Share

Pengakuan Suamiku

Author: Azalea
last update Huling Na-update: 2024-03-17 07:10:49

Mas Nata dan Mbak Nadia bergandengan tangan dengan mesra masuk ke dalam mobil.

Apa ini? Dia memiliki lebih dari satu selingkuhan?

Dengan tangan gemetar, aku mengabadikan momen perselingkuhan Mas Nata. Aku tidak akan langsung melabraknya apalagi di depan banyak orang. Itu sama saja mempermalukan diriku sendiri, takutnya kalau sampai ada yang kenal dan nanti malah berita semakin meluas dan keluargaku tahu.

Setelah mereka masuk ke dalam lobby, aku pun turun.

“Mbak, ongkos sama helmnya.”

Kulepaskan helm itu dan memberikan ongkos sebelum berlari masuk tanpa memperdulikan teriakan tukang ojek yang mau memberikan uang kembalian.

Aku duduk di sebuah sofa meraih majalah untuk menutupi wajah agar tidak ketahuan. Jaraknya lumayan dekat jadi aku bisa mendengar mereka bicara.

“Menginap, Mas?”

“Nggak bisa. Nanti sore Hana pulang, jadi di sini paling bisa sampai jam 1 atau jam 2 siang.”

“Ya sudah, nggak apa-apa.” Wanita itu mengulas senyum yang membuatku sangat muak.

Kutekan kuat-kuat dada yang terasa sesak. Begitu mudahnya mereka bersandiwara, bahkan tidak kulihat raut wajah yang merasa bersalah dari keduanya.

Ah, mungkin mereka sedang kasmaran makanya tidak peduli dengan apapun.

Sebenarnya apa yang kurang dariku sampai Mas Nata bisa mendua?

Dari Mbak Nadia juga tidak ada yang spesial. Bahkan usianya jauh lebih tua dariku.

“Kurang ajar! Wanita itu tahu Mas Nata punya istri tapi kenapa dia masih mau. Apa dia nggak malu sama pakaian tertutup yang dia pakai?” Kuremas dengan kuat kertas yang ada di meja saat melihat mereka berdua beranjak dan masuk ke dalam lift.

Tok! Tok!

Aku terlonjak mendengar meja diketuk.

“Anda membuat berkas saya kusut.”

“Eh.” Kulepaskan kertas yang sudah kusut itu dari dalam genggaman, “maaf.”

“Hana?”

Mendongak. Mataku langsung melebar melihat sosok di depanku.

“Sam.”

Dia menatapku sambil mengulum senyum, sebelah alisnya terangkat, “Jadi stalker suami yang lagi selingkuh?”

Dengan susah payah aku menelan saliva. Jangan sampai si ember ini tahu, yang ada nanti dia sebarkan di grup alumni dan aku akan menanggung malu.

“Ng-nggak kok. Sok tahu.”

“Aku nggak pikun kali, Han. Ya kecuali suamimu sudah ganti. Masih tetap Nata ‘kan?”

Samudra berdiri, mengeluarkan kartu nama dari dalam dompetnya.

“Siapa tahu butuh bantuan,” katanya lalu pergi membawa berkas miliknya yang sudah kubuat kusut.

Kulirik kartu nama itu.

“Argandi Samudra Daneswara. Dia ... manager di sini?”

Kualihkan pandangan mencari sosoknya yang sudah tidak terlihat.

Sepertinya takdir memang sengaja mempertemukan aku dengan Samudra, karena tidak mungkin aku bisa menyelidiki sendiri soal Mas Nata dan Mbak Nadia.

Semoga saja Samudra bisa menjaga mulutnya dan tidak menceritakan aib rumah tanggaku pada semua orang.

Aku juga harus memasang cctv mumpung Mas Nata tidak di rumah.

Setelah ini jangan harap aku mau melayanimu, Mas!

Aku bahkan tidak yakin bisa bertahan karena dia ternyata tidak seperti yang kubayangkan. Selingkuh dengan dua orang wanita. Aku bahkan tidak pernah berpikir Mas Nata bisa melakukan hal ini.

Tidak mungkin membuntuti sampai ke dalam, aku memilih untuk pulang. Singgah untuk membeli cctv agar bisa langsung dipasang.

Hatiku teriris membayangkan dia sedang berbagi peluh dengan wanita lain.

Semoga apa yang Mas Nata lakukan tidak berdampak pada Yuna di masa depan. Aku tidak mau melihat Yuna dipermainkan oleh lelaki saat dia dewasa nanti. Cukup aku yang merasakan sakit dan perihnya diduakan.

Jangan sampai Yuna menanggung kesalahan papanya. Biar Mas Nata menanggung sendiri kesalahan yang sudah dia perbuat.

***

“Sayang, kok pulang nggak bilang-bilang.” Mas Nata terlihat kaget melihatku sudah ada di rumah.

Sengaja aku pulang lebih dulu dari yang sudah kukatakan padanya tadi pagi.

“Kenapa kaget begitu? Nggak suka aku pulang cepet? Bukannya nyuruh aku nggak pulang sore.”

Matanya bergerak liar, “Nggak, bukan begitu. Aku kaget saja.”

“Darimana?”

“Oh, itu tadi si Handi ngajak nongkrong di cafe. Daripada aku bosen di rumah sendiri ‘kan,” katanya sambil meneguk saliva, terlihat dari gerakan jakunnya.

“Nongkrong di cafe sampai basah begitu ya rambutnya?”

Matanya membulat, tangannya langsung terangkat menyentuh rambut.

“Eh, ini. Tadi gerah banget.”

“Terus mandi di cafe?”

Mas Nata tertawa hambar, “Nggaklah, Yang. Kamu ada-ada saja, aku mandi di rumah Mama. Sekalian tadi beliin kue pesenan Mama.”

Terus saja berbohong, Mas. Semakin kamu berbohong semakin aku bisa secepatnya mengambil keputusan. Aku paling tidak suka dibohongi begini.

Setelah semua bukti terkumpul, Mas Nata tidak akan bisa berkutik lagi.

“Dari pagi Mama pergi sama Yuna kok. Pakai jual nama Mama segala. Jujur, kamu kemana, Nat?”

Mama yang keluar dari kamar membuat Mas Nata gelagapan

“Ma-ma, kenapa ada di sini?”

“Nggak boleh jenguk cucu sendiri. Mama juga mau nginep di sini.”

Dia menggaruk kepala yang sepertinya tak gatal, mungkin karena sangat gugup.

“Kita bicara, Mas.” Aku menariknya masuk ke dalam kamar.

Mama belum tahu soal apa yang anak kesayangannya itu sudah lakukan di luar sana.

“Sayang, aku bisa jelasin. Sebenarnya aku nggak nongkrong di cafe.”

Jantungku mulai berdebar. Apa mungkin Mas Nata akan jujur?

“Terus?”

“Aku pergi main futsal. Kamu ‘kan paling nggak suka aku pergi main futsal.”

“Jadi kamu bohong biar aku nggak marah begitu?”

Dia mengangguk lemah.

“Tapi kebohonganmu terbongkar juga, Mas.”

Foto-foto yang sebelumnya sudah kucetak kulempar ke atas ranjang. Mas Nata terbelalak melihat foto-foto mesra dirinya dan juga Mbak Nadia. Saat mereka ada di lobby hotel. Tidak ketinggalan rekap pemesanan kamar yang sudah beberapa kali dilakukan atas nama Mas Nata.

Bukan hanya sekali tapi berulang kali.

“Sa-sayang ... ini ....”

Aku mengangkat tangan, “Aku belum minta kamu bicara, Mas.”

Sekarang aku menyerahkan rekaman cctv yang memperlihatkan Mas Nata dan wanita itu masuk ke dalam kamar hotel sambil bergandengan mesra.

Aku mendapatkan rekaman itu dari Samudra. Dia melanggar peraturan di tempat kerjanya agar bisa membantuku.

“Kamu selingkuh dan mencoba untuk terus beralibi!” Rahangku mengeras, sebisa mungkin kutahan diri untuk tidak meledak.

Masih ada Mama dan Yuna di sini, aku tidak mau membuat keributan.

“Kamu salah paham.”

Kutepis tangannya dengan kasar, “Puas bercint* sama jal*ng itu!”

“Jaga ucapan kamu, Hana. Jangan sebut Nadia begitu.”

Tawaku pecah bersamaan dengan air mata yang berjatuhan, “Kamu membela dia, Mas?”

Mas Nata mendengkus, “Oke, aku akui. Aku salah. Tapi aku punya alasan.”

“Alasan?” tanyaku dengan mata memicing, nafas pun kian memburu, “nggak ada alasan yang bisa dibenarkan untuk perselingkuhan, Mas.”

“Selingkuh? Nata selingkuh?”

Aku sontak menoleh ke sumber suara. Mama berdiri di ambang pintu yang setengah terbuka.

“Ma ....” Mas Nata menghampiri Mama.

Plak!

Sebuah tamparan mendarat di pipinya.

“Wanita mana yang sudah berani menggoda dan merongrong harta kamu, Nata? Mama nggak akan tinggal diam, Mama akan kasih pelajaran buat lont* itu! Dan kamu ... jangan harap masih bisa duduk di kursi CEO!”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Rahasia di Ruang Kerja Suamiku   S2 - Hati Beku Meleleh

    "Enak?" Yuna tersenyum melihat suaminya menghabiskan semangkuk mi instan ditambah satu piring nasi."Enak, Dek. Makasih ya.""Lain kali kalau Mas mau makan apapun bilang aja.""Nggak usah, Dek. Semoga aja besok udah bisa makan apapun lagi.""Oh ya, Mas. Aku hamil tau." Yuna memberitahu dengan santainya, bahkan tidak seperti istri lain yang memberikan kabar bahagia itu pada suaminya.Afnan terbelalak. "Kamu … hamil?"Yuna mengangguk pasti. "Iya. Kamu nggak seneng, Mas?" Ia masih memperhatikan raut wajah Afnan.Lelaki itu tampak kaget makanya diam membeku. Detik berikutnya malah berhambur memeluk sang istri seraya berulang kali mengucap syukur. Matanya sampai berkaca-kaca saking bahagianya.Rasanya tentu saja berbeda saat ia mendengar Yuna hamil anak pertama mereka. Saat itu keduanya belum menerima pernikahan yang ada. Berbeda dengan sekarang yang sudah saling mencinta meski tidak diungkap dengan kata."Mas seneng banget, sayang. Makasih ya."Berubahnya panggilan Afnan yang tiba-tiba be

  • Rahasia di Ruang Kerja Suamiku   S2 - Saat Suami Ngidam

    “Ma, kenapa aku hamil lagi sih.” Pundak Yuna lemas.“Loh, kok tanya Mama sih? Takdirnya memang begini, harus kamu syukuri.”“Tapi Kia masih kecil, Ma. Kalau aku hamil lagi, siapa yang jagain Kia.”Hana terkekeh geli. “Kamu itu hamil, Yuna. Bukan sakit.”“Ya ... tetap aja, Ma.”Memang berat bagi Yuna, di usia muda ia sudah akan memiliki dua orang anak. Bahkan anak pertamanya saja belum genap satu tahun, sudah mendapatkan adik.Afnan belum tahu soal ini, ia sedang istirahat karena setelah makan tadi malah isi perutnya keluar lagi. Sedangkan ibu hamilnya malah tidak merasakan apa-apa, tidak seperti kehamilan pertamanya. Hanya saja lebih sensitif dan mudah marah.“Di kehamilan kedua, kamu dan Afnan berbagi. Dia yang ngalamin mualnya kamu yang hamilnya.”Yuna menghela napas panjang. “Pantes nggak ada tanda-tanda kayak dulu pas aku hamil Kia. Ternyata Mas Afnan yang merasakan tanda-tandanya.”“Kalian tinggal di sini dulu, sampai Afnan bisa beraktivitas normal lagi.”Yuna mengangguk. “Iya, M

  • Rahasia di Ruang Kerja Suamiku   S2 - Ternyata

    Setelah kejadian itu, Afnan berhari-hari mengalami mual muntah sampai Yuna bingung sendiri karena berulang kali diperiksa dokter mengatakan Afnan baik-baik saja.“Nis, jangan-jangan abang kamu diguna-guna lagi,” celetuk Yuna dengan muka tak berdosanya.“Hush! Mbak, jangan percaya yang kayak begitu. Nggak boleh.” Nisa saja yang lebih muda sama sekali tidak percaya akan hal mistis yang Yuna curigai sebagai pemacu suaminya seperti ini.“Aku harus datangi si Rinda.” Yuna bangkit, menyerahkan Kiarra pada adik iparnya, “Titip ya.”“Mbak mau kemana?”“Ke rumah si Rinda, sejak minum kopi di sana. Abangmu jadi sakit begini.”Yuna sampai melarang Afnan keluar rumah, apalagi lelaki itu tampak lemah, letih, lesu.Orang tua Yuna sudah kembali ke kota, tapi mereka tetap menanyakan soal kabar Afnan yang sampai sekarang masih belum membaik.“Mau apa?”“Titip Kia pokoknya. Kalau Mas Afnan nanyain, bilang aku keluar sebentar.”Terbiasa jalan kaki, ia tidak merengek lagi untuk diantar kesana kemari.Gan

  • Rahasia di Ruang Kerja Suamiku   S2 - Masih Dicurigai

    Karena kondisi Afnan yang menurut Yuna memprihatikan wanita itu memaksa suaminya untuk melakukan pemeriksaan dan hasilnya tidak ada yang mencurigakan. Dokter bilang Afnan tidak apa-apa, hanya demam biasa dan kelelahan.Apa jangan-jangan dia bohong karena mau berduaan sama Rinda? Tapi badannya kok bisa panas? Apa kebetulan.Pikiran negatif menguasai otak Yuna. Ia paling tidak bisa berpikir postif pada orang lain. Apalagi sudah dihadapkan sesuatu yang tidak disukainya.Memilih menginap di villa karena orang tua Yuna masih ingin bersama dengan cucu mereka sebelum nanti harus kembali ke kota. Kedepannya tidak akan mudah untuk mencuri waktu bertemu sang cucu karena kesibukan Nata. Pria paru baya itu bukan pengangguran, ia seorang pimpinan perusahaan yang tentu saja pekerjaannya menggunung.“Saya pulang saja, biar kamu sama Kia di sini.”Tatapan tajam Yuna menghunus. “Nggak, kamu harus di sini. Apa kata ibu nanti kalau aku biarin kamu yang sakit sendirian di rumah.”“Saya nggak apa-apa kok.

  • Rahasia di Ruang Kerja Suamiku   S2 - Sekongkol

    “Awas aja Ganta kalo macem-macem apalagi sampai nyakitin Mas Afnan.”Yuna tidak akan tinggal diam jika Ganta sudah melewati batasnya. Ia mencoba untuk menghubungi Angel untuk menanyakan lanjutan isi chat malah ponsel Angel mendadak tidak aktif.Karena perasaannya tak enak, ia memutuskan untuk menelpon suaminya. Menunggu beberapa lama sampai dijawab pemilik gawai.“Mas, kamu dimana? Kamu baik-baik aja 'kan?”“Halo ….”Mata Yuna melebar. “Loh, kenapa-”Belum selesai bicara, panggilan diputus secara sepihak dari sana membuat pikiran Yuna semakin kacau apalagi yang menjawab panggilan suara perempuan.“Siapa yang ….” Dadanya bergemuruh, cemburu membakar hati.Yuna yang tersulut emosi tak bisa mengendalikan diri. Dengan tergesa melangkah keluar dari kamar, ia berniat mencari keberadaan suaminya itu.“Mau kemana?”“Titip dulu, Kia ya, Ma.”“Iya tapi kamu mau kemana?”“Ada urusan.” Yuna menjawab tanpa menoleh pada mamanya.“Kenapa dia, Yang?” Nata datang dari dapur membawa sekaleng minuman so

  • Rahasia di Ruang Kerja Suamiku   S2 - Rencana Jahat Sang Mantan

    “Cowok kampung kayak gitu bukan sainganku.” Ganta menyeringai.Dari dalam mobil ia melihat Afnan yang keluar dari rumah dengan Kiarra dalam gendongannya. Tak lama Yuna menyusul. Mereka akan pergi ke villa untuk menemui orang tua Yuna sebentar. Yuna juga ingin di sana karena sudah rindu dengan mama dan papanya.Ganta memarkirkan mobilnya di tempat yang tak terlihat oleh Yuna jadi ia memantau dengan leluasa. Ia sangat percaya diri kalau Yuna akan kembali padanya. Karena bersaing dengan Afnan hanya akan merendahkan harga dirinya pikir Ganta.Lelaki angkuh itu tidak tahu saja kalau pemuda kampung seperti Afnan yang membuat Yuna jatuh hati dan takut kehilangan bukan pemuda kota sombong dan sok tampan seperti Ganta. Mungkin sebelumnya memang Ganta jadi prioritas tapi kali ini posisi Ganta sudah digantikan oleh Afnan.Yuna dan Afnan diikuti sampai mereka sampai di villa. Ganta tidak bisa lagi melihat ke dalam karena pagar villa itu langsung tertutup rapat, ia memutuskan untuk kembali ke peng

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status