia mencari kenikmatan yang telah diraihnya di kamar mandi. Cermin itu menjadi saksi bisu, ketika ia melakukan sensasi pada kedua bagian sensitifnya. Ia mendesah, menjerit dan meliukkan tubuhnya di depan cermin dengan posisi berdiri, dengan satu kaki berada di kursi cermin, dengan demikian ia bisa melihat jelas area sensitifnya. Kegilaan kali ini adalah timbunan stres, emosi, kerinduan pada Tito.

Selesai dengan sensasi yang telah diraihnya, Angel membersihkan diri dan mengenakan pakaian. Ia lalu membuka sebuah wadah makanan yang tadi diberikan mamanya. Dilihat ayam sisit dan sayur terong sambal balado, berada di dalam wadah. Rasa lapar yang merasuki lambung, membuat ia langsung melahap makanan di dalam wadah itu. Apalagi hari ini, banyak energi yang telah dikeluarkan, karena hasratnya.

Baru saja ia selesai makan, terdengar ketukan pada pintu apartemennya. Segera ia merapikan wadah yang telah kosong, ke tempat cucian piring. Ia lalu beranjak ke pintu yang diketuk seseorang.

“Yaa... Sebentar,” sahut Angel menjawab ketukan pada pintu kamarnya.

Ia membuka pintu, dilihat seorang wanita dengan tubuh subur, kira-kira berumur empat puluh lebih, menerobos masuk ke dalam apartemen.

“Eh...siapa kamu, kurang ajar sekali, langsung menerobos ke apartemen orang lain!” ucap Angel dengan geram pada wanita yang masuk ke dalam apartemennya.

Wanita bertubuh subur itu, melihat ke arah Angel dengan wajah penuh kemarahan. Ia menatap dari atas ke bawah hingga berulang kali.

“Ooh... ini wanita murahan itu?” dengan wajah sinis dan mata yang memandang rendah ke arah Angel, wanita itu terus mengerutu.

Mendengar kata-kata hinaan itu, membuat Angel tersulut amarah. Darahnya mendidih, telinganya memerah, jantungnya berdetak kencang.

“Kurang ajar sekali mulut kamu yaa... sudah tidak tahu sopan masuk ke apartemen orang lain, sekarang kamu menghina seenak mulutmu!”

Angel berdiri dengan bertolak pinggang, memandang kesal pada wanita yang tidak tahu sopan.

“Keluar kamu!” teriak Angel pada wanita itu dan menghubungi satpam agar naik ke apartemennya.

Kini Angel, dengan telunjuk yang ia arahkan ke pintu keluar kamarnya, meminta wanita itu pergi dari apartemen.

Melihat reaksi Angel yang sudah menghubungi satpam, wanita itu langsung menarik tubuh dan menjambak rambut Angel. Reaksi cepat wanita itu, membuat Angel jatuh terjebab ke lantai. Ia tidak menyadari gerakan cepat dari wanita itu. Di lantai itu, baru ia menyadari, siapa wanita yang dihadapi. Sedangkan penghuni apartemen lain yang mendengar keributan, baik penghuni di samping kanan dan kiri kamar serta seorang security telah berhamburan masuk ke dalam kamarnya.

“Liat... ini wanita jalang yang sudah merayu suami saya, hingga melupakan anak-anak!”

Teriak wanita itu, sambil menunjuk Angel yang masih berada di lantai karena terjatuh. Angel merasa, wanita ini sengaja membuat keributan, karena ia ingin mempermalukan dirinya di depan penghuni lain.

“Lihat ini, tampang perempuan perusak rumah tangga orang lain, hati-hati saja dengan wanita model seperti ini!”

“Asal kamu tahu yaa.. wanita jalang, saya nyonya Tito Khaidir, lelaki yang kamu racuni dengan rayuan dan mulut manis mu, Sekarang kamu mengerti kenapa saya menerobos kamar kamu!”

Mendengar penghinaan yang diucapkan wanita itu di depan beberapa pasang mata yang telah masuk ke dalam kamar apartemennya, serasa seluruh persendian tubuh Angel, terpisah satu persatu. Rasa malu, marah, dan hina kini diterima, tanpa bisa ia balas. Sedangkan lelaki yang dicinta, tidak terlihat batang hidungnya. Angel tidak berani menatap wanita yang sedang kalap setelah mengetahui perselingkuhan suaminya.

Angel yang tadi didorong dan berada di lantai, hanya mampu memandangi lantai keramik, yang semakin terasa dingin. Ada buliran air mata terjatuh, satu persatu ke lantai keramik itu. Ia sudah tidak mampu lagi mendengar kata hinaan dan caci maki yang dikatakan oleh wanita bertubuh subur itu. Yang ia sadari sudah semakin banyak orang yang datang ke kamarnya.

Wanita yang kalap itu tiba-tiba menendangnya, hingga membuat ia terjungkal. Terlihat seorang lelaki penghuni apartemen lain, menarik wanita menjauhkan dari Angel yang masih tersungkur di lantai. Lalu seorang wanita muda menghampiri Angel, dan memapahnya berdiri.

“Mbak, lebih baik keluar dari apartemen ini, agar wanita itu tidak kalap kembali.”

Seorang wanita muda seumuran dengannya, memberikan saran agar ia segera merapikan pakaian dan pergi dari apartemen itu. Setelah di lihat wanita itu sudah di amankan oleh security. Angel mengambil sebuah koper, dan memasukkan seluruh barang miliknya ke dalam koper, bergegas untuk meninggalkan apartemen itu dengan rasa malu.

“Terima kasih, sudah membantu saya,” ucap Angel pada wanita yang ikut membantu merapikan barang-barangnya.

Wanita muda itu hanya tersenyum dan berkata,” Yang sabar yaa...mbak.”

Setelah selesai, Angel menarik koper itu menuju lift. Hanya saja untuk saat ini pikirannya buntu, karena ia tidak tahu harus ke mana. Setelah sampai di lobby, seorang security yang baik hati, telah mencarikan sebuah taxi. Kemudian Angel meninggalkan gedung apartemen itu dengan seluruh duka dan rasa hina yang kini melekat dalam pikiran dan hatinya.

Di dalam taxi, Angel menangisi nasib yang menimpa. Ia berusaha menghubungi Tito, tetapi nomor yang biasa dihubungi sudah tidak aktif. Kerinduan dan kebencian pada lelaki yang telah bersama selama satu setengah tahun, membuatnya menangis. Dan sopir taxi yang melihat Angel masih menangis lewat kaca spion tengah, hanya terdiam menunggu penumpangnya tenang, dengan tetap mengendarai taxi itu, walaupun tidak tahu tujuannya.

Setelah dilihat penumpangnya telah tenang, sopir itu pun menanyakan tujuannya.

“Maaf ibu, saya antarkan ke mana?”

Angel yang telah lebih tenang lalu berkata pada sopirnya,” Yaa pak, kasih waktu saya sebentar untuk berpikir.”

Dalam pikiran Angel, jika ia kembali ke rumah orang tuanya, pasti akan ada banyak pertanyaan. Jadi untuk sementara, ia putuskan untuk menumpang di rumah sahabatnya, Siska. Setidaknya dalam waktu dua hari ke depan, ia bisa memberikan alasan yang tepat, ketika pulang ke rumah. Angel lalu menghubungi sahabatnya.

“Siska, apa aku boleh menginap di rumahmu?”

“Tumben, boleh koq... kapan mau ke rumah?”

“Sekarang aku ke rumahmu, tapi apa kamu tidak minta izin dulu sama suami?”

“Asyik... benar yaa sekarang..., tenang suamiku sedang pergi menemani istri pertamanya berobat ke luar negeri.”

“Aku tunggu yaa..,” terdengar suara riang Siska menunggu kedatangan Angel.

Kemudian Angel pun meminta sopir taxi ke alamat temannya, Siska. Sekitar tiga puluh menit kemudian, Angel sampai di rumah Siska, ia menyambut kedatangan Angel dengan bahagia.

Mereka saling berpelukan, lalu Siska meminta asisten rumah tangga untuk membawa koper dan tas Angel ke kamar yang telah disiapkan.

Siska mengajak Angel ke ruang keluarga. Disana telah disiapkan makanan kesukaan mereka ketika masa remaja. Siska membeli dua porsi rujak tumbuk kesukaan mereka. Rasa pedas, asam dan sepet membuat mereka menyukainya. Buah-buahan yang di campur pada sebuah wadah dan di tumbuk membuat aroma dan air liur mereka akan keluar sebelum menyantapnya.

“Angel... lihat, apa yang aku siapkan.”

Siska memperlihatkan dua porsi rujak tumbuk dan hal itu membuat bahagia hati Angel. Karena selama ini ia tidak pernah menemukan tukang rujak tumbuk.

“Hmmmm terlihat menggiurkan sekali, Sis.”

Mereka akhirnya menikmati rujak tumbuk itu di ruang keluarga, dan terlihat asisten rumah tangga memberikan dua gelas es sirop leci.

Selesai menikmati rujak tumbuk dan minum es sirop buah leci, Angel yang tidak bisa menyembunyikan kegelisahan hatinya memberitahukan peristiwa yang baru saja di alaminya. Tanpa terasa air mata membasahi pipinya.

“Sis, saat ini aku bingung harus ke mana, karena itu aku menumpang beberapa hari di rumahmu, tapi bagaimana dengan suamimu?”

Kembali isak tangis Angel pecah, Siska dengan kasih sayang memeluk dengan mengelus punggungnya untuk memberikan ketenangan.

“Angel, aku menerima kamu di rumahku sampai kamu merasa bosan tinggal disini, kamu jangan sungkan padaku, suamiku orang yang sangat baik dan menghargai keputusanku, untuk saat ini kamu harus lebih bersabar, dan semoga ini bisa menjadi pelajaran dimasa mendatang.”

Setelah itu Siska meminta Angel untuk bisa beristirahat, dan menenangkan diri di kamar yang sudah disiapkan. Dengan penuh kasih sayang, Siska menggandeng tangan Angel menuju kamar. Di dalam kamar Angel langsung berbaring dengan memejamkan mata. Teringat kembali kejadian di siang hari tadi. Ada perasaan benci di hatinya, kepada lelaki yang ia kira, tulus mencintainya.

Kembali Angel menangisi nasibnya, hingga membuat ia terlelap dalam rasa lelah pada pikiran dan batin yang penuh luka. Bunyi ponsel membangunkan Angel dari lelapnya.

Di lihat Andi menghubungi sebanyak lima kali. Terakhir pada saat akan di jawab, panggilan itu telah berhenti. Dalam hati Angel bertanya-tanya, mengapa Andi menghubunginya.

Hanya saja untuk saat ini, ia tidak memedulikan hal itu, yang dipikirkan olehnya adalah bagaimana ia bisa mendapatkan pekerjaan secepatnya. Karena ia tidak mungkin bergantung dengan sisa uang tabungannya.

“Angel...kita makan yuk,” suara Siska di depan pintu kamar membuyarkan seluruh kecemasan dihatinya.

“Yaa... Sis, aku segera ke ruang makan,” sahut Angel beranjak ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya yang berantakan karena air mata.

Setelah itu Angel keluar kamar, menemui Siska yang telah duduk dengan manis di ruang makan. Mereka pun menyantap makan malam dengan berbagi cerita masa sekolah.

Parikesit70

Hai... 🙋Pembaca yg baik hati😍...saya parikesit, selamat menikmati cerita ini.. pokoknya di tanggung alur dan ceritanya mantap...🥰🥰🥰 Tunggu terus yaa kelanjutan dari RWP🌺 Mohon bantu komentar ✍️dan love ❤️❤️❤️❤️❤️ yaa... Terima Kasih tetap jaga kesehatan...🙏🙏💪

| Like
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Eko kurniawan
alur ceritanya menarik...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status