Share

6 | Mencari Makna

Author: Lolly
last update Last Updated: 2025-07-31 14:55:24

"Masak apa?"

Daisha terkesiap. Dia sedang ambil minum di dapur saat tenggorokan serasa tercekat, perihal mangkuk lucu entah pemberian siapa. Daisha belum berani menanyakannya. Dan di sini, tiba-tiba suara itu terdengar.

Dapat Daisha lihat suaminya menghampiri. Hanya dengan satu tanya itu hati Daisha melahirkan begitu banyak harapan, mungkinkah sudah mulai membaik rumah tangga yang baru seumur jagung ini?

"Ayam kecap, ada sayur bening juga. Atau Kakak mau aku masakin yang lain?" Semringah Daisha menjawab, dia pun lekas-lekas menyudahi tegukannya. Daisha berdiri selepas meletakkan gelas di meja dapur.

"Yang ada aja."

Singkat, sih, memang. Namun, percayalah ... begitu saja Daisha senang mendengarnya.

"Oke, Kak. Aku siapin."

Makin senang karena Garda memilih duduk manis di kursi makan. Daisha bertanya-tanya dalam batinnya di tiap pergerakan. Ini pertanda baik, kan? Mungkin Kak Garda sudah mulai bisa menerima ketidaksempurnaannya, kan? Mungkin kemarin saat tidak pulang itu Kak Garda butuh ruang yang betul-betul sendirian, tanpa melihatnya.

Namun, lalu apa maksud dari penemuan Dikara soal Garda yang gandengan bersama wanita lain? Soal perselingkuhan ....

Sayang, Daisha masih belum berani mengangkat topik itu untuk dibicarakan langsung kepada suaminya. Sekali pun jika kini sudah membaik.

Diletakkannya hidangan yang semula Daisha simpan dalam rak. Dia juga menyendokkan nasi untuk lelaki itu, meski ternyata sejak tadi Garda sibuk dengan ponsel. Tanpa bisa dicegah, hati Daisha serasa diiris. Perih.

Cuma karena fokus suami di ponsel.

Daisha berikan air mineralnya juga, lalu duduk. "Silakan, Kak."

Barulah saat itu Garda letakkan ponselnya. Cuci tangan dulu. Dan dalam dudukannya yang tidak jauh dari ponsel itu, Daisha melihat ada notifikasi yang masuk.

Dua kali.

Yang kedua ini Daisha agak mencondong. Boleh, kan, tengok notif di ponsel suami?

Tapi benda persegi dengan segala kecanggihannya itu keburu diambil sang empu. Garda kantongi. Duduk lagi.

Daisha kontan menggigit bibir bagian dalamnya. Menahan perih yang tadi, semakin terasa jelas, dan berusaha Daisha tepikan.

Keduanya lantas melahap makanan dalam diam. Daisha juga ikut makan. Karena untuk bisa makan berdua seperti ini rasanya sangat jarang, jadi tak mau Daisha lewatkan.

Ah, lisannya gatal ingin bertanya, "Pesan dari siapa tadi?"

Tidak apa-apa, kan?

Namanya juga istri ke suami.

Dan lagi, status itu masih bertakhta kini.

"Klien."

Setidaknya dijawab walau super singkat.

Daisha menatap wajah tampan yang beberapa hari ini dicintainya, bahkan dulu waktu sekolah Daisha sempat menaruh rasa. Sama-sama cinta dalam diam, apalagi dulu Daisha patuh pada wejangan papa untuk tidak pacar-pacaran, makanya cuma bisa menyukai dalam keheningan.

Garda yang sekarang telah Daisha buat kecewa, jadi wajar bila tadi saat bicara pun sama sekali tidak meliriknya.

"Perempuan?"

Begitu saja vokal Daisha mengalun. Lidahnya tergelincir tanpa bisa dicegah. Rasa penasaran mendorongnya, bahkan melampaui titik pertahanan untuk tidak bertanya karena takut dengan jawabannya.

Namun, tidak dijawab.

Haruskah Daisha ulangi?

Tidak masalah, kan?

"Kak?"

Lelaki itu berdecak. Daisha kontak meremas sendok. Hatinya sakit, dari decakan yang dia dengar seolah ada jarum kecil yang menancap.

Daisha menunduk.

Kali ini yang ditahan bukan cuma perih dalam dada, tetapi panas di matanya juga. Berkaca-kaca. Daisha jejalkan nasi beserta jajaran lauk ke mulut. Menyumpal agar tidak banyak tanya.

Sementara itu, Garda berdiri.

Daisha kontan melirik. Nasi di piring suami masih bersisa, tetapi lelaki itu sudah melenggang cuci tangan di wastafel.

Jantung Daisha berdebar kencang, di ujung lidah sudah bergelayut pertanyaan baru. Kali ini soal mangkuk kecil yang tadi. Namun, sebentar.

"Nggak dihabisin makanannya, Kak?"

Dan alih-alih dijawab dengan omongan, Daisha melihat Garda mengambil piring itu, lalu membuang sisa makanannya ke tong sampah, termasuk sayur di mangkuk. Sebelum berikutnya melenggang meninggalkan Daisha sendirian di ruang makan.

***

Daisha menarik napas panjang, lalu dia embuskan.

Makan siang berakhir kurang menyenangkan, padahal awalnya Daisha sudah senang.

Soal mangkuk kecil pun belum sempat Daisha tanyakan, dan sedang ditatapnya sekarang. Daisha menyimpannya dengan apik di bufet kamar.

Daisha menunduk, menatap cincin di jari manis. Ada lengkung senyum yang lantas terukir mengingat sosok Garda di sebelum subuh pertama tiba. Waktu cincin ini dipasangkan, lalu sesudahnya ada kecup hangat di kening, Daisha merindukan hal-hal manis yang baru dicecapnya kemarin.

Oh, pintu kamar Daisha dibuka dari luar. Memang sengaja tak pernah dia kunci, beda dengan kamar suami. Gegas Daisha sambut lelaki itu walau di sini dia sedang tidak berpakaian, hanya dililit handuk. Maklum, baru banget keluar dari kamar mandi.

"Eh, Kak? Ada—"

Terpangkas.

Detik itu.

Kalian tahu?

Daisha tidak yakin ini bisa dikatakan hal baik, saat Garda mendekat dan meraup bibirnya sambil menekan tengkuk.

Dua tangan Daisha mengepal di depan dada, dia mendapati dirinya bingung untuk memberi respons balasan atau perlawanan.

Daisha, kan, sedang mode berusaha agar mendapatkan hati suami dan menjadikan hubungan rumah tangga ini menghangat macam awal-awal akad. Maka dari itu, sudah seyogyanya Daisha balas pagutan Garda dengan sukarela. Sukahati malah. Karena yang menciumnya adalah suami.

Iya, kan?

Namun, sisi lainnya memberi seruan untuk mundur, mendorong, atau apa pun yang berkaitan dengan berontak.

Hanya saja, pilihan Daisha jatuh di yang pertama. Siapa tahu ini 'baik' walau dirinya sendiri sangsi.

Daisha memberi akses agar ciuman Garda bisa jadi semakin intens, bahkan Daisha mulai menggerakkan bibirnya.

Coba dulu saja, begitu suara batin Daisha.

Dan dia rasa handuknya dilepaskan. Punggung Daisha mulai merasakan terpaan dingin AC.

Itu berarti tubuhnya sekarang ... tanpa sehelai kain menutupi.

Aneh.

Batinnya berperang.

Hati kecilnya tidak menginginkan ini, tetapi ada hal lain yang membuat Daisha menolak memberi perlawanan.

Seketika tubuh Daisha dibuat rebah di ranjang. Jantungnya berdegup kencang. Bibir Garda kembali menjatuhkan kecup, bahkan kali ini ragam isapan.

Dari leher hingga ... oh! Daisha menahan-nahan desahan, tetapi lolos juga. Kala dadanya ditingkahi. Daisha refleks meremas sprei. Ada kelembapan dari mulut Garda di sana, juga permainan jarinya.

Daisha gelisah.

Di samping itu, sejujurnya Daisha masih malu untuk tampil tidak berpakaian di depan Garda. Namun, beginilah yang ada sekarang.

"Kak ...." Lirih suara Daisha, wajahnya juga mungkin sudah memerah, dengan tangan agak ragu-ragu mencekal rambut suaminya. Di mana kepala Garda berposisi tepat di depan dada Daisha.

Ini terlalu ....

Sulit dia jabarkan.

Apalagi di detik bagian tubuh lain yang Daisha rasa mulai Garda sapu dengan tangannya. Di sana. Area paling intim.

Tunggu dulu!

Tapi Garda tidak bisa dikendali, apalagi oleh Daisha. Sekali pun kini mata ke mata saling berjumpa.

Daisha mencoba mencari makna dari apa yang sedang Garda ingini. Namun, terlalu abu-abu.

Dan saat Daisha sibuk mencari arti dari apa yang suaminya lakukan, Garda telah membenamkam diri. Membuat Daisha tersentak.

Satu hal yang pasti, hanya Daisha yang tidak tertutup sehelai kain pun. Lain dengan Garda, lelaki itu cuma menurunkan celananya, tanpa benar-benar dilepas.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Ziana Anindya
terus aku harus bilang apa sama aisss...
goodnovel comment avatar
Mom DuoS
apa ais merasa dilecehkan kembali? 🥹
goodnovel comment avatar
Susi Herliana
gemes ih ,garda jangan menghindar atuh ya bingung kalau terus terusan begitu ga akan ada titik temunya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   56 | Ngidam

    Daisha melongok hasil lukisan yang Garda buat, masih belum rampung. Namun, begini saja sudah terlihat akan sebagus apa nanti. Daisha akui, karya Garda memang indah, tidak pernah gagal. Sosoknya yang sedang menggoreskan cat di kanvas juga tampak menakjubkan, pantas bila banyak wanita dari berbagai generasi menyukainya, tak hanya menyukai karyanya.Daisha usap-usap perut. Ini yang di dalam rahimnya juga hasil karya Tuhan dari perbuatan Garda. Daisha penasaran akan seelok apa nanti keturunan lelaki most wanted itu.Waktu di sekolah, Garda banyak penggemarnya walau mereka tidak seberisik fans Bang Daaron. Yang menyukai Garda kebanyakan para wanita pendiam, meski ada juga yang berisik. Daisha salah satu yang menganggumi Garda sewaktu sekolah dulu, jujur, Daisha akui pernah menyukai lelaki itu.Jadi teringat lagi kisah lama. Garda selain mahir melukis, tangannya itu penuh keajaiban, juga pandai bermain alat musik. Dia bisa memetik gitar, meski seringnya duduk di bagian drum band dan memuk

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   55 | Mangap Mingkem

    "Duduk kayak gini?" Daisha bertanya, di kursi yang Garda sediakan. Dengan kanvas yang sudah siaga beserta cat warna-warni.Yeah, Daisha mau dilukis. Semalam itu Ayla nelepon, awalnya tidak mau Garda angkat, tetapi Daisha yang lantas membuatnya menerima sambungan nirkabel itu. Bicara dan bicara, Ayla minta satu saja lagi lukisan terakhir—untuk hari kelulusannya.Garda hendak menolak, tetapi Daisha bilang, "Kasihan, toh buat kelulusan. Kenang-kenangan."Masih terhubung teleponnya.Ayla nyeletuk, "Aaaa! Makasih, Kak Istri."Sebutannya membuat kening Daisha mengernyit. Kok, jadi berasa sok akrab? Atau anak zaman sekarang memang begitu tingkahnya? Daisha tidak lupa bahwa Ayla pernah membuatnya sakit hati, sakit sekali.Mulai dari karet kucir, intensitasnya bersama Garda, kedekatan di tiap kali bertemu, hingga mangkuk lucu. Walaupun katanya, karet kucir itu ada sejarahnya; bahwa Garda sengaja membeli untuk Daisha.Namun, Garda lupa dan sedang di fase bingung-bingungnya. Mau memberi, tetapi

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   54 | Berproses

    Tidak habis pikir. Rasanya mustahil. Bagaimana bisa seseorang dapat menyimpan perasaan cinta hanya untuk satu orang sejak awal puber hingga menapaki umur tiga puluhan? Bagaimana bisa .... "Kamu nggak sempet naksir selain Ais gitu, Gar? Ais aja sempet—" Urung dilanjut. Ini sensitif. Hampir saja keceplosan bilang 'Ais sempat berpacaran dengan Ilias.' Takutnya, Daisha bersedih lagi. Ah, lihat itu! Benar saja ada raut sendu di Daisha. Mama Nuni lekas mengusap-usap lengan putrinya, mengganti kata maaf dengan sentuhan agar tersirat. Kalau dibahas, khawatir malah tambah jauh obrolan tentang Iliasnya. Garda senyum. "Anehnya, yang Garda suka cuma anak Mama. Kenapa, ya?" "Obsesi?" celetuk Daisha. "Mana ada," tukas Garda. Kisah masa lalu diakhiri sampai di momen Hari Kemerdekaan. "Tapi kayaknya, sih, karena lukisan Ais ada banyak di buku sketsa, jadi sering-sering nggak sengaja kelihatan, otomatis perasaan sukanya nggak hilang." "Sebanyak apa?" Daisha pun sudah beranjak dari sendu

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   53 | Menepi di Masa Transisi

    Sejenak, izinkan menepi pada kisah masa lalu yang manis itu. Mungkin untuk beberapa episode ke depan karena Garda dituntut bercerita oleh mama mertua. Kok, bisa naksir putrinya dari saat masih berseragam merah putih? Kira-kira begitu. Jadi, dulu itu .... Yeah, Daisha kelas 1 SD. Oh, tentu, Garda masih bocah juga. Belum ada rasa cinta-cintaan. Biasa saja, biasa. Murid baru kelas 1 lucu-lucu, Daaron menandai Daisha sebagai miliknya. Fyi, Daaronlah yang menyukai Daisha sedari masih TK. Soalnya, kebersamaan mereka dimulai sejak dini. Cinta ala anak TK gitu, lho. Yang belum betul-betul bisa disebut naksir. Hanya euforianya saja menyenangkan, membawa semangat untuk terus bisa bertemu. Paham, kan? Dulu .... Daaron menandai Daisha, anaknya Om Genta. Garda tidak tertarik. Belum. Sampai saat dirinya menapaki bangku kelas 6 SD. Semakin diperhatikan, kok, semakin menarik, ya, adik kelas yang selalu berjilbab itu. Siapa tadi namanya? Daisha. Sering diajak main juga oleh Daaron, aut

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   52 | Seolah Begini Baru Benar

    Garda sempat suuzan. Dia pikir mertuanya setega itu memisahkan. Soalnya, kan, sudah ada kesepakatan bahwa Garda siap pergi sesuai saran Mama Nuni asal hari ini diizinkan full dengan Daisha. "Nggaklah, Gar. Mama sama papa walau marah banget sama kamu atas tindakanmu ke Ais, tapi nggak sampai begitu ... apalagi tahu kamu juga beneran mau memperbaiki. Beda cerita misal kamunya naudzubillah." Mama Nuni berkata demikian di akhir obrolan sebelum kemudian Garda masuk ruang rawat Daisha. Tak lama setelahnya, papa kembali. Kemudian orang tua sang istri pamit pulang dulu, nanti kembali lagi.Awalnya Mama Nuni berat meninggalkan Daisha hanya bersama Garda, mengingat kasus yang sampai detik ini masih seperti benang kusut. Namun, pada akhirnya bisa diyakinkan bahwa kekhawatiran beliau tak akan terjadi. Garda menjamin. Kini hanya berdua. Garda dan Daisha saja. Tanpa dibicarakan, keduanya bersepakat untuk tidak menyinggung perkara yang sudah-sudah. Daisha juga menepikan segala rasa sakit yang se

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   51 | Berdamai untuk Keselamatan

    Apa yang terjadi?Kenapa bisa sampai seperti ini?Daisha tampak pucat dan punggung tangannya ditusuk jarum infus. Kelopak mata itu terpejam. Ada kembang-kempis stabil yang menjadi tanda bahwa Daisha masih bernapas.Satu kelegaan yang Garda dapatkan, tetapi ada banyak keresahan yang juga menyerang. Di sini. Garda sudah di sisi brankar yang Daisha tiduri. Garda tidak sendiri, ada Mama Nuni yang menemani. Papa Genta di masjid katanya.Garda masih tercekat untuk bertanya ... "Ais kenapa, Ma?" Tapi pada akhirnya dia ucapkan juga. Ditambahi dengan pertanyaan, "Kok, bisa masuk rumah sakit gini? Dokter bilang apa katanya, Ma? Dedeknya ...."Tercekat lagi.Apa kabar dengan janin di dalam kandungan itu?Garda tak sanggup melontarnya, kali ini sungguhan. Dia menelan pertanyaan terakhir. Garda takut, jujur. Takut bila calon buah hatinya kenapa-napa.Dan andai itu terjadi, sepertinya Garda tak akan bisa memaafkan diri sendiri. Sepanjang hidup mungkin dia akan digelayuti sesal tanpa henti walau a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status