Share

Kecurigaan kedua orang tua

Setelah mendapatkan pesan singkat itu, Alin hanya terdiam dan tidak berniat untuk menjawabnya.

Karena sedari pagi Alin belum makan, akhirnya dia pun keluar kamar. Dengan sangat berlahan kakinya melangkah menuju dapur. Erin yang berada di ruang keluarga yang berdekatan dengan kamar Alin pun tidak sengaja melihat kakaknya yang lewat. Melihat cara jalan Alin yang seperti sedang menahan sakit, membuat sang adik bertanya, "Kak Alin, kenapa? Kok jalannya seperti anak yang baru belajar jalan? Apa kakak sakit?"

Pertanyaan yang dilontarkan itu bersamaan dengan terbukanya pintu depan dan tanpa sengaja bisa terdengar jelas oleh sang Ibu.

"Siapa yang sakit?" tanya sang Ibu yang membawa kantong belanja di tangan kirinya karena sepulang dari warung dan terlihat bingung.

Erin yang sedang menonton televisi langsung bangkit dari tempatnya duduk dan bergegas berlari keluar dari ruang keluarga.

"Kak Alin, Bu. Kak Alin berjalan seperti sedang menahan sakit," lontar sang adik.

Ibu Alin bergegas masuk rumah dan tidak lupa menutup pintu.

"Apa ini alasan kau tidak keluar kamar semenjak pulang kerja tadi?" cemas sang Ibu yang melangkah mendekati Alin.

Melihat Ibu yang sangat khawatir, membuat Alin mengingat kejadian semalam. Seketika wajah Alin berubah, dia mulai mengerutkan dahi, kelopak mata atas terangkat dan bibir menegang.

"Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat seperti khawatir begitu? Apa ada yang terjadi? Ditambah semalam kamu tidak pulang tanpa memberikan Ibu kabar, padahal sebelumnya kamu tidak pernah seperti itu. Apa kau menginap di cafe? Atau kau jalan dengan Ricky?" tanya sang Ibu dengan curiga.

Mendengar nama Ricky disebut, tentu saja menimbulkan respon yang cepat dari Alin.

"Jangan sebut nama dia lagi!!" pekik Alin.

Spontan, Ibu Alin pun terkejut.

"Kakak kenapa?" tanya Erin yang melihat kakaknya yang mulai aneh.

"Semalaman Kakak tidak pulang, sekarang kakak jalan seperti orang sakit ditambah marah-marah saat Ibu menyebut nama Kak Ricky. Sebenarnya ada apa?" tambah sang adik yang terlihat sangat penasaran.

Alin dengan cepat mengalihkan pandangan mata yang tajam kearah Erin.

"Sudahku bilang, jangan menyebut namanya!!" bentak sang kakak pada adiknya.

Saat itu nada bicara Alin sangat keras dan sangat berbeda dengan biasanya. Sontak saja membuat Erin terkejut. Padahal sang Kakak dikenal dengan sosoknya yang ramah dan baik, bahkan tidak pernah sekalipun membentak adiknya sendiri dan ini kali pertamanya Erin dibentak seperti itu.

Dengan alis bertautan dan mata mulai berkaca-kaca, Erin segera berlari menjauhi Alin menuju kamarnya yang berada dilantai atas.

Melihat reaksi Erin, sang Ibu pun segera bertanya, "Apa salah adikmu sampai kau membentaknya seperti itu?"

Alin yang tidak sengaja meluapkan emosinya pada Erin pun seketika membulatkan matanya.

"Aku..."

"Ternyata firasat Ibu benar, setelah kau menjalin hubungan dengan Ricky penampilan dan sikapmu mulai berubah!" tekan sang Ibu.

Dengan cepat Alin mengalihkan pandangannya pada sang Ibu dan membantahnya, "Bukan, Bu!! Tidak seperti itu!"

Sang Ibu yang bisa mendengar nada bicara Alin yang meninggi, segera menjawab, "Bahkan sedari tadi kau berani meninggikan suaramu dihadapan Ibu!"

Seketika mata Alin terbelalak.

"Selama ini Ibu mengenalmu sebagai sosok yang apa adanya dan baik. Bahkan tidak pernah sekalipun kau meninggikan nada suaramu pada Ibu, Ayah dan Erin, tapi kenapa sekarang kau seperti ini? Sebenarnya apa yang Ricky berikan padamu sampai kau berubah seperti ini?"

Untuk sesaat Alin terdiam membisu.

"Bahkan Erin bilang cara jalanmu seperti orang sakit."

Dengan cepat kedua tangan sang Ibu menyentuh kedua pundak Alin sambil berkata, "Jangan katakan jika Ricky melakukan hal yang tidak-tidak padamu, Alin!!"

Mendengar hal itu, seketika Alin mengingat kejadian semalam. Mulai dari perselingkuhan Rinny bersama Ricky dan apa yang dirinya lakukan bersama suami Gaurika.

Alin tidak bergerak sedikitpun seakan mematung, bibirnya pun terasa kelu dan tidak bisa berkata-kata bahkan keringat dingin mulai keluar dari tengkuk.

"Katakan pada Ibu apa yang terjadi!!"

Mendengar suara ribut-ribut dari arah dapur, Ayah Alin yang sedang tidur pun terbangun. Dengan keadaan yang masih setengah sadar, dia membuka pintu kamar kemudian keluar. Langkah kaki sang Ayah berjalan menuruni tangga. Setibanya di lantai bawah, dirinya bisa melihat istrinya terus menerus mencecar pertanyaan pada Alin.

"Ada apa ini? Kenapa ribut sekali?" tanya sang Ayah dari arah tangga sambil mengerutkan dahinya.

Alin yang sangat terkejut karena mendengar suara sang Ayah pun segera berbalik, tapi saat hendak menjawab pertanyaan sang Ayah.

"Alin bersikap aneh!"

Sang Ibulah yang terlebih dulu menjawabnya.

Dengan cepat manik mata hitam milik Ayah Alin melirik ke arah sang anak dan menatapnya.

Melihat tatapan tajam sang Ayah, seketika bergidik. Sebelum Ayahnya bertanyalah, dengan cepat Alin membantah, "Tidak!! Ini tidak seperti yang Ibu pikirkan kok, Yah!!"

Alis sang Ayah mulai bertautan.

"Lantas apa yang membuatmu seperti itu?" tekan Ibu.

Manik mata Alin segera berpaling ke hadapan Ibunya.

"Ini tidak seperti yang Ibu pikirkan!! Walaupun semalam aku tidak pulang, tapi aku tidak bersama Ricky!" tegas Alin.

"Lalu di mana kamu menginap semalam?" tanya Ibu Alin yang semakin curiga dengan tingkah anak gadisnya itu.

Mata Alin kembali terbelalak.

"A ... aku," tutur Alin dengan terbata-bata.

Tanpa berkedip sedikitpun kedua orang tua Alin terus menatap anaknya itu.

"Gaurika!"

Dengan wajah mulai memucat, Alin mencoba menjelaskan.

"A... aku menginap di rumah Gaurika, tapi aku pulang sebelum Gaurika bangun karena aku datang bulan dan tembus. Itu yang membuat Gaurika ke sini dan ingin menemuiku, kenapa aku pulang tanpa izin."

Wajah tegang kedua orang tua Alin pun mulai berubah dan sang Ibu tersenyum.

"Ibu kira kamu kenapa, Nak. Ternyata karena datang bulan."

Tangan kekar yang mulai keriput milik sang ayah pun segera melayang dan mendarat tepat diatas kepala Alin.

"Lain kali jangan membuat kami khawatir, ya."

Alin mencoba tersenyum dengan terpaksa dan bergumam dalam hati, "Maafkan aku, Ibu dan Ayah. Bukan maksudku ingin menutupi semuanya, tapi aku belum siap jika kalian mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Semua itu benar-benar kesalahan. Maafkan karena kelalaianku semua itu bisa terjadi. Andai saja dari awal aku mendengarkan perkataan Ibu agar tidak menjalin kasih dengan pria seperti Ricky mungkin semua ini tidak akan terjadi. Aku tidak akan merasakan kekecewaan yang amat sangat karena penghianatannya dan aku tidak akan mungkin melakukan kesalahan fatal yang mungkin akan membuat kalian kecewa."

***

Ditempat lain.

Seorang pria dengan wajah tirus, hidung mancung dan bibir yang tipis itu sangat terkejut karena Gaurika membuka pintu kamar tanpa mengetuk. Wanita yang baru saja sampai di rumah itu terdiam sejenak melihat suaminya memegang ponsel milik istrinya itu.

"Ada apa? Apa yang terjadi? Kenapa kau terkejut seperti itu? Bahkan ponselku ada padamu?" tanya Gaurika yang melihat tingkah aneh suaminya.

Dengan cepat, Zen menaruh ponsel Gaurika di atas meja rias.

"Tadi aku mencarimu dan aku lihat ponselmu tertinggal di sini."

kemudian langkah kaki Zen mendekati Gaurika dan segera keluar kamar.

"Kau mau kemana?" tanya Gaurika.

"Aku mau keluar sebentar," jawab Zen dengan cepat.

Gaurika pun segera melangkah kakinya mendekati meja rias dan mengambil ponselnya. Dia mengecek ponselnya dan mulai menautkan alisnya.

"Kalau dia tadi menelpon ke ponselku, harusnya ada panggilan tidak terjawab. Tapi kenapa ini tidak ada satupun panggilan tidak terjawab."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status