Berawal dari penemuan ruang bawah tanah di ruang kerja suamiku, dari situ aku mengetahui rahasia besar yang selama bertahun-tahun dia sembunyikan dariku. Soal sosok yang selama ini ada diantara aku dan Mas Nata.
View More“Nggak kok.” Arga memasukan ponsel Laissa ke dalam saku celananya.“Mas-”“Ayo turun, aku harus cepet-cepet makan biar minum obat ‘kan?”Laissa mengalah, ia berjalan lebih dulu keluar dari kamar itu untuk menyiapkan. Sedangkan Arga mengambil kesempatan untuk menghubungi salah satu temannya.“Urus ulah yang dibuat lont* itu! Gue kirim linknya.”Padahal Aura ada di penjara tapi wanita itu masih bisa berbuat ulah, sudah pasti ada yang membantunya tidak mungkin ia bertindak sendiri.Arga menghapus pesan dari Karina. Ia akan menyembunyikan ponsel Laissa agar wanita itu tidak mendengar berita yang memalukan itu.Kalau Arga sudah turun tangan, maka berita seperti itu bisa hilang dengan cepat. Sebelum nama baiknya dan keluarga tercoreng, ia harus segera ambil tindakan.“Mas, ngapain lagi?” Suara Laissa dari luar tedengar.“Iya, iya.” Arga melemparkan benda pipih itu ke atas lemari setelah menonaktifkan ponselnya.Niatnya baik, ingin menjaga perasaan sang istri. Apalagi mereka baru memulai lag
Orang itu gegas sembunyi agar tidak ketahuan karena beberapa orang di bawah mendongak ke atas.Sedangkan di bawah, Laissa gemetar melihat Arga yang sudah tidak sadarkan diri dengan kepalanya yang mengeluarkan banyak darah.Bukan Laissa yang kena tapi Arga.Sepanjang perjalanan Laissa menangis, perasaannya tidak tenang. Tangannya yang menyentuh pipi Arga gemetar. Beruntung tidak sampai pingsan karena sekarang dress bagian bawahnya yang berwarna biru muda itu sudah menjadi merah karena darah dari kepala Arga.Sampai di rumah sakit terdekat, Arga langsung ditangani.“Pa, ke rumah sakit sekarang.” Sambil terisak Laissa menghubungi papanya, ia tidak bisa di sini sendirian.Rasa takut menyelimuti hatinya.“Kamu kenapa, Nak?” Disana Nata juga ikut cemas karena mendengar suara putrinya.“Mas Arga, Pa. Papa cepetan kesini.”Setelah sambungan telepon terputus, Laissa mengirimkan lokasinya saat ini. Ia berjalan mondar-mandir di depan ruangan itu dengan gelisah, tak berhenti berdoa untuk keselama
Sampai di rumah orang tuanya. Hanya ada sang papa dan Aura yang menangis tersedu-sedu.“Pa-”“Papa nggak mau main hakim sendiri, jadi ceritakan dari sisi kamu.” Nata menatap tajam pada menantunya.Saat diminta istrinya datang ke sini, perasaan Arga sudah tidak enak. Ia bahkan tidak tahu ada Aura di sini. Dari gelagatnya sudah bisa ditebak jika Aura sedang melakukan sandiwara.Laissa bahkan tidak menyangka Aura akan berani datang ke rumah ini. Wanita ular satu ini memang tidak tahu malu.Arga menarik napas dalam-dalam, berdiri menghadap sang mertua.“Aku mengaku salah, Pa. Hukum aku semau Papa tapi jangan pisahkan aku sama Laissa!” Dengan lantang Arga mengakui kesalahannya.“Jadi benar kamu menghamili Aura?”“Aku memang pernah tidur dengannya tapi nggak mungkin dia hamil, Pa.”Nata menahan diri untuk tidak melayangkan kepalan tangannya menghantam wajah Arga.“Om, aku bawa buktinya. Aku hamil anak Mas Arga,” kata Aura seraya tergugu.Laissa tidak ikut berkomentar, ia hanya akan buka sua
POV AuthorArga mengusap wajahnya frustasi, ia yang orangnya tidak bisa sabar sekarang harus bisa memiliki kesabaran setebal dompetnya untuk bisa meluluhkan hati sang istri.“Pulang ke rumah ya, sayang. Masalah kita jangan sampai bikin orang tua kepikiran, kamu nggak kasihan ke Mama?”Laissa menghela napas panjang. Sebenarnya ia juga tidak tega, kalau sampai ia tinggal sementara di rumah Nadia sudah pasti itu menandakan memang hubungan Laissa dan Arga semakin memburuk.“Kamu makan sendiri aja, aku nggak nafsu.” Laissa memalingkan wajahnya ke luar jendela mobil.Tadi Arga datang menggunakan ojek online. Seorang Arga untuk pertama kalinya naik ojek online, ia melakukan berbagai cara untuk bisa mempertahankan Laissa di sampingnya meski harus melakukan sesuatu yang sama sekali tidak disukainya.Ia bahkan tidak bisa lagi datang ke tongkrongan dengan teman-temannya yang biasa dilakukan saat akhir pekan. Untuk menghamburkan uang tentunya.Sekarang bahkan Arga diberikan uang lima ratus ribu u
“Kamu kira aku anak kecil apa.” Kulempar sembarangan tongkat itu.“Aku harus apa biar dapat maaf dari kamu?”“Apa kamu nggak pernah ada niat buat berubah?” Aku balik memberikan pertanyaan padanya.“Percaya sama aku, sayang. Semenjak kenal kamu, aku mulai berubah.”Sebelah alisku terangkat. “Mulai berubah tapi kenapa masih sama?”“Aku berusaha, nggak segampang itu keluar dari zona ini.”“Kamu mau dengerin omongan aku?”Dia mengangguk dengan sorot mata sayunya itu.Aku menekan ego untuk tidak melukai yang lainnya. Tidak masalah aku berdarah-darah sendiri, rumah tangga memang tidak ada yang memiliki jalan mulus tapi kenapa semua itu menghantam di waktu kapal ini akan berlayar.“Obat dulu luka kamu.” Aku ngeri melihat darah berceceran di mana-mana.Belum lagi beling yang menancap di buku jari Mas Arga, apa dia tidak merasakan sakit sampai membiarkannya begitu saja.“Jangan tinggalkan aku.” Dia menahan tanganku saat aku berbalik.“Aku mau ganti baju.”Melangkah menjauh namun sayup-sayup ku
“Sekarang aku lagi nggak mau ngomong sama kamu. Minggir!”“Sayang-”“Minggir! Sekali lagi kamu ngikutin aku, jangan pernah berharap bisa ketemu aku lagi.”Mas Arga diam saat aku bicara begitu.Aku gegas melangkah meninggalkannya.Apa semalaman dia ada di depan kamarku? Sebenarnya wajar saja karena dia memang berbuat salah.Kepalaku sedikit berat karena semalaman tidak bisa tidur, semoga saja setelah ini aku tidak sakit hanya karena begadang semalaman.Jarak ke rumah Mama lumayan jauh. Sampai di sana langit sudah terang. Di sini Mama tinggal sendiri.“Semoga aja kamu bisa cepat-cepat kasih Mama cucu ya, biar Mama nggak kesepian di sini.”Mengingat perkataan Mama membuat hati ini teriris. Apa harapannya itu harus kupatahkan karena masalah ini?“Hey, kenapa malah bengong disitu?” Mama sudah berdiri di ambang pintu.“Masih pagi jadi oleng,” gurauku.“Lagian kamu, kenapa pagi-pagi udah kesini? Bukannya ngurus suami.”“Mama udah masak belum? Aku laper nih.”“Belum, mau Mama masakin apa?”Ak
“Kamu mendekati Mas Arga karena harta atau karena cinta, kalau karena cinta silahkan ambil dia. Kamu memiliki dia, aku memiliki hartanya,” kutatap tajam Aura yang masih menganga.“Ke-kenapa bisa?”“Keluar!” Mas Arga menarik tangan Aura dan menyeretnya keluar dari ruangan lalu mengunci dari dalam.Kudengar juga dia menghubungi security untuk mengeluarkan Aura dari gedung ini.“Kenapa kamu malah mengusir dia, Mas?”“Sayang, dengarkan dulu penjelasan aku. Dia cuman memperkeruh suasana.”Aku menyeringai. “Penjelasan apalagi kalau aku udah dengar semuanya. Apa kamu masih punya rahasia lain?”Mas Arga mengusap wajahnya kasar. “Oke, aku mengaku aku salah. Tapi itu semua masa lalu, aku nggak bakalan begitu lagi. Sekarang aku udah punya kamu, nggak mungkin aku cari wanita di luaran sana.”“Kamu pikir aku percaya?”Dia langsung menekuk lutut di hadapanku. “Sayang, aku mohon. Kasih aku kesempatan, aku mau buang jauh-jauh semua masa lalu itu. Cuman kamu alasan aku buat berubah, kalau kamu nggak a
Baru sekarang aku bertemu perempuan segila Aura. Bisa-bisanya dia berniat menggoda Papa.Sebenarnya bukan hal yang aneh kalau temanku banyak yang mengagumi Papa karena memang Papa lebih muda daripada usianya dan orang bilang Papa itu begitu berkharisma dan mempesona.Pujian-pujian seperti itu sudah sering kudengar dari dulu saat aku masih sekolah SMA dan juga saat kuliah. Tapi tidak ada yang seila Aura sampai mengatakannya langsung pada Papa, berbeda dengan mereka yang hanya sekedar mengagumi sedangkan Aura sepertinya bukan mengagumi tapi menggoda.“Ma, hp Papa mana ya?”Refleks aku langsung melempar ponsel Papa hingga tergeletak di atas rerumputan. Pasti Papa akan mengira Yuka yang memainkannya. Aku langsung masuk ke dalam.“Papa yang pegang dari tadi.”“Carikan dong, Ma. Papa belum lihat laporan masuk.”Aku hanya duduk pura-pura tidak tahu.Mama Hana bangkit untuk mencari keberadaan benda pipih itu.Aku sudah memblokir nomor Aura dan juga menggantinya dengan nomor asal. Tak akan kub
[Jangan berani chat gue lagi, Lonte!]“Ya ampun.” Aku hampir terpekik kalau tidak membekap mulutku sendiri.Pesan yang dikirimkan oleh Mas Arga membuatku benar-benar kaget, dari perkataannya dia begitu merendahkan Aura.Apa dia takut jika semua hartanya akan aku kuasai makanya tidak berani berbuat macam-macam lagi?Entahlah, kita lihat saja kedepannya seperti apa. Jujur, aku saja tidak tahu sekarang harus mengambil jalan apa karena satu hal aku takutkan adalah keluargaku, jangan sampai nama baik mereka hancur karena aku egois memikirkan diriku sendiri.Kutaruh ponsel di atas nakas, menunggu Mas Arga selesai mandi.Sebenarnya aku tidak bisa memaafkan lelaki yang selingkuh, apalagi dia bermalam dengan sahabatku sendiri di saat aku dan dia baru saja menikah. Itu hal yang membuat hatiku benar-benar hancur. Tapi aku juga tidak ingin berakhir dengan perpisahan. Berat rasanya mengambil keputusan.“Kenapa akhir-akhir ini kamu kelihatan sering bengong, Yang?” Aku tersentak mendengar suara Mas
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.