Share

05. Cemburu?

Penulis: Urbaby
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-17 13:29:30

Perempuan itu menunduk melihat perban yang melingkar membalut kakinya. Luka yang ditimbulkan dari keganasan Sean semalam. Hadiah malam pertama dari pria itu meninggalkan bekas pada tubuhnya.

Namun, meski luka itu membuat cara jalannya tertatih, Valerie tetap memaksakan diri untuk masuk bekerja. Dia tentu saja masih butuh pekerjaan ini, meskipun kesempatannya untuk kembali bertemu pria gila itu bisa saja terjadi.

‘Semoga hari ini aku tidak bertemu pria gila itu lagi,’ batinnya di dalam hati.

Karena terlalu tenggelam dalam lamunannya, Valerie sampai tidak menyadari ada sesuatu di hadapannya hingga tabrakan kecil tak bisa dielakkan.

Byurr~~

Minuman dingin dengan warna cokelat itu tumpah mengenai rok pensil yang dikenakannya dan jatuh ke kakinya yang diperban. Rasa perih langsung menyeruak dari luka yang terkena air dingin, namun Valerie tidak mempedulikan itu karena di detik berikutnya suara anak kecil menangis langsung menggema.

“Akhh ... ayah ....”

Tangisan melengking itu langsung menarik perhatian di sekitar, membuat Valerie langsung panik dan berusaha menolong bocah laki-laki berumur 5 tahun itu.

“Hei, maafkan, Aunty!” ucap Valerie yang sudah berjongkok di hadapan bocah kecil itu. “Apa kau baik-baik saja?”

“Minumanku tumpah ...” lirihnya dengan sedih dan menatap ke arah bekas minuman kesukaannya yang sudah berserakan di lantai.

Dengan lemah lembut, Valerie membelai pipi gembul itu. “Biar Aunty ganti, asal anak ganteng ini berhenti menangis. Bagaimana?”

Bola mata berair itu seketika membulat dan menatap Valerie dengan tatapan berharap. “Benarkah? Minuman Kevin mau diganti yang baru?”

Valerie tersenyum semringah. “Tentu saja! Ayo!”

“Maaf karena kelalaianku menjaga anakku!” Suara berat itu seketika menghentikan Valerie yang berusaha menarik tangan anak laki-laki itu. “Astaga, kau basah. Biar aku yang mengganti atas kerugian ini,” lanjutnya kembali saat menyadari bahwa rok yang dikenakan Valerie basah.

Valerie spontan mendongak untuk menemukan wajah tampan yang tampak sudah dewasa. Kesan yang dilihat Valerie pada pertemuan pertama ini bahwa pria itu sopan dan ramah.

Belum lagi dengan gentle pria itu membuka jas yang dikenakannya kemudian menyampirkan ke tubuh Valerie yang menegang karena kedekatan ini.

“Ah ... astaga, ini tidak perlu,” ucap Valerie dengan gelagapan karena mendapat perhatian seperti ini.

Pria itu tersenyum kecil. “Itu untuk menutupi noda cokelat di kemeja Anda, Nona.”

Segera Valerie menunduk dan meneliti tubuhnya dan benar saja kemejanya juga terkena cipratan noda di kemeja.

“Terima kasih! Aku akan segera mencuci dan mengembalikannya kepada Anda.”

Pria itu hanya mengangguk, sebelum perban di kaki Valerie mengambil alih perhatiannya. “Ya ampun! Perban kakimu juga ikut basah. Bisa infeksi jika tidak ditangani cepat. Sebaiknya kita ke dokter sekarang,” ucap pria itu penuh perhatian.

Valerie segera menggeleng. “Tidak perlu, lagi pula ini masih jam kerja. Aku akan mengobatinya sendiri nanti. Terima kasih atas perhatiannya.”

Pria itu terdiam, tampak tak setuju dengan keputusan Valerie. Tetapi dia tidak memaksa, dan kali ini beralih menatap putranya. “Kevin, minta maaf sama Aunty karena telah membuatnya basah,” ucap pria itu dengan nada tegas pada anaknya.

“Kevin minta maaf Aunty, aku tidak sengaja,” ucapnya dengan kalimat cadelnya yang menggemaskan.

Valerie tersenyum, “Tidak apa-apa, Sayang. Aunty juga yang salah karena jalannya tidak hati-hati.”

“Ohiya, saya akan mengganti kerugian yang diperbuat putraku. Tolong berikan nomor rekeningmu.”

“Tidak perlu, tidak ada yang perlu diganti. Kalau begitu saya permisi, Pak.”

Valerie lalu berlalu dari sana dengan langkah tertatih, perih di kakinya semakin terasa ngilu setelah terkena air dingin. Dia harus segera mengganti perban yang baru agar tidak infeksi.

Dengan terburu-buru, Valerie masuk ke dalam lift tanpa memperhatikan siapa di dalam sana. Sehingga suara dingin yang mengalung mengejutkan Valerie.

“Apa pria itu tahu jika profesi sampinganmu adalah wanita murahan?”

Valerie dengan cepat menoleh ke samping dan benar saja pria gila itu yang sekali lagi menghinanya.

“T—tuan Sean ....”

“Jangan kegatelan pada pria itu, kau harus tahu bahwa dia sudah punya anak dan itu tandanya ia memiliki istri. Jangan merusak pernikahannya, seperti pernikahanku yang kau rusak dengan masuk menjadi orang ketiga.”

Valerie menghela napas pelan, tidak bisakah pria itu melihat dengan positif sisi dirinya yang lain, bukannya melihat apa yang dilakukannya dengan negatif.

“Aku tidak ada niatan untuk menggodanya jika itu yang Anda takutkan!”

Mendengar jawaban berani itu, Sean langsung menoleh ke arah Valerie dengan tajam. Belum sempat dia kembali melontarkan kemarahannya suara dentingan lift terdengar, membuat Valerie buru-buru keluar dari ruangan sempit menyesakkan itu.

Kedua tangan Sean mengepal karena keberanian Valerie, namun matanya tertuju pada langkah perempuan itu yang terseok-seok karena kakinya yang diperban.

Luka perban apa itu? Apa itu luka yang disebabkannya semalam?

Tanpa berpikir panjang, Sean kembali menarik tangan Valerie memasuki lift dan menutupnya dengan cepat agar tidak terlihat oleh karyawan.

“Apa yang Anda lakukan—“

“Bawa perempuan ini ke rumah sakit, Andre!” perintahnya kepada sekretarisnya yang sejak tadi hanya menjadi pengamat di antara mereka.

“Maksud Anda Valerie, Tuan?” tanyanya memastikan.

“Hum, dan pastikan lukanya ditangani dengan baik,” ucapnya sekali lagi dengan nada datar.

Sean kemudian menatap Valerie dengan kilat mata hitam tak ingin wanita itu salah paham yang membuat Valerie gugup. “Jangan terlalu percaya diri, saya tahu luka itu disebabkan oleh saya semalam. Aku hanya tidak ingin kamu malas-malasan bekerja dengan alasan sakit, perusahaanku tidak menerima orang pemalas.”

Setelah mengatakan kalimat bodoh itu, Sean keluar dari lift begitu saja.

Namun langkahnya tiba-tiba berhenti, dan sesuatu yang tidak disangka-sangka terjadi. Sean melepas jasnya dengan cepat.

“Aku tidak suka melihatmu menggunakan barang dari pria lain.” Sean kemudian melempar jasnya dengan kasar ke arah Valerie yang terbengong-bengong bagai patung. “Ganti dan pakai itu untuk menutupi tubuh jelekmu!”

Oh Tuhan? Apa-apaan pria gila itu?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Rahim 1 Milyar untuk CEO Arogan   188. Aku Pergi!

    “Kalian berdua berciuman! Kau membiarkan pria lain mencium dan menyentuh tubuh yang sudah menjadi milikku. Kau sangat-sangat menjijikkan di mataku!”Napas Sean berubah terengah-engah, dengan kasar ia lalu mendorong Valerie ke belakang dan membuatnya terbanting di kasur.Valerie masih berusaha menghindar, berusaha melepaskan diri dari tindihan tubuh Sean yang keras dan berat. Berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Sean yang kuat dan tanpa ampun. Tetapi pria itu terlalu kuat, terlalu marah. Bahkan Sean sama sekali tidak menyadari kalau perbuatannya yang begitu kasar sudah melukai dan menyakiti tubuh Valerie yang rapuh.Pria itu seperti kerasukan setan. Matanya menyala penuh kebencian ketika menatap ke arah Valerie. Dengan ketakutan yang amat sangat, Valerie masih berusaha memberontak dan turun dari ranjang. Tetapi Sean berhasil menangkapnya dan kembali membantingnya di ranjang dengan kasar, lalu menindihnya sekuat tenaga.Valerie mengernyit merasakan cengkeraman tangan Sean yang kas

  • Rahim 1 Milyar untuk CEO Arogan   187. Kau Menjijikkan!

    “Wanita murahan harus diperlakukan selayaknya wanita murahan pada umumnya!”Kata-kata Sean yang diucapkan dengan nada dingin dan ketenangan menakutkan itu seolah-olah bergaung di ruangan yang hening itu.Pria itu sudah berhasil melepaskan kemejanya dan membuka ikat pinggang celananya, lalu meletakkannya di atas nakas ujung ranjang. Ekspresi wajahnya tenang, namun kedua bola matanya memancar begitu dingin. Dan ketenangan pria itulah yang malah membuat Valerie gemetar takut.“P—please ... dengarkan aku dulu, Sean! Kau harus mendengarkan semuanya ....”Valerie masih mencoba membujuk pria itu agar mendengar penjelasannya, bukannya langsung menuduhnya seperti yang dia lihat. Namun, mendapati ekspresi wajah Sean, ia tahu semua usahanya tidak akan pernah berhasil.Sean terlalu marah, pria itu telah dibutakan oleh kemurkaannya.“Lepaskan kemeja yang kau kenakan, Valerie!” perintah Sean dengan nada datar.Wajah Valerie langsung berubah pucat pasi mendengar perintah yang dilontarkan oleh Sean d

  • Rahim 1 Milyar untuk CEO Arogan   186. Kepuasan

    “Sa—sakit ...” rintih Bara mengernyit ketika Amora mengusap luka di sudut bibirnya dengan kapas.“Sebenarnya apa yang kau lakukan? Kenapa Sean bisa semarah itu?” tanya Amora yang sejak tadi penasaran hal apa yang Bara lakukan sampai menyulut amarah Sean. Mereka berdua baru saja pulang dari rumah sakit setelah mengelabui Andre dan Shela untuk diberikan kepercayaan mengurus pria ini. Dan luka-luka yang ada di tubuh Bara akibat pukulan dari Sean sangat-sangat fatal, hidungnya patah dan tiga tulang rusuknya retak sehingga harus ditahan dengan sebuah perban. Belum lagi ditambah dengan luka lebam di seluruh tubuh dan wajah Bara yang membuatnya benar-benar terlihat memprihatinkan.Mata Bara bahkan sudah mulai membengkak membiru. Pukulan demi pukulan yang Sean layangkan benar-benar brutal.“Aku mencium wanita itu di hadapan Sean!” jawab Bara tanpa rasa bersalah sedikit pun, bahkan ia melontarkan kalimat itu dengan penuh kebanggaan.Bola mata Amora langsung melebar sempurna mendengar pengakua

  • Rahim 1 Milyar untuk CEO Arogan   185. Hinaan Dari Orang Dicintai

    “Sean, apa yang dikatakan pria itu semuanya bohong. Bahkan aku tidak mengenalnya dan dia pria gila!” Valerie berusaha menjelaskan ketika mereka sudah sampai di penthouse dan Sean masih menyeretnya dengan kasar memasuki kamar tidur mereka. Dan setelah membuka pintu, Sean langsung menghempaskan tubuh Valerie kasar ke tengah ranjang. “Dia berbohong, Sean!” Napas Valerie berubah tersengal putus asa mencoba meyakinkan Sean.Ingin rasanya Sean mempercayai perkataan Valerie bahwa Bara lah yang tengah berbohong. Hanya saja, bagaimana mungkin Bara bisa tahu siapa itu Valerie sehingga sengaja melakukan hal tersebut untuk mempengaruhinya. Jadi, justru Bara yang berkata benar dan Valerie berbohong.“Dia sama sekali tidak mengenalmu dan apa hubungan kita. Jadi, bagaimana mungkin dia berbohong?” tanya Sean datar, dengan tangannya yang bergerak membuka kancing kemejanya satu persatu.“Dia berbohong, percayalah padaku! Kami tidak berpapasan di luar seperti perkataannya, justru dialah yang masuk ke

  • Rahim 1 Milyar untuk CEO Arogan   184. Apa Salahnya?

    “Apa yang kau lakukan pada istriku, sialan?” teriak Sean dengan amarah yang menggebu-gebu.Sean sengaja memberitahukan kepada Bara siapa sebenarnya Valerie. Dia bukan karyawan biasa di perusahaan ini, melainkan wanita itu sudah menjadi istrinya. Jadi, bagaimana mungkin Bara berani melakukan hal tak senonoh seperti apa yang dilihatnya barusan pada Valerie.Untuk melampiaskan amarahnya yang begitu menggebu-gebu, Sean terus menyarangkan pukulan demi pukulan yang membuat Bara kewalahan dibuatnya.“Mana aku tahu, Sean! Perempuan ini sendiri yang menawarkan diri padaku. Jadi, kenapa aku harus menolaknya?” balas Bara dengan nada terbata-bata, merasa kesakitan dan nyeri di seluruh tubuhnya akibat pukulan Sean yang tidak main-main.Meskipun kemarahan Sean sudah meluap-luap padanya, tetapi tetap saja Bara memancing amarah pria itu untuk semakin menjadi-jadi. Bukan tanpa alasan ia melakukan semua ini, tentu saja ia harus menyelamatkan pernikahan Amora. Meskipun ia benci setengah mati pada pria d

  • Rahim 1 Milyar untuk CEO Arogan   183. Aksi Bejad Bara

    Para kolega bisnisnya akhirnya pulang juga, rapat akhirnya selesai. Dan semuanya berjalan sesuai keinginannya, dengan kata lain agenda rapatnya sukses besar.Hanya saja entah kenapa ia tidak bisa merasa lega, padahal yang dia nanti-nantikan akhirnya berhasil. Seakan ada sebuah kekhawatiran yang melandanya, dan membuatnya kalut luar biasa.Bahkan ia tidak bisa fokus mengikuti rapat ini, dan ia hanya mempercayakan semuanya kepada sekretarisnya. Ia hanya menjadi pengamat, sekaligus jika dimintai pendapat tetapi ia tidak turun tangan langsung untuk mempresentasikan hasil rapat tersebut.“Ada apa sebenarnya? Kenapa seperti ada beban berat yang mengganjal di dalam hatiku, padahal semuanya berjalan sesuai keinginan.”Sean berbisik pada dirinya sendiri, mempertanyakan kegundahan yang ia rasakan saat ini.‘Kau tahu kenapa?’ tanya balik suara hatinya.“Ah ya, aku tahu mengapa.”Sean mengakuinya.Semuanya tentu saja karena satu nama. Sebuah nama yang akhir-akhir ini begitu mempengaruhinya. Seora

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status